Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluhan Makanan Basi di Menu Makan Bergizi Gratis, Apa Dampaknya jika Dikonsumsi Anak?

Kompas.com, 13 Januari 2025, 10:29 WIB
Devi Pattricia,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Program penyediaan Makanan Bergizi Gratis (MBG) untuk anak-anak mulai dari PAUD hingga SMA mendapatkan berbagai keluhan dari para siswa.

Makanan yang seharusnya menjadi solusi gizi, justru menimbulkan keluhan akibat kualitas makanan yang buruk, salah satunya makanan basi.  

Kasus makanan basi yang ditemukan dalam distribusi menu bergizi ini, memicu kekhawatiran tentang dampak kesehatan bagi anak-anak yang mengonsumsinya.

Baca juga: Curhatan Siswa SD Jakarta, Sayur Bayam Asam dan Berharap Susu di Menu Makan Bergizi Gratis

Menurut dokter dan Ahli Gizi Masyarakat DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum, makanan basi jelas tidak layak untuk dikonsumsi anak.

Sebab, hal ini bisa memicu berbagai gangguan kesehatan, khususnya di saluran cerna anak.

“Makanan basi itu bukan makanan yang layak untuk dimakan. Jadi itu sudah pasti dampaknya bisa menimbulkan sakit perut, keracunan, hingga infeksi,” ujarnya kepada KOMPAS.com, Sabtu (11/1/2025).

Ia juga menekankan, bau yang tidak sedap dari makanan basi menjadi alasan utama anak-anak enggan menyantapnya.

Ketika anak-anak enggan mengonsumsi menu tersebut dengan alasan basi ataupun tidak menyukai menu yang disajikan, maka khawatirnya hanya akan menambah limbah makanan.

“Jangan sampai nanti munculnya adalah food waste, karena banyak sayuran atau daging yang tidak anak sukai, apalagi sampai basi makanannya,” imbaunya.

Jika sudah basi, umumnya makanan tersebut sudah terkontaminasi bakteri atau jamur yang tidak seharusnya masuk ke dalam tubuh. 

“Sekarang bisa bayangkan kalau makanan sudah terkontaminasi dengan bakteri dan tumbuhnya jamur, ini bahaya banget,” katanya.

Dalam konteks pengelolaan makanan, dr. Tan menyoroti pentingnya penerapan sistem keamanan pangan yang ketat seperti HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points

Metode ini wajib diterapkan untuk menjamin higienitas dan keamanan makanan. 

“Metode HACCP ini mengatur pengelolaan makanan harus sesuai standar keamanan dan higienitasnya, mulai dari bahan makanan dipilih hingga sampai ke konsumen,” lanjut dr. Tan.

Baca juga: Susu dalam Menu Makan Bergizi Gratis Harus Dipastikan Rendah Gula

Diperlukan pengawasan ketat terhadap proses penyimpanan, pengemasan, hingga distribusi makanan untuk memastikan makanan yang disajikan tetap aman dan layak konsumsi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca tentang


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau