Keterampilan ini dimulai saat kita masih muda. Anak-anak yang terlibat dalam olahraga dan anak-anak yang memperhatikan di sekolah sedang mempelajari disiplin yang mendasari kepengikutan.
Sama seperti para coach yang mengandalkan atletnya untuk melaksanakan pelajaran dan strategi mereka, atau ketika orangtua berharap anak-anak mereka akan mempraktikkan perilaku yang baik di depan umum, para manajer dan pemimpin dalam lingkungan bisnis juga berharap para pengikutnya menjalankan apa yang telah direncanakan untuk mewujudkan gol tim maupun organisasi.
Jadi, apa ciri-ciri pengikut yang baik?
Pengikut yang baik paling baik digambarkan melalui hasil hubungan pemimpin-pengikut. Hasil yang sukses adalah ketika seorang pengikut dengan sengaja melaksanakannya dan, idealnya, meningkatkan visi pemimpinnya.
Terkadang, yang diperlukan untuk menjadi pengikut yang baik adalah dengan mengingat definisi tersebut sehari-hari.
Saat kita berada di posisi sulit dan mencoba memecahkan masalah serta memenuhi tenggat waktu, selalu mengingat tujuan utama pemimpin atau manajer perusahaan kita adalah suatu keharusan. Pada akhirnya, pada saat itulah pengikut yang baik menjadi hal yang paling penting.
Menurut buku The Courageous Follower: Standing Up to and for Our Leaders karangan Ira Chaleff, pengikut yang baik memiliki karakteristik seperti ini:
Bagaimana pemimpin bisa menjadi pengikut yang lebih baik?
Kita dapat mulai dengan mengidentifikasi gaya kepengikutan kita. Ada berbagai alat yang dapat membantu dalam hal ini. Misalnya, kita bisa menggunakan model Robert E. Kelley yang menampilkan lima gaya pengikut yang berbeda.
Orang dapat mengidentifikasi gaya pengikutnya dengan memahami posisi mereka dalam dua kontinum yang berbeda: keterlibatan (dari pasif ke aktif) dan pemikiran kritis (dari ketergantungan ke independen).
Pertama, pengikut panutan. Pengikut panutan mempunyai tingkat keterlibatan aktif yang tinggi dan tingkat pemikiran kritis independen yang tinggi.
Ciri-ciri pengikut panutan antara lain kemauan untuk mengambil inisiatif, memberikan kritik yang membangun, memiliki rasa kepemilikan, dan memperjuangkan tujuan organisasi.
Kedua, pengikut konformis. Pengikut konformis memiliki tingkat keterlibatan aktif yang tinggi, tetapi tingkat pemikiran kritisnya lebih rendah.
Mereka adalah “pelaku” aktif yang sering dianggap sebagai pemain tim. Mereka bersedia menerima tugas dan memercayai pemimpin, namun sering kali mereka lebih mementingkan kebutuhan organisasi daripada kebutuhan mereka sendiri.
Ketiga, pengikut pasif. Pengikut pasif cenderung berada pada posisi paling bawah dalam hal keterlibatan dan pemikiran kritis.