BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Yakult

Memahami Filosofi Shokuiku, Konsep Makan Sehat dari Negeri Sakura

Kompas.com - 04/07/2023, 14:43 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pola makan masyarakat Jepang memang patut dicontoh. Selain mengedepankan rasa asli dari suatu bahan makanan, masyarakat Jepang menerapkan prinsip berkesadaran dalam mengonsumsi makanan.

Tak heran, Jepang menjadi salah satu negara yang termasuk zona biru dengan penduduk berumur panjang dan sehat.

Penerapan pola makan sehat pada dasarnya tak serta-merta menjadi budaya di sana. Untuk membangun kebiasaan itu, anak-anak yang mengenyam bangku sekolah di Jepang sudah mulai diajarkan filosofi shokuiku.

Edukasi makan sehat biasanya diajarkan bersamaan momentum makan siang bersama di setiap sekolah Jepang.

Konon, pendidikan makan tersebut sudah ada sejak awal abad ke-19. Namun, mulai dijadikan sebagai standar dalam pendidikan di seluruh penjuru Jepang pada 2005, yakni basic law of shokuiku.

Baca juga: Transformasi Menu Makan Siang ala Shokuiku di Jepang dari Masa ke Masa

Lewat edukasi makan shokuiku, anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar diberi pemahaman mengenai konsep makan dengan menu bergizi lengkap dan seimbang.

Pakar gizi dari Kanagawa Institute of Technology Jepang Profesor Naomi Aiba mengungkapkan, penerapan shokuiku sejak dini bermanfaat untuk membentuk pola makan sehat pada anak-anak hingga dewasa kelak.

“Jika sudah dibiasakan makan tidak berlebihan, komposisi gizinya lengkap, dan makan teratur seperti yang diajarkan di shokuiku, berat badan bisa terkontrol dan penyakit terkait gaya hidup tidak sehat bisa dicegah,” jelas Profesor Aiba sebagaimana diberitakan dari Kompas.com, Selasa (30/5/2023).

Perlu diketahui, lewat praktik konsep makan tersebut di sekolah, siswa didorong secara aktif untuk berani menyuarakan pilihan atau preferensi mereka, mulai dari porsi hingga menu favorit, berbasis budaya makan sehat yang telah dilakoni sehari-hari.

Dengan shokuiku, anak-anak punya kesadaran makan dengan menu bergizi lengkap dan seimbang setiap hari. Dengan begitu, mereka punya pustaka hidup sehat untuk bekal saat kelak dewasa.

Baca juga: Kenali Strategi Program Shokuiku di Jepang untuk Melawan Hipertensi

Tidak hanya itu, lewat konsep makan tersebut, siswa juga belajar tata krama dalam sesi makan, mulai dari memberikan salam sebelum makan hingga cara bersosialisasi dengan teman sejawat saat proses makan berlangsung.

Untuk menunjang mutu dan kualitas makanan, menu yang disuguhkan kepada siswa dirumuskan oleh seorang tenaga ahli gizi sekolah. Makanan yang disuguhkan wajib diolah secara higienis di dapur sekolah.

Tak sekadar menyenangkan dan mengenyangkan, sesi makan shokuiku menjadi ajang edukasi yang ditunggu-tunggu oleh siswa.

Bagi mereka, makan siang tak sekadar agenda untuk memenuhi rasa lapar. Terlebih penting adalah momen edukasi guna mengenal tata cara sekaligus ragam bahan pangan sarat gizi yang mutlak diketahui.

Kaya khasanah rasa dan menu

Diberitakan Kompas.com, Selasa (30/5/2023), menu makan siang ala shokuiku di sekolah Jepang biasanya sudah disusun untuk kebutuhan dalam periode satu bulan.

Baca juga: Kenali Apa itu Shokuiku, Edukasi Membentuk Pola Makan Sehat ala Jepang

Adapun jenis hidangan yang disiapkan beragam, mulai dari menu lokal khas Jepang hingga internasional. Dengan begitu, siswa diperkenalkan berbagai rasa agar memiliki kamus serta pengalaman kuliner yang lebih kaya.

Berkat ragam menu tersebut, siswa makin mengenal cita rasa yang berbeda-beda dari setiap kuliner khas daerah, termasuk kuliner khas yang selalu disuguhkan pada perayaan hari-hari besar pada umumnya.

Sebagai contoh, ada menu khusus untuk Tokyo Citizen Day, onigiri untuk kemah musim panas, makanan berbasis labu khas perayaan Halloween, dan ayam panggang saat Natal.

Saat pertandingan sepakbola Olympics Jepang melawan Amerika Serikat (AS), pihak sekolah juga menyiapkan menu musiman tersebut, yakni hamburger. Namun, bahan yang digunakan berbasis komposisi lokal. Dalam konsep shokuiku, anak-anak juga dibekali wawasan mengenai darimana bahan makanan tersebut diproduksi.

Dalam menyiapkan menu makan siang ala shokuiku, tim ahli gizi sekolah akan mengacu pada pola makan sehat sesuai standar yang ditetapkan pemerintah Jepang.

