Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Bertumbuh dengan Merelakan

Kompas.com - 10/10/2023, 15:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Ramos Mangihut Yemima S. dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Setiap orang punya mimpi di dalam hidupnya. Mimpi itu dapat berupa pekerjaan, perguruan tinggi, jabatan, dan sebagainya.

Mimpi-mimpi tersebut merupakan perwujudan dari harapan dan semangat untuk berjuang menjalani hidup. Namun, di dalam hidup ini, ada banyak kerikil yang sering kali membuat seseorang harus dewasa lewat belajar merelakan.

Hal ini serupa dengan pembahasan dalam siniar Anyaman Jiwa episode “Kapan Harus Idealistis dan Realistis?” dengan tautan akses s.id/AnyJiwIdealis. Dalam episode ini, dikatakan bahwa realitas sering kali menjadi penyebab seseorang harus merelakan mimpinya.

Pahitnya kenyataan memberikan segudang pembelajaran untuk kehidupan. Pembelajaran itu menjadi pendorong bagi seseorang untuk belajar dewasa dalam menerima segala hal di hidupnya.

Realitas dan Hal-Hal di Luar Kendali Kita

Sebagai manusia, kita cenderung untuk merencanakan dan mengatur berbagai hal dalam hidup kita. Beragam keinginan tersusun sebagai tujuan utama kehidupan dan meyakini diri bahwa mimpi tersebut dapat tercapai.

Segala usaha, tenaga, dan jerih payah kita pertaruhkan untuk mencapai keinginan itu. Namun, tak ada yang menyangka dan menyiapkan hati untuk adanya kemungkinan gagal. Hal ini didukung oleh pernyataan Psychology Today, bahwa sering kali kita gagal menyadari keterbatasan kita atas hal-hal yang terjadi di dalam hidup kita.

Saat sudah menyadari keterbatasan, kita masih sulit untuk menerimanya karena takut kecewa. Perasaan takut maupun sedih akan keterbatasan sangatlah wajar, sebab untuk menerimanya tentu sangat sulit dilakukan.

Baca juga: Stop Jadi People Pleaser Demi Kesehatan Mental

Namun, ada satu pemahaman yang sering terlewatkan; kehidupan tidak selalu berjalan sesuai keinginan kita. Pemahaman tersebut ditandai dengan berbagai peristiwa yang tak pernah kita bayangkan. Misalnya, kehilangan rasa akan sesuatu yang dulu kita senangi, kepergian orang-orang yang berarti, dan tidak terkecuali kegagalan.

Ketika dihadapi hal-hal seperti itu, tak jarang kita tenggelam dalam kesedihan. Padahal, selalu ada harapan untuk hal yang jauh lebih besar lewat belajar merelakan.

Bertumbuh dengan Merelakan

Merelakan bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Butuh waktu dan kelapangan hati untuk menerima kenyataan bahwa manusia penuh keterbatasan dan pasti akan diliputi rasa kehilangan.

Namun, perlu diketahui dengan belajar merelakan, kita dapat bertumbuh menjadi dewasa dan bijak menghadapi setiap permasalahan di hidup. Kita juga dapat membangun sebuah mindset positif.

Oleh karena itu, kita harus bisa belajar merelakan. Melansir PsychCentral, ada beberapa cara yang dapat kita terapkan supaya dapat belajar merelakan.

Pertama, harus ada sebuah pemahaman bahwa hidup tidak berputar pada keinginan kita semata. Contoh, ada saat di mana kita harus merelakan keinginan atau mimpi kita karena berbagai faktor tak terduga, seperti ekonomi, prospek masa depan, minimnya dukungan orangtua, dan lain sebagainya.

Merelakan mimpi memang sulit, namun dengan merelakan ada hal lain yang dapat dijadikan pelajaran. Jika tidak dapat mewujudkan mimpi, kita dapat tetap dekat dengan mimpi itu lewat menjadikannya sebagai hobi. Tindakan ini adalah wujud dari hal yang bisa dikendalikan sehingga kita semakin belajar untuk dewasa.

Setelah mulai belajar untuk dewasa dan merelakan, kita dapat melatih diri untuk menghargai apa yang kita miliki sekarang, seperti karier, kasih sayang dari keluarga dan pasangan, teman-teman yang suportif, dan lingkungan hidup yang nyaman.

Baca juga: Mencari Ketenangan Diri Lewat Hobi

Perjalanan menjadi dewasa memang tidak mudah. Sebab, dengan menjadi dewasa berarti juga harus belajar untuk menerima dan merelakan hal yang tak akan menetap di hidup kita. Hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah terus melangkah dan percaya akan selalu ada hal baik untuk kita di masa mendatang.

Obrolan tentang pendewasaan hati dan diri ini dapat dinikmati dalam siniar Anyaman Jiwa episode “Kapan Harus Idealistis dan Realistis?” dengan tautan akses s.id/AnyJiwIdealis. Nikmati juga informasi lainnya seputar kesehatan mental lewat playlist-nya di YouTube Medio KG Media!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com