Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para Ibu di Kalimantan Barat Tangkal Kabut Asap demi Buah Hati

Kompas.com - 20/09/2023, 17:00 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

Selain itu, anak-anaknya dilarang keluar rumah sepenuhnya saat kabut asap menyelimuti pemukiman.

Baca juga: Kabut Asap dan Dampaknya Bagi Kesehatan

"Jadi aku selama asap ini enggak berhenti nyalain air purifier sama diffuser. Dan full mekap [mengurung diri] di rumah," terangnya.

Bagi ibu dengan dua anak laki-laki yang sedang dalam masa aktif, tentunya keputusan ini tidak mudah.

Ada saja momen ketika buah hatinya rewel karena ingin bermain di luar ruangan, yang lalu ditanganinya dengan mengajak dua bocah itu berkeliling kota naik mobil.

"Enggak betah di dalam rumah makanya kita sering jalan-jalan tapi di dalam mobil aja," tukasnya.

Ia mengupayakan segala yang terbaik untuk kesehatan pernapasan anak-anaknya meski masih memendam harapan untuk bisa pulang ke Bandung, yang jauh dari kabut asap.

"Pengennya sih nanti balik lagi ke Bandung, tapi untuk jarak dekat ini sih enggak memungkinkan," tambahnya.

Baca juga: Apa Penyebab Asma? Kenali 7 Faktor Risikonya...

Nasib serupa juga dialami Fransiska, ibu satu anak yang tinggal di Kota Pontianak, ibukota provinsi Kalimantan Barat yang sebenarnya jauh dari lahan perkebunan sawit tapi tidak bebas kabut asap.

Bencana tersebut sudah jadi makanan sehari-hari sehingga ia menanggapinya dengan 'nyaris' santai.

"Sudah dua hari ini lumayan [kondisinya], enggak terlalu [parah], sebelumnya parah sampai upacara [17 Agustus] ditiadakan" katanya, lewat pesan tertulis pada 20 Agustus lalu.

Beberapa hari sebelumnya termasuk di momen HUT ke-78 Republik Indonesia, anaknya terpaksa diliburkan dari sekolah dan belajar secara online karena kabut asap yang begitu tebal.

Baca juga: Natuna Diselimuti Kabut Asap Kiriman dari Kalbar, Mata Jadi Perih dan Kualitas Udara Buruk

Menurutnya, kabut asap di tahun 2023 ini memang tergolong parah, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Banyak abunya yang terbang-terbang, terus asapnya tebal. Apalagi kalau di sudah di atas maghrib menjelang malam, mulai pekat sampai mata pedih," katanya.

Pemerintah setempat secara rutin memberikan himbauan dan kabar terbaru soal situasi bencana tersebut, yang dijadikan Fransiska sebagai acuan untuk menentukan sikap.

Ia membatasi bepergian keluar rumah dan memberikan masker serta helm khusus dengan penutup agara mata anaknya tidak pedih jika harus berkendara.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com