Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati, Overprotektif pada Remaja Bisa Sebabkan Anak Menutup Diri

Kompas.com, 13 September 2024, 15:05 WIB
Silmi Nurul Utami,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Konsultasi Tanya Pakar Parenting

Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel

Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com

KOMPAS.com - Menjadi orangtua bukanlah tugas yang mudah. Orangtua harus melindungi anaknya, tetapi juga harus memastikan agar pola asuhnya tidak memberikan dampak buruk pada anak. 

Terkadang tanpa disadari, orangtua bersifat terlalu melindungi atau overprotektif terhadap anaknya. Apalagi ketika anak beranjak memasuki usia remaja, di mana anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah. 

Kekhawatiran orangtua terhadap anaknya makin besar sehingga orangtua menjadi overprotektif. Namun, bolehkah orangtua menjadi overprotektif pada anaknya yang sudah remaja?

Baca juga: Awas, Overprotektif Bikin Anak Malah Menjauh

Menurut Psikolog Anak dan Keluarