Shabab mengatakan, umumnya jarang sekali anak-anak di bawah usia tiga tahun menderita radang tenggorokan. Kemungkinan besar, penyebab ketidaknyamanan pada anak adalah virus.
Ia juga menyebut, biasanya infeksi radang tenggorokan pada bayi dan balita bersifat lebih ringan dan jarang menyebabkan komplikasi serius, dibandingkan dengan anak yang lebih besar.
Meskipun jarang terjadi, radang tenggorokan bisa menyerang anak yang masih sangat muda, dan gejalanya mungkin berbeda dengan yang ditemui pada anak yang lebih besar dan orang dewasa.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diwaspadai.
Baca juga: Radang Tenggorokan, Boleh Ngopi atau Tidak?
Meskipun bayi memenuhi sebagian besar kriteria tersebut, Shabab menyebut ada kemungkinan penyedia layanan kesehatan akan memutuskan untuk tidak melakukan pengujian atau pengobatan untuk radang tenggorokan pada bayi.
Hal ini karena selain jarang terjadi infeksi radang tenggorokan pada anak yang sangat kecil, risiko komplikasi yang serius juga sangat rendah.
Biasanya, dokter akan melakukan pengobatan radang tenggorokan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya demam rematik akut dan glomerulonefritis akut.
Sementara, sangat jarang anak di bawah usia tiga tahun mengalami komplikasi serius ini.
Sehingga, dalam banyak kasus, penyedia layanan kesehatan mungkin memilih untuk tidak melakukan tes dan membiarkan penyakit sembuh dengan sendirinya.
Meski anak di bawah usia tiga tahun tidak akan mengalami radang tenggorokan. Namun, bukan berarti tidak ada situasi penting yang memerlukan pengecekan.
Baca juga: Beda Sakit Tenggorokan dengan Radang Tenggorokan
Biasanya, penyedia layanan kesehatan akan melakukan tes tenggorokan pada anak jika hal ini terjadi.
Jika hasil tes menunjukkan infeksi streptokokus, penyedia layanan kesehatan mungkin akan meresepkan antibiotik.