Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Filosofi Shokuiku, Jepang Jadi Rumah bagi Anak-anak Tersehat di Dunia

Kompas.com - 23/10/2023, 14:14 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Sumber CNBC

KOMPAS.com - Pada tahun 1896, dokter dan apoteker perintis Sagen Ishizuka menciptakan filosofi Jepang yang disebut shokuiku.

Filosofi ini berasal dari dua kata yang berarti "makan" dan "tumbuh".

Shokuiku mendorong orangtua dan sekolah untuk mengajarkan anak-anak dari mana makanan mereka berasal, dan bagaimana makanan tersebut memengaruhi pikiran dan tubuh.

Konsep ini telah menjadi bagian integral dari budaya Jepang, dan ini adalah alasan utama mengapa Jepang menjadi rumah bagi beberapa anak tersehat di dunia.

Menurut UNICEF, di antara 41 negara maju di Uni Eropa dan OECD, Jepang adalah satu-satunya negara yang memiliki kurang dari satu dari lima anak yang kelebihan berat badan.

Berikut ini adalah cara yang dilakukan oleh orangtua di Jepang untuk membesarkan anak yang sehat dan bahagia.

Baca juga: 7 Opsi Makanan Jepang yang Bisa Sehatkan Tubuh

1. Menerapkan shokuiku sejak dini

Dokter Jepang sering menganjurkan para ibu hamil untuk tetap berpegang pada gaya makan yang seimbang yang disebut "ichij?-sansai".

Makanan ini terdiri dari semangkuk nasi dan sup miso, disertai dengan hidangan yang berfokus pada protein, dan dua sisi sayuran (seperti rumput laut atau jamur).

Menu ini dihidangkan untuk mendapatkan vitamin, mineral, dan serat yang cukup.

Seiring bertambahnya usia anak-anak, mereka mulai belajar tentang kebiasaan makan yang sehat.

Pada tahun 2005, Pemerintah Jepang bahkan mengesahkan Undang-Undang Dasar Shokuiku untuk mempromosikan shokuiku.

Beberapa taman kanak-kanak menyuruh siswa memanen sayuran untuk makan siang.

Sementara, di sekolah dasar, mereka belajar tentang pertanian yang menghasilkan sayuran, ikan, dan makanan lainnya.

2. Mendorong "percakapan kotak bento"

Lebih dari 95 persen sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Jepang memiliki sistem makan siang sekolah.

Makanan direncanakan oleh ahli gizi, dan siswa berperan aktif dalam proses penyajian makan siang.

Meskipun banyak tempat prasekolah yang juga menyediakan makan siang, makan siang bento buatan sendiri dapat memainkan peran penting dalam mempromosikan shokuiku.

Baca juga: Makanan Jepang ini Justru Tidak Disantap Masyarakat Negeri Sakura

"Guru taman kanak-kanak putri saya meminta murid-muridnya untuk membicarakan apa yang ada di dalam kotak bento masing-masing."

"Hal ini membuat waktu makan siang menjadi menyenangkan."

"Dan, anak-anak merasa terdorong untuk mencoba makanan baru - atau bahkan mengungkapkan ketidaksukaan mereka terhadap makanan tertentu - ketika mereka menemukan makanan tersebut di dalam kotak bento milik temannya."

Demikian kesaksian Yuko Tamura, seorang penerjemah budaya, pemimpin redaksi Japonica, dan kontributor dwibahasa untuk The Japan Times.

Yuko Tamura yang memiliki gelar master di bidang Administrasi Bisnis Internasional, berbagi tentang kesaksian ini dalam sebuah tulisan di laman CNBC.

Memilih makan siang bento daripada makanan cepat saji juga memungkinkan anak-anak untuk mendapatkan porsi yang konsisten dari sayuran dan buah-buahan musiman.

Tentu saja, sambil menghindari makanan berlemak tinggi dan bahan tambahan makanan.

Makanan yang disajikan biasanya terbuat dari bahan-bahan lokal yang segar.

Misalnya, ikan kod panggang dengan jagung manis dan pokcoy, disajikan dengan sup minestrone, dan sekotak susu.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com