Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bola Mata Bayi 6 Bulan Jadi Biru Saat Perawatan Corona, Kenapa?

Kompas.com - 15/09/2023, 10:00 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Sumber jpost.com

KOMPAS.com -  Kita tentu telah mendengar beberapa fenomena yang tidak biasa terkait dengan infeksi virus corona dan efek pengobatannya.

Tetapi apa yang terjadi pada seorang bayi di Jepang ini, sangatlah unik. 

Bola mata anak laki-laki berusia enam bulan mengalami perubahan yang aneh, menjadi warna biru.

Fenomena ini diyakini sebagai komplikasi langka dari pengobatan virus corona.

Sebuah penelitian yang diterbitkan di Frontiers in Pediatrics pun menjelaskan lebih dalam tentang kejadian luar biasa ini.

Apa yang terjadi?

Awalnya, anak tersebut datang dengan batuk dan demam, dan tes antigen mengonfirmasi diagnosis infeksi virus corona.

Dokter lantas meresepkan obat yang disebut favipiravir, atau yang umumnya dikenal sebagai avigan, yang biasanya digunakan untuk pengobatan flu.

Meskipun bukti menunjukkan, obat antivirus ini memiliki efek positif yang minim pada pasien pada tahap awal corona, namun riset menunjukkan potensi manfaat baik bagi pasien di bawah usia 60 tahun.

Memang, ada efek diare ringan dan peningkatan asam urat darah lebih sering dikaitkan dengan penggunaan favipiravir ini.

 

Bola mata seorang bocah di Jepang yang masih berwarna hitam sebelum menjalani perawatan infeksi virus corona. Bola mata inilah yang kemudian berubah menjadi biru, ketika si bayi menjalani perawatan. VIA Frontiers in Pediatrics Bola mata seorang bocah di Jepang yang masih berwarna hitam sebelum menjalani perawatan infeksi virus corona. Bola mata inilah yang kemudian berubah menjadi biru, ketika si bayi menjalani perawatan.

Namun, ibu dari anak laki-laki ini menyadari bahwa mata putranya berubah menjadi biru cerah 18 jam setelah memulai pengobatan, terutama ketika terpapar sinar matahari.

Efek samping yang jarang terjadi ini pun pernah dilaporkan sebelumnya, pada seorang laki-laki berusia 20 tahun.

Pada kedua kasus tersebut, warna mata kembali normal setelah penghentian pengobatan.

Kasus yang dipublikasikan juga menyebutkan, favipiravir diamati dapat mencerahkan rambut dan kuku manusia.

Efek ini mungkin disebabkan oleh metabolit obat atau komponen lain seperti titanium dioksida dan oksida besi kuning.

Apa yang dikatakan tim peneliti?

Penelitian menunjukkan, metabolit aktif favipiravir ada dalam plasma manusia dan ada korelasi langsung antara konsentrasinya dan intensitas radiasi.

Penyelidikan laboratorium lebih lanjut mengungkapkan, obat tersebut memicu emisi cahaya secara spontan dari sebuah molekul.

Berdasarkan temuan ini, tim tersebut mengungkap kekhawatiran tentang keamanan dan efektivitas favipiravir dalam pengobatan infeksi virus corona.

Para dokter menyimpulkan, efek samping yang dilaporkan, meskipun jarang terjadi, harus ditanggapi dengan serius, dan dipantau secara ketat dalam kasus-kasus selanjutnya.

Mereka juga mengatakan, penelitian tambahan diperlukan untuk memastikan prevalensi efek samping ini, dan potensi dampak jangka panjangnya terhadap kesehatan kornea.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com