Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/09/2020, 08:27 WIB
Gading Perkasa,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber FOXNEWS

KOMPAS.com - Diet keto menjadi salah satu diet populer dalam beberapa tahun terakhir karena pola makan diet ini dianggap tidak menyiksa. Sebab, meski harus membatasi asupan karbohidrat, tetapi bisa bebas mengonsumsi lemak dan protein dalam jumlah tinggi.

Mereka yang menjalani diet keto mengaku merasakan sejumlah manfaat, seperti mengurangi nafsu makan dan menurunkan kadar gula darah di dalam tubuh.

Namun demikian, temuan terbaru menunjukkan bahwa diet ini tidak aman bagi kesehatan jantung. 

Para peneliti di National Jewish Health meninjau temuan studi terdahulu terkait diet keto serta diet intermiten (puasa).

"Kedua jenis diet tersebut bisa membantu seseorang menurunkan berat badan untuk jangka waktu pendek dan berkontribusi terhadap kesehatan jantung," tulis para peneliti mengenai temuan itu.

Para peneliti menyebutkan, pola makan pelaku diet keto berisiko bagi kesehatan pembuluh darah karena cenderung tinggi lemak, terutama lemak jenuh.

Baca juga: Diet Keto, Lebih Banyak Risiko atau Manfaatnya?

 

Selain itu, tren penurunan berat badan cenderung tidak berkelanjutan setelah seseorang menjalani diet itu untuk waktu satu tahun.

"Tidak jelas apakah penurunan berat badan disebabkan oleh ketosis atau karena pembatasan kalori," kata peneliti.

Peneliti menambahkan, ada bukti bahwa penerapan diet keto dalam jangka panjang bisa memicu pengerasan pada arteri, dan memiliki risiko kematian lebih besar.

Kendati begitu, ada sejumlah manfaat diet keto bagi penderita diabetes, yaitu menurunkan kadar gula darah dan insulin.

Namun, peneliti mengingatkan perlu adanya studi lebih lanjut untuk mengonfirmasi manfaat diet keto sebelum diet tersebut direkomendasikan secara klinis.

Baca juga: Seefektif Apa Puasa Intermiten Turunkan Berat Badan?

Dalam studi mengenai diet intermiten --yang melibatkan studi pada sejumlah hewan-- disebut para peneliti menunjukkan manfaat, seperti memperpanjang usia, serta menurunkan berat badan dan tekanan darah.

Kendati demikian, para peneliti khawatir rasa lapar yang disebabkan oleh puasa membuat sebagian orang makan berlebihan atau memilih makanan tidak sehat yang berdampak buruk pada kesehatan jantung mereka.

"Adanya diet keto dan diet intermiten membuat media sosial dipenuhi klaim, janji, dan peringatan yang tidak diverifikasi dan berbahaya bagi kesehatan kita," tutur Dr Andrew Freeman, Direktur Pencegahan Kardiovaskular dan Kesehatan di National Jewish Health.

Diet yang direkomendasikan oleh ahli kesehatan, seperti diet berbasis nabati dan diet Mediterania, diteliti secara ekstensif untuk keamanan dan efisien untuk meningkatkan kesehatan jantung.

Baca juga: Kerusakan Jantung pada Pengidap Covid-19, Apa Penjelasannya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber FOXNEWS
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com