KOMPAS.com - Kasus pelecehan seksual biasa terungkap setelah kejadian itu berhasil direkam oleh korban dan menjadi viral di media sosial.
Seperti video yang viral beberapa waktu belakangan di kereta rel listrik (KRL) dan driver ojol yang mana korbannya sempat merekam aksi bejatnya itu, kemudian diunggah ke media sosial.
Menurut Ikhsan Bella Persada, M. Psi., psikolog klinis dari Bicarakan.id, aksi merekam pelaku pelecehan seksual merupakan langkah yang tepat ketika kita menjadi korban.
Baca juga: Kenapa Diam dan Tak Melawan Saat Mengalami Pelecehan Seksual?
"(Merekam aksi pelecehan seksual) oke kalau menurut saya."
"Tujuan korban memviralkan videonya agar ia mendapatkan dukungan untuk melakukan sanksi sosial pada pelaku ekshibisionisme," kata dia kepada Kompas.com.
Ketika video itu viral di media sosial, tentu si pelaku akan merasa malu bahwa aksinya itu ketahuan orang luas.
Sanksi sosial seperti inilah yang bisa dijadikan peluang bagi para korban untuk memberikan efek jera kepada si pelaku.
"Perekaman juga dapat menjadi bukti bahwa ada tindakan pelecehan yang dilakukan pelaku ekshibisionisme," papar dia.
Selain sanksi sosial, kelebihan kita merekam aksi tersebut adalah untuk memberikan sanksi hukum ke pelaku dengan melaporkannya ke pihak berwajib.
"Kalau tujuannya sebagai alat bukti untuk dilaporkan kepada pihak berwajib, menurut saya tidak apa untuk dilakukan."
"Karena memang butuh bukti kuat untuk melakukan pelaporan atas yang dialaminya," tegas dia.
Baca juga: Kebijakan Baru Facebook Cegah Pelecehan Seksual pada Tokoh Publik
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.