Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Mental Anak yang Sering Dibentak? Ketahui 5 Dampaknya

Kompas.com - 18/03/2024, 08:05 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

KOMPAS.com - Tidak dimungkiri, ada sejumlah tingkah laku anak yang memancing emosi orangtua hingga menyulut kemarahan. Bahkan, sebagian orangtua terkadang membentak anak saat memarahinya. 

Sayangnya, membentak anak berdampak buruk bagi mental si kecil. Bagaimana mental anak yang sering dibentak? Simak ulasannya berikut ini seperti dihimpun Kompas.com. 

Baca juga:

Efek membentak anak 

1. Trauma 

Psikolog Samanta Elsener menuturkan, bentakan orangtua dapat mengganggu otak sehingga berdampak buruk, salah satunya menimbulkan trauma. 

“Neurons atau neurotransmitter di otak anak bisa jadi terganggu dan berakibat membuat anak jadi trauma, sehingga perkembangan mental anak bisa jadi terganggu,” jelasnya saat dikonfirmasi Kompas.com, dikutip pada Senin (18/3/2024). 

Dilansir dari Healthline, kemarahan orangtua yang diserati dengan bentakan atau teriakan dapat mengganggu perkembangan sel otak. 

“Sebab, manusia memproses informasi dan peristiwa negatif lebih cepat dan menyeluruh dibandingkan informasi dan kejadian baik,” bunyi informasi dilansir dari Healthline

Sebuah penelitian membuktikan terdapat perbedaan di bagian otak yang berfungsi untuk memproses suara dan bahasa, pada kelompok anak yang memiliki riwayat kekerasan verbal dari orangtua dibandingkan anak-anak yang tidak mempunyai pengalaman buruk tersebut. 

2. Kurang percaya diri 

Anak-anak yang kerap menerima bentakan dari orangtua mereka tumbuh menjadi pribadi yang kurang percaya diri. 

“Anak menjadi kurang percaya diri dan mudah cemas,” ujar Samanta. 

Dilansir dari Parents, saat dibentak seseorang akan menganggap dirinya tidak mampu dan mempertanyakan kemampuannya. Kondisi tersebut dapat terjadi pada semua orang, termasuk anak-anak. 

“Berteriak adalah salah satu cara tercepat untuk membuat seseorang merasa tidak berharga,” kata Joseph Shrand, Instruktur Psikiatri di Harvard Medical School dan Penulis Buku Outsmarting Anger: 7 Steps for Defusing our Most Dangerous Emotion. 

Rasa tidak berharga akibat bentakan tersebut membuat anak-anak menjadi kurang percaya diri. 

Baca juga:

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Ilustrasi risiko memarahi anak, bagaimana mental anak yang sering dibentakShutterstock/DimaBerlin Ilustrasi risiko memarahi anak, bagaimana mental anak yang sering dibentak

3. Mudah cemas 

Anak yang kerap dibentak oleh orangtua menjadi pribadi yang dilingkupi rasa kecemasan. 

“Anak-anak dapat mudah cemas atau rentan depresi,” tutur Samanta.

Penjelasan Samanta tersebut sejalan dengan pernyataan dari Laura Markham, Ph.D., Psikolog Klinis dan Penulis Buku Peaceful Parent, Happy Kids: How to Stop Yelling and Start Connecting

Dilansir dari Parents, Markham menuturkan, penelitian menemukan bahwa anak-anak yang dimarahi orangtua rentan mengalami kecemasan dan meningkatkan depresi. 

Anak-anak menangkap rasa kecemasan tersebut dari orangtuanya saat marah maupun membentak. Mereka juga belajar bahwa cara orangtua bereaksi terhadap kesalahan apa pun yang mereka perbuat adalah merangsang kecemasan, bukan menenangkannya. 

4. Tidak pandai meregulasi emosi 

Samanta menuturkan, anak yang kerap dimarahi oleh orangtuanya berisiko tumbuh menjadi pribadi yang mudah marah. Sebab, anak merupakan peniru ulung sehingga mereka mencontoh orangtua yang juga kerap marah.  

“Anak jadi mudah marah, kurang cakap dalam meregulasi emosi,” tuturnya. 

Selain itu, dengan memarahi mereka, justru perilaku anak-anak berpotensi menjadi lebih buruk, bukan disiplin menuruti perintah orangtua. Dilansir dari Healthline, memarahi anak yang disertai dengan teriakan justru dapat memperburuk perilaku anak.

Baca juga:

5. Depresi 

Dampak paling buruk akibat sering memarahi anak, utamanya disertai dengan bentakan adalah anak rentan mengalami depresi, dilansir dari Healthline. 

Selain membuat anak merasa sakit hati, takut, atau sedih, kemarahan orangtua yang disertai dengan kekerasan verbal juga bisa mengakibatkan masalah psikologis yang terbawa hingga dewasa.

Dalam sebuah penelitian ditemukan hubungan positif antara kekerasan verbal orangtua terhadap anak dengan rasa depresi atau kecemasan pada anak-anak usia 13 tahun. 

Kondisi tersebut dikhawatirkan dapat memperburuk perilaku mereka, bahkan dapat berkembang menjadi tindakan yang merugikan diri sendiri, seperti penggunaan narkoba atau aktivitas seksual yang berisiko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com