Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/07/2023, 10:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Rangga Septio Wardana dan Brigitta Valencia Bellion

KOMPAS.com - Bekerja terlalu keras terkadang menyebabkan seseorang mengalami kelelahan emosional, mental, dan fisik. Kondisi ini biasa disebut sebagai burnout karena disebabkan oleh stres yang berkepanjangan atau berulang.

Burnout adalah reaksi terhadap stres akibat pekerjaan yang berkepanjangan kronis. Hal ini ditandai oleh tiga dimensi utama, yaitu kelelahan, sinisme, dan perasaan berkurangnya kemampuan profesional.

Lantas, apa yang perlu dilakukan ketika mengalami burnout? Hal ini pun menjadi pembahasan utama dalam siniar Obsesif bertajuk “Kelelahan hingga Burnout, Harus Apa? ft. Mindtera”, yang dapat diakses melalui tautan dik.si/ObsesifBurnout.

Mengenal Kondisi Burnout

Melansir dari Medical News Today, burnout adalah stres yang dialami ketika seseorang menghadapi suatu pekerjaan yang menguras energi hingga merasa kewalahan dan tak berdaya.

Dalam beberapa kasus, kondisi ini akan membuat seseorang kehilangan minat terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Menurut WebMD, orang yang merasa lelah secara fisik dan mental cenderung tidak produktif sehingga memiliki performa yang buruk.

Baca juga: 5 Strategi Membangun Lingkungan Kerja Inklusif

Seseorang yang mengalami burnout juga akan mengalami penurunan kekebalan tubuh sehingga lebih rentan terhadap penyakit.

Tanda Seseorang Mengalami Burnout

Menurut Verywell Mind, kondisi burnout dapat dibedakan menjadi dua, yaitu secara fisik dan mental. Pada umumnya, seseorang dengan kondisi burnout fisik akan mengalami gangguan pencernaan, tekanan darah tinggi, cenderung muda sakit, dan mengalami gangguan tidur.

Sementara itu, seseorang dengan kondisi burnout mental cenderung kesulitan untuk berkonsentrasi, merasa depresi, merasa rendah diri, hingga kehilangan minat atau kepuasan untuk melakukan kegiatan tertentu.

Melansir dari Verrywell Mind, burnout memiliki gejala yang hampir mirip dengan depresi. Namun, seseorang yang mengalami depresi cenderung memiliki perasaan dan pikiran negatif terhadap banyak aspek kehidupan.

Mencegah Kondisi Burnout

Dikutip dari Cleveland Clinic, Adam Borland, seorang psikolog klinis Amerika berpendapat bahwa penting bagi setiap orang mengenal tanda-tanda burnout agar lebih mampu mengambil jeda untuk beristirahat dan menerapkan manajemen hidup yang lebih baik.

Baca juga: Kuat Hadapi Masalah dengan Prinsip Antifragile

Selain itu, setiap orang juga perlu menjaga komunikasi dengan orang-orang terdekat untuk saling membantu pencegahan burnout.

Lantas, apa yang harus dilakukan saat mengalami kondisi burnout? Dengarkan informasi lengkapnya dalam siniar Obsesif episode “Kelelahan hingga Burnout, Harus Apa? ft. Mindtera” dengan tautan akses dik.si/ObsesifBurnout di Spotify.

Di sana, ada pula beragam informasi menarik seputar dunia kerja untuk job seeker dan fresh graduate.

Ikuti siniar Obsesif dan akses playlist-nya di YouTube Medio by KG Media sekarang juga agar kalian tak tertinggal tiap episode terbarunya!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com