KOMPAS.com - Tidak dimungkiri, ada sejumlah tingkah laku anak yang memancing emosi orangtua hingga menyulut kemarahan. Bahkan, sebagian orangtua terkadang membentak anak saat memarahinya.
Sayangnya, membentak anak berdampak buruk bagi mental si kecil. Bagaimana mental anak yang sering dibentak? Simak ulasannya berikut ini seperti dihimpun Kompas.com.
Baca juga:
Psikolog Samanta Elsener menuturkan, bentakan orangtua dapat mengganggu otak sehingga berdampak buruk, salah satunya menimbulkan trauma.
“Neurons atau neurotransmitter di otak anak bisa jadi terganggu dan berakibat membuat anak jadi trauma, sehingga perkembangan mental anak bisa jadi terganggu,” jelasnya saat dikonfirmasi Kompas.com, dikutip pada Senin (18/3/2024).
Dilansir dari Healthline, kemarahan orangtua yang diserati dengan bentakan atau teriakan dapat mengganggu perkembangan sel otak.
“Sebab, manusia memproses informasi dan peristiwa negatif lebih cepat dan menyeluruh dibandingkan informasi dan kejadian baik,” bunyi informasi dilansir dari Healthline.
Sebuah penelitian membuktikan terdapat perbedaan di bagian otak yang berfungsi untuk memproses suara dan bahasa, pada kelompok anak yang memiliki riwayat kekerasan verbal dari orangtua dibandingkan anak-anak yang tidak mempunyai pengalaman buruk tersebut.
Anak-anak yang kerap menerima bentakan dari orangtua mereka tumbuh menjadi pribadi yang kurang percaya diri.
“Anak menjadi kurang percaya diri dan mudah cemas,” ujar Samanta.
Dilansir dari Parents, saat dibentak seseorang akan menganggap dirinya tidak mampu dan mempertanyakan kemampuannya. Kondisi tersebut dapat terjadi pada semua orang, termasuk anak-anak.
“Berteriak adalah salah satu cara tercepat untuk membuat seseorang merasa tidak berharga,” kata Joseph Shrand, Instruktur Psikiatri di Harvard Medical School dan Penulis Buku Outsmarting Anger: 7 Steps for Defusing our Most Dangerous Emotion.
Rasa tidak berharga akibat bentakan tersebut membuat anak-anak menjadi kurang percaya diri.
Baca juga:
View this post on Instagram