Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketidaksetaraan Dinilai Jadi Penyebab Utama Kekerasan pada Perempuan

Kompas.com - 05/04/2024, 03:10 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mengenali faktor-faktor penyebab kekerasan pada perempuan adalah langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah kejadiannya kian menjamur atau terulang kembali.

Apalagi, perempuan kerap menjadi korban kekerasan, baik secara fisik, psikologis, seksual bahkan ekonomi.

Laporan Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan 2023 pun menunjukkan bahwa jumlah kekerasan terhadap perempuan pada tahun 2023 ada sebanyak 289.111 kasus.

Baca juga: 3 Langkah Cegah Anak Perempuan Jadi Korban Kekerasan Berbasis Online

Adapun kekerasan terhadap perempuan di ranah personal masih menempati pengaduan yang dominan dari keseluruhan sumber data.

Ketidaksetaraan sebagai penyebab kekerasan pada perempuan

Kasus kekerasan terhadap perempuan seringkali dilakukan oleh laki-laki.

Menurut Gender Equality and Social Inclusion (GESI) Specialist Plan Indonesia, Rani Hastari, ketimpangan relasi kuasa yang dibangun oleh budaya patriarki membuat perempuan rentan menjadi korban kekerasan.

"Pada intinya, kekerasan itu bisa terjadi lantaran ada relasi kuasa ya. Karena orang merasa dirinya berhak untuk melakukan kekerasan terhadap orang lain," ungkap Rani saat ditemui Kompas.com di acara Plan Indonesia di Jakarta, Selasa (2/4/2024).

"Jadi di situ ada relasi kuasa yang tidak setara, ya akar masalahnya dari ketidaksetaraan gender itu sendiri," jelas dia.

Baca juga:

Selain relasi kuasa, mernomalisasi bentuk kekerasan juga melanggengkan masalah ini terus terjadi dan banyaknya dialami oleh kaum perempuan.

Misalnya, lanjut Rani, catcalling di jalan itu membuat perempuan tidak nyaman namun dianggap hal yang biasa atau bahkan memuji perempuan.

"Padahal catcalling itu umumnya tidak konsesual dan masuk sebagai pelecahan seksual di ruang publik. Cuma orang yang melakukan sering tidak sadar atau menyebutnya sebagai pujian, sedangkan niat catcalling memang pelecehan," terangnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com