Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
KOMPAS.com - Tantrum merupakan kondisi yang normal terjadi pada anak-anak. Biasanya, tantrum pada anak disertai dengan perilaku menangis, berguling di lantai, mendorong, dan berteriak.
Tidak dipungkiri, tantrum membuat orangtua kewalahan saat mengatasinya. Lantas, kapan masa tantrum pada anak berakhir? Simak ulasannya berikut ini.
Baca juga: Anak Sering Tantrum, Apakah Bahaya? Simak Penjelasan IDAI
Dokter Spesialis Anak, DR. Dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp.A(K), menjelaskan, tantrum merupakan suatu ledakan perilaku yang mencerminkan respons disregulasi terhadap rasa frustasi anak.
“Jadi, anak tidak mampu meregulasi rasa frustasi yang ia alami,” jelas Trisna dalam Seminar bertajuk ‘Tantrum: Bagaimana Mencegah dan Mengatasinya?’ oleh Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dikutip Kompas.com, Jumat (26/4/204).
Trisna menyatakan bahwa tantrum merupakan kondisi normal yang terjadi pada anak. Namun, tantrum berpotensi menjadi abnormal jika berlanjut hingga remaja, sehingga perlu diwaspadai oleh orangtua.
“Jadi, tantrum merupakan perkembangan normal sesuai dengan usia anak. Tetapi, bisa menjadi abnormal kalau berlanjut sampai anak besar atau remaja, sehingga ini perlu diatasi,” ujar Trisna yang juga merupakan anggota Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial IDAI.
Baca juga: 65 Persen Anak yang Main Gawai Lebih dari 20 Menit Alami Tantrum
Trisna mengatakan, tantrum normalnya terjadi pada anak usia 18 bulan hingga empat tahun. Lebih dari usia empat tahun, orangtua perlu waspada lantaran merupakan salah satu tanda tantrum abnormal.
“Ketika tantrum berlanjut setelah usia empat tahun, nah hati-hati, ini termasuk temper tentrum yang abnormal,” ujarnya.
Jadi, berdasarkan keterangan Trisna tersebut, seharusnya tantrum pada anak akan berakhir jika si kecil memasuki usia empat tahun.
View this post on Instagram