KOMPAS.com - Willy Sulistio, tersangka Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), terhadap istrinya, Dokter Qory dikabarkan mengalami bipolar disorder.
Namun hal itu belum bisa dikonfirmasi karena kepolisian baru akan memastikan dugaan itu setelah menuntaskan pemeriksaan psikologis korban.
"Kalau informasi bipolar kami sedang mendalami juga, karena sampai sekarang kita belum melakukan pendalaman psikologis terhadap tersangka," terang Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Bogor AKP Teguh Kumara.
Baca juga: Mengenal Bipolar Disorder dan Cara Penyembuhannya
Penderita bipolar disorder memang kerap dikaitkan dengan perilaku kekerasan termasuk KDRT tapi faktanya tidak semua atau bahkan sebagian besar orang dengan gangguan bipolar bertindak seperti itu.
Episode mania bisa datang dengan perilaku yang lebih impulsif atau bahkan agresif, termasuk bersikap kasar, tapi sering kali ada hal lain yang menjadi faktor pemicunya.
Dikutip dari Healthline, impulsif yang menyertai mania dapat membuat seseorang lebih cenderung menyalahgunakan zat-zat seperti alkohol yang lalu memicu kekerasan domestik.
Baca juga: Mengenal 5 Tipe Bipolar, Beda Gejala dan Suasana Hati
Psikolog klinis New York, N. Simay Gökbayrak, PhD, dalam artikelnya di PsychCentral, mengatakan sebagian besar orang dengan kondisi kesehatan mental yang parah, seperti gangguan bipolar, tidak melakukan kekerasan.
Namun, ada hubungan yang moderat antara kekerasan dan gangguan bipolar.
Meski demikian, keterkaitannya rumit dan belum tentu merupakan hubungan langsung.
Baca juga: Cara Memberikan Pertolongan Saat Orang Terdekat Jadi Korban KDRT
Penelitian pada tahun 2015 dan 2018 menunjukkan bahwa ketika orang dengan gangguan bipolar melakukan kekerasan, sering kali ada faktor lain yang berperan selain penyakit itu sendiri.
Misalnya penggunaan narkoba, upaya bunuh diri atau ketidakmampuan belajar.
Baca juga: Mengenal Gangguan Bipolar yang Dialami Kanye West
Secara keseluruhan, perilaku agresif lebih mungkin terjadi selama keadaan manik, suasana hati campur aduk, atau psikotik.
Satu studi pada orang dengan gangguan bipolar menunjukkan, orang dengan psikosis ini memiliki skor total agresi, permusuhan, dan kemarahan yang jauh lebih tinggi.
Studi rawat inap lainnya selama 12 bulan menemukan bahwa dari 151 orang dengan gangguan bipolar I mengalami segala bentuk agresi, termasuk agresi verbal atau agresi terhadap diri sendiri, objek, atau orang lain.
Sebagian besar agresi bersifat verbal dan hanya 1,32 persen yang bertindak agresif secara fisik terhadap orang lain, yang umumnya terjadi pada tahap aktif gangguan bipolar.
Baca juga: Sikap Romantis Berlebihan Kerap Jadi Pola Perilaku Pelaku KDRT
Gangguan kepribadian dan penggunaan alkohol merupakan faktor risiko utama iritabilitas pada penderita gangguan bipolar.
Di sisi lain, penderita bipolar yang rutin menjalani perawatan mental terbukti mampu mengontrol perilaku agresifnya.
Secara keseluruhan, temuan penelitian menunjukkan, sebagian besar orang dengan gejala agitasi atau mudah tersinggung tidak melakukan tindakan kekerasan apa pun.
Anggapan jika penderita bipola disorder yang rentan melakukan kekerasan termasuk KDRT hanya memberikan stigma negatif untuk perawatan kesehatan mental.
Baca juga: Tak Hanya Suasana Hati, Gangguan Bipolar juga Pengaruhi Kehidupan Seks
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.