Baca juga: Cara Menerapkan Shokuiku, Kebiasaan Makan Sehat Anti-buncit ala Jepang

Dari segi takaran kalori, misalnya, mereka menjadikan anjuran pemerintah sebagai acuan sekaligus menyesuaikan kebutuhan anak usia sekolah dasar.

Selain memperhatikan kebutuhan kalori anak untuk menjaga berat badan dan memenuhi gizi, pihak sekolah juga cermat memperhatikan komposisi nutrisi asupannya.

Setiap menu makan siang harus terdiri atas protein, karbohidrat, lemak, dan serat yang bisa mengakomodasi kebutuhan murid yang harus menimba ilmu dari pagi sampai sore hari.

Penggunaan garam dan gula juga dikontrol secara ketat agar tidak berlebihan. Tidak hanya itu, setiap bahan makanan yang diolah sudah dijamin bebas atau minim pestisida, sayur dan buah yang dipakai adalah jenis organik, serta tidak menggunakan bahan atau bumbu instan.

Teknik memasak yang digunakan pun beragam, mulai dari tumis, panggang, goreng, hingga kukus. Sedapat mungkin, seluruh bahan disiapkan secara mandiri tanpa bahan dan bumbu instan.

Baca juga: Yuk, Intip Menu Makan Siang Murid SD di Jepang ala Shokuiku yang Lezat dan Sehat

Menu utama shokuiku

Adapun menu yang jamak disuguhkan pada konsep makan shokuiku memang tak lepas dari menu lokal Jepang.

Biasanya, menu yang disajikan terdiri dari sepiring nasi, kari daging khas Jepang yang berisi campuran daging, wortel, kentang, bawang bombai, serta kuah coklat kental.

Adapun produk Yakult senantiasa menjadi menu tambahan dalam setiap sajian shokuiku di Jepang. Pasalnya, minuman probiotik asal Negeri Sakura itu memiliki beragam manfaat yang baik untuk tubuh dan mendukung kesehatan masyarakat, tak terkecuali anak-anak.Dok. Yakult Adapun produk Yakult senantiasa menjadi menu tambahan dalam setiap sajian shokuiku di Jepang. Pasalnya, minuman probiotik asal Negeri Sakura itu memiliki beragam manfaat yang baik untuk tubuh dan mendukung kesehatan masyarakat, tak terkecuali anak-anak.

Tidak hanya itu, ada pula menu tambahan guna melengkapi kebutuhan nutrisi harian anak, seperti salad sayur, camilan crepes stroberi, yogurt Joie, dan minuman probiotik Yakult.

Adapun produk Yakult senantiasa menjadi menu tambahan dalam setiap sajian shokuiku di Jepang. Pasalnya, minuman probiotik asal Negeri Sakura itu memiliki beragam manfaat yang baik untuk tubuh dan mendukung kesehatan masyarakat, tak terkecuali anak-anak.

Untuk diketahui, Yakult mengandung Lactobacillus casei Shirota strain, yaitu bakteri baik yang dapat hidup secara alami dalam usus manusia. Bakteri ini ditemukan oleh dokter medis Minoru Shirota pada 1930.

Dalam satu botol Yakult, terdapat lebih dari 6,5 miliar bakteri baik Lactobacillus casei Shirota strain. Dengan takaran minum dua kali sehari, Yakult dapat membantu meningkatkan jumlah bakteri baik pada saluran pencernaan yang berguna untuk menghambat perkembangan dari bakteri jahat penyebab infeksi.

Baca juga: Rendah Gula dan Kalori, Yakult Indonesia Luncurkan Yakult Light

Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa Yakult dapat memberikan manfaat baik pada tubuh dengan membantu beberapa mekanisme penting, di antaranya dengan menjaga kesehatan usus, meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi infeksi lambung, mengurangi racun dalam usus, serta memperlancar sistem pencernaan.

PT Yakult Indonesia Persada meluncurkan varian baru, Yakult Light. Varian anyar ini dengan kandungan gula rendah dengan pemanis alami maltitol dan glikosida steviol sehingga rendah kalori.Dok. Yakult Indonesia PT Yakult Indonesia Persada meluncurkan varian baru, Yakult Light. Varian anyar ini dengan kandungan gula rendah dengan pemanis alami maltitol dan glikosida steviol sehingga rendah kalori.

Selain itu, Yakult juga dapat membantu beberapa fungsi lainnya seperti menurunkan atau mencegah penumpukan lemak berlebih pada tubuh, menurunkan kolesterol, serta mencegah perut kembung.

Untuk diketahui, Yakult yang beredar di Tanah Air terdiri dari dua varian, yaitu Yakult Original dan Yakult Light.

Adapun produk Yakult Original mengandung gula yang cukup rendah, yaitu 10 gram (gr) per kemasan 65 ml. Sementara, kandungan gula pada varian Yakult Light adalah 3 gr per kemasan.

Pemanis alami pada Yakult Light adalah maltitol dan glikosida steviol. Penggunaan pemanis ini sudah sesuai dan disetujui oleh United States Food Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (AS) sehingga keamanannya lebih terjamin.

Baca juga: 30 Tahun Hadir di Indonesia, Yakult Berhasil Pasarkan 7 Juta Botol Per Hari

Untuk informasi lebih lanjut seputar manfaat Yakult, klik tautan berikut


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com