Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/01/2024, 12:10 WIB
Chrisstella Efivania Rosaline,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jalan-jalan ke mal bisa dibilang sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat, terutama di Ibu Kota.

Jakarta sendiri memiliki sejumlah mal yang tersebar di berbagai wilayah.

Menurut data Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI Jakarta seperti diakses Kompas.com, Kamis (4/1/2023) dari situs resminya, setidaknya tercatat ada 95 mal atau pusat perbelanjaan di DKI Jakarta.

Baca juga: Apakah Mal di Jakarta Sudah Ramah Pejalan Kaki?

Meski demikian, ternyata masih banyak mal di Jakarta yang belum ramah pedestrian atau pejalan kaki.

“Ramah pedestrian untuk mal tampaknya belum menjadi sesuatu yang mendapat perhatian khusus. Sudah ada perubahan di beberapa mal, tapi masih banyak mal yang mengutamakan customer (pelanggan) mereka yang pakai kendaraan pribadi,” kata Co-Founder organisasi Transport for Jakarta Adriansyah Yasin Sulaeman kepada Kompas.com, Rabu (3/1/2024).

Beberapa mal yang sulit dijangkau pejalan kaki menyediakan shuttle sebagai alternatif bagi pengunjung yang tidak naik kendaraan pribadi. Misalnya, Lippo Mall Kemang di Jakarta Selatan dan Margo City di Depok, Jawa Barat.

Kendati demikian, hal tersebut dinilai tidak cukup untuk memfasilitasi.

"Mal yang aksesnya membutuhkan shuttle itu adalah mal yang gagal karena sudah sepantasnya sebuah tempat itu mudah diakses oleh semua orang tanpa harus ada alat bantu yang sebenarnya gimik, ya,” ujar Adrian. 

Baca juga: 3 Ciri-ciri Mal Ramah Pejalan Kaki, Terkoneksi Transportasi Umum

Mal perlu tata ruang publiknya

Adrian menjelaskan, dalam teori transportasi dan piramida mobilitas, pejalan kaki idealnya terletak di posisi terafas piramida, yang artinya merupakan prioritas utama.

“Piramida mobilitas itu seharusnya paling atas ada pedestrian, (lalu) sepeda atau kendaraan non-motor, transportasi umum, baru transportasi pribadi. Kenyataannya, di Indonesia pedestrian justru ditaruh paling bawah. Bukan jadi prioritas,” jelasnya.

Ia pun menyarankan para pengembang mal untuk lebih mengutamakan pedestrian dan melakukan tata ulang ruang publik.

"Untuk mal-mal yang ada sekarang dan yang mau dibangun, sebenarnya untuk membuat mal itu lebih menarik bisa dimulai dari menata ruang publiknya. Sudah saatnya tempat-tempat yang lain mulai bisa mengubah aksesnya menjadi lebih baik,” kata Adrian.

Baca juga: 5 Mal Ramah Pejalan Kaki di Jakarta, Ada yang Dekat Stasiun MRT

Ia mencontohkan, salah satu mal yang sudah berani melakukan transformasi ruang publik di Jakarta adalah Sarinah.

Seiring pembenahan tersebut, lanjut dia, Sarinah pun kian banyak dikunjungi publik dan kawasan sekitarnya ikut berkembang.

“Langkah pertama adalah mengubah paradigma dalam melihat ruang publik. Saya rasa, paradigma kita masih agak sempit. Ruang publik itu sebagai tepat-tempat yang seharusnya bisa dijangkau oleh semuanya. Bukan cuma bisa diakses oleh kendaraan pribadi,” tuturnya. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com