Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Mengajarkan Anak Kesetaraan Gender sejak Dini

Kompas.com - 30/10/2023, 10:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com - Mengajarkan anak konsep kesetaraan gender penting dilakukan orangtua sejak dini. Pasalnya, pengetahuan soal ini akan berpengaruh bagi pertumbuhan pola pikir anak. Mereka pun jadi saling menghargai satu sama lain.

Begitu pula tokoh Tio dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua edisi spesial bersama Majalah Bobo 50 Tahun episode “Cuci Piring” dengan tautan s.id/DopingBoboCuciPiring. Sayangnya, saat sedang membantu sang ibu mencuci piring, Tio justru diolok-olok oleh teman-temannya.

Mereka menganggap cuci piring adalah aktivitas yang dilakukan oleh anak perempuan. Padahal, pekerjaan domestik seperti ini adalah tanggung jawab semua orang tanpa memandang apa pun jenis kelaminnya.

Mengapa Ajarkan Kesetaraan Gender Itu Penting?

Ada banyak norma, praktik, dan struktur yang mendorong laki-laki dan perempuan untuk mengadopsi identitas dan peran gender yang berbeda dalam masyarakat.

Itu mengapa, stereotip lama yang menempatkan peran maskulin lebih tinggi daripada peran feminin masih beredar di mana-mana.

Kesetaraan gender dapat didefinisikan sebagai penikmatan persamaan hak dalam semua aspek kehidupan. Ketika anak perempuan dan anak laki-laki sama-sama bebas dari diskriminasi, mereka akan mampu mencapai potensi diri sepenuhnya.

Terlebih, jika mereka hidup di negara dengan budaya patriarki (menganggap laki-laki lebih tinggi daripada perempuan) yang masih tinggi.

Baca juga: Bertumbuh dengan Merelakan

Saat anak laki-laki memandang rendah perempuan, mereka pun jadi enggan bersikap empati dan selalu memikirkan dirinya sendiri. Itulah mengapa, kita kerap melihat laki-laki meremehkan pekerjaan rumah tangga dan kurang berempati pada perempuan di sekitarnya.

Orangtua yang bersikap membandingkan anak laki-laki dan perempuan juga harus diwaspadai. Tindakan ini bukanlah sesuatu yang bijak dilakukan karena juga akan membentuk persepsi bahwa anak laki-laki itu lebih hebat.

Kiat Ajarkan Anak Kesetaraan Gender

Selain pendidikan formal, orangtua berperan sebagai guru dalam lingkungan informal yang harus selalu siap dalam mengajarkan anak. Begitu pula pengajaran soal kesetaraan gender yang dapat dipupuk serta dipraktikkan sejak dini hingga anak dewasa.

Menurut Parents, ada beberapa hal yang bisa diajarkan pada anak. Sebagai orangtua, kita bisa mulai mempraktikkannya dengan tak membedakan pekerjaan rumah. Kita bisa meluangkan waktu bersama untuk bergotong royong merapikan rumah.

Kedua, validasi perasaan anak. Di masyarakat kita, laki-laki dianggap sebagai sosok yang kuat dan tak boleh menangis. Padahal, menangis juga merupakan salah satu bentuk emosi yang dimiliki oleh semua manusia.

Menahan anak laki-laki untuk tak menangis justru berpengaruh terhadap empati mereka. Selain itu, mereka juga tak dapat menyalurkan emosinya dengan tepat. Itulah mengapa anak laki-laki sering kali marah-marah hingga melempar barang yang justru menyakiti orang sekitar.

Ketiga, yaitu mendukung minat dan hobi anak. Jika anak perempuan senang dengan olahraga, berilah ruang bagi mereka untuk mengembangkannya. Begitu pula apabila anak laki-laki ternyata memiliki minat tinggi dalam memasak.

Baca juga: Stop Jadi People Pleaser Demi Kesehatan Mental

Orangtua tak perlu khawatir kalau hobinya itu akan berpengaruh terhadap bagaimana sosok mereka di masa depan. Selama itu adalah kegiatan positif, dampaknya pun akan baik.

Dengarkan berbagai cerita dongeng seru lainnya yang bisa orangtua dengar bersama anak dalam siniar Dongeng Pilihan Orangtua di Noice dengan tautan dik.si/DopingNoice.

Jangan lupa untuk follow dan subscribe kanal Doping di Noice karena akan ada audio drama spesial dari cerpen dan dongeng Majalah Bobo Edisi 50 Tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com