KOMPAS.com - Kita tentu sering mendengar tentang bagaimana jurnal rasa syukur dapat membantu menumbuhkan rasa terima kasih dan meningkatkan kebahagiaan secara keseluruhan.
Namun -ternyata- sebuah perubahan dalam praktik jurnal harian juga dapat membawa kita pada kebahagiaan, yang sama.
"Salah satu latihan yang saya minta kepada murid-murid saya, untuk dilakukan selama kelas saya tentang kebahagiaan adalah memahami apa arti rasa sakit mereka."
Demikian kata ilmuwan sosial Arthur C. Brooks dalam The Atlantic Festival pada bulan September lalu.
Baca juga: 5 Langkah Menulis Jurnal untuk Tingkatkan Kebahagiaan
"Saya meminta mereka untuk membuat jurnal rasa sakit," kata Brooks yang juga seorang profesor yang mengajar tentang kebahagiaan di Universitas Harvard.
Brooks mendorong kita untuk mengambil buku catatan dan menggunakannya untuk melacak pelajaran yang telah kita pelajari dari pengalaman menyakitkan yang telah melahirkan hasil positif.
Nah, berikut ini adalah cara menggunakan jurnal rasa sakit untuk belajar dari tantangan hidup kita sendiri.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus kita lakukan untuk setiap bagian dalam jurnal rasa sakit:
Baca juga: 35 Langkah Menulis Jurnal untuk Self Healing
"Tak pelak lagi, pada akhirnya kita dapat menulis banyak hal di ruang-ruang tersebut, dan setelah beberapa saat, kita mulai menantikan untuk menulis di jurnal rasa sakit," kata Brooks.
"Karena kita dapat melihat cara-cara yang telah kita pelajari dan kembangkan serta manfaatnya."
Dan penelitian pun mendukung jurnal secara umum untuk meningkatkan kesehatan mental.
Menulis jurnal selama 15 menit sehari dikaitkan dengan peningkatan kejernihan pikiran dan perasaan, keterampilan pemecahan masalah, dan bahkan dukungan untuk beranjak dari pengalaman traumatis.
Demikian pemaparan ahli kesehatan Deepak Chopra dan Kabir Sehgal, penulis buku terlaris di New York Times.
Baca juga: Menulis Jurnal Harian Sebagai Terapi Emosi
Mengekspresikan perasaan tentang pengalaman yang menyakitkan di atas kertas juga dapat membantu untuk menerima pengalaman tersebut.
"Penelitian secara konsisten mengaitkan kecenderungan kebiasaan untuk menerima pengalaman mental seseorang dengan kesehatan psikologis yang lebih baik."
Demikian menurut sebuah penelitian tahun 2018 yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.