BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dan Voltaren

Memutuskan Rantai Mitos Terapi Panas saat Pegal

Kompas.com - 19/09/2017, 12:59 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

KOMPAS.com - Terapi panas alias mengobati bagian badan yang sedang dalam kondisi pegal dan nyeri itu dengan sesuatu yang panas atau hangat, dipercaya dapat menyembuhkan.

Karenanya, mandi air hangat, menempelkan koyo, dan mengoleskan banyak balsam agar badan menjadi panas, kerap dijadikan alternatif agar badan terasa lebih enak.

Efektifkah seperti itu?

Penelitian dari University of Ulster, Irlandia, yang diterbitkan oleh Dailymail, Selasa (27/1/2015) menunjukkan hal sebaliknya. Otot pegal tak bisa diobati dengan terapi panas.

Sebagai gantinya, penelitian itu menyarankan seseorang yang sedang mengalami pegal-pegal untuk berendam dengan air dingin.

Temuan mereka menyimpulkan bahwa sepuluh menit berendam dalam air dingin bersuhu 6 derajat celcius akan memberikan hasil terbaik untuk melawan rasa sakit.

Sebagai informasi, air dingin bisa mengurangi rasa sakit dan radang di otot—yang sedang terasa  panas setelah melakukan olahraga keras.

Bahkan, penelitian lain yang dilakukan oleh seorang profesor ahli mikrobiologi dari University School of Medicine di Amerika Serikat, Nikolai Shevcuk, mendapati bahwa mandi air hangat bisa meningkatkan hormon endorfin sehingga dapat meningkatkan mood dan bisa membuatnya merasa lebih bahagia.

Dalam penelitiannya, ia menyarankan siapapun untuk membiarkan diri menurunkan suhu saat mandi secara perlahan. Bila suhu 6 derajat celcius terlalu rendah, maka sesuaikan suhunya menjadi 20 derajat celcius.

Hanya mitos

Pernahkah Anda disarankan untuk mengobati rasa pegal dengan mengoleskan obat pereda nyeri berupa obat gosok panas? Ingatkah Anda ada ungkapan, rasa sakit harus dobati juga dengan hal-hal yang juga bikin “sakit”.

Ilustrasi nyeri.Thinkstockphotos Ilustrasi nyeri.

Faktanya, obat yang memiliki efek panas setelahnya memang bisa menghilangkan rasa nyeri dengan efek counter irritant. Arti dari ungkapan itu adalah melupakan rasa nyeri sejenak.

Sayangnya, efek panas bisa saja berujung pada pembengkakan. Tandanya, mengobati pegal dengan panas hanyalah mitos.

Lalu, bagaimana dengan balsam—obat yang diyakini selama ini bisa mengatasi pegal. Sama halnya dengan minyak gosok panas, balsam memang dipercaya bisa meredakan nyeri dan pegal.

Sayangnya, kadang malah menyebabkan luka bakar kimia. Apalagi bila balsam yang dipakai mengandung kombinasi mentol dan metilsalisilat.

Karenanya, mencari alternatif obat lainnya diperlukan. Tak perlu percaya ungkapan “mengobati sakit dengan obat yang juga membuat sakit” kalau memang ada yang lain.

Mencari obat pegal berupa gel berbahan khusus yang tidak menimbulkan efek panas, seperti Voltaren Emulgel, misalnya, bisa jadi pilihan.

Kandungan natrium diklofenak di dalamnya membantu menghilangkan rasa pegal pada tubug sampai ke akarnya tanpa menimbulkan rasa sakit atau pun panas.

Punya pengalaman sama? Bila ya, Anda bisa berbagi lewat kontes #BerantasTanpaBatas.

Jadi, siapkah melawan pegal tanpa rasa sakit?

 

Baca tentang


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com