Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/06/2019, 07:23 WIB
Kahfi Dirga Cahya,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Keberagaman dan toleransi adalah hal yang belakangan ini juga sering dikampanyekan oleh merek-merek besar.

Sayangnya merek besar Adidas diterpa isu diskriminasi ras yang terjadi di markas besar Adidas di Amerika Utara, Portland.

Dalam laporan New York Times baru-baru ini disebutkan lebih dari 20 karyawan dan mantan pegawai anonim Adidas menceritakan lingkungan kerja mereka yang justru bertentangan dengan citra merek tentang inklusi dan keberagaman.

Salah satu contoh diskriminasi yang mereka rasakan misalnya, hanya ada satu karyawan berkulit hitam dalam pertemuan, yang seringkali mengarah pada stereotip rasial yang muncul dalam diskusi.

Isu diskriminasi ras juga pernah dikaitkan dengan beberapa brand ambassador, yakni bintang NBA James Harden dan Damian Lillard.

Laporan tersebut mengungkap sebuah pertemuan pada tahun 2016 yang menyarankan marketing Harden dengan konsep "Uncaged"--digambarkan Harden membebaskan diri dari sel penjara.

Lalu ada kampanye lain, berjudul "All Rise," yang memperlihatkan Lillard sebagai terdakwa di ruang sidang.

Dalam laporan NYTimes, menurut pengakuan pegawai lain, juga pernah terjadi situasi di mana karyawan kulit putih melakukan cemooh rasial terhadap pegawai kulit hitam, baik teks atau pun lisan.

Baca juga: Virgil Abloh Tanggapi Kritik Soal Kesenjangan Ras Off-White

Laporan serupa tentang Three Stripes juga pernah muncul pada November 2018, ketika sebuah surat anonim berbicara tentang dugaan diskriminasi dan penindasan ras di tempat kerja.

Seperti yang diungkap artikel tersebut, hal ini dianggap sangat jauh dari pesan yang dipromosikan merek di mata publik, dengan bintang iklan seperti Kanye West, Pharrell Williams, Pusha T dan musisi superstar yang baru saja bergabung, Beyonce.

Selain itu, menurut angka statistik pada 2018, pada kenyataannya, kurang dari 4,5 persen dari 1.700 karyawan di markas Adidas Portland yang merupakan kulit hitam.

Plus, tahun lalu, hanya tiga dari sekitar 340 wakil presiden perusahaan di seluruh dunia yang berkulit hitam.

Sementara itu, kepala sumber daya manusia global Adidas, Karen Parkin, mengakui kepada New York Times, perusahaan dapat meningkatkan aspek tempat kerja dan mengklaim memiliki kebijakan "tanpa toleransi" mengenai jenis insiden ini.

Kepada Sole Collector, Adidas juga menyebut berkomitmen memelihara lingkungan yang saling menghormati, adil, dan inklusif bagi semua karyawan Adidas di seluruh dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com