Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas, Masalah Otot pada Lansia Bisa Sebabkan Radang Paru-paru

Kompas.com, 6 Maret 2020, 13:20 WIB
Nabilla Tashandra,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kita semua tahu bahwa kondisi fisik seseorang akan semakin menurun seiring bertambahnya usia, termasuk kekuatan otot.

Bahkan, sebuah penelitian yang dipublikasikan di Japan Geriatrics Society pada 2013 menunjukkan, usia 40 tahun adalah awal di mana orang dewasa akan kehilangan massa otot maksimal sebanyak 8 persen setiap dekadenya.

Massa otot yang hilang berpotensi meningkat menjadi 15 persen setelah menginjak usia 70 tahun.

Baca juga: 5 Tips Tetap Sehat untuk Lansia

Kebanyakan dari kita mungkin hanya berpikir, bahwa masalah otot menyebabkan orang lanjut usia semakin sulit bergerak.

Namun, tahukah kamu bahwa masalah otot ini jika dibiarkan dapat menyebabkan radang paru-paru atau pneumonia?

Konsultan geriatri, Dr. dr. C Heriawan Soejono, Sp.PD, K. Ger, M.Epid menjelaskan, hal itu bisa terjadi jika seseorang mengalami penurunan massa otot pada banyak anggota tubuh, termasuk anggota gerak.

Sebab, jika massa otot pada area tubuh tersebut berkurang, kemampuan seseorang untuk menggerakkan area tersebut jika akan melemah.

"Bayangkan kalau kekuatan itu, otot yang mengecil itu, terjadi pada anggota gerak atas, anggota gerak bawah, otot-otot perut, punggung, dada, semuanya berkurang dan kekuatannya jadi semakin berkurang."

"Akibatnya orang tersebut menjadi mengalami kesulitan untuk bergerak. Untuk pindah dari posisi baring kemudian ke posisi duduk dan akhirnya bisa berdiri itu akan mengalami kesulitan karena pergerakan-pergerakan tersebut kan membutuhkan otot," ungkapnya ketika ditemui pada acara Ensure Press Launch di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (5/3/2020).

Baca juga: Jenis Olahraga Aman untuk Lansia, Apa Saja?

Heriawan menambahkan, paru-paru merupakan suatu jaringan yang penuh dengan aktivitas saluran pernapasan. Mulai dari hidung, tenggorokan, kemudian masuk ke seluruh jaringan paru-paru.

Di dalam saluran paru-paru terdapat cairan berupa lendir yang secara rutin bergerak mengalirkan, misalnya kotoran yang masuk, dari paru-paru hingga ke luar tubuh dan dikeluarkan lewat batuk.

Ketika seseorang sulit menggerakkan tubuhnya dan hanya mampu berbaring, maka cairan yang ada di dalam saluran-saluran tersebut akan tinggal di tempat yang sama bersama dengan kemungkinan bakteri yang sempat masuk.

Kondisi inilah yang dapat menyebabkan infeksi.

"Kondisi ini merupakan media yang sangat bagus untuk tumbuhnya kuman. Jadilah infeksi paru yang disebut dengan pneumonia," kata Heriawan.

Baca juga: Penyebab Lansia Gampang Mengantuk dan Sering Tidur

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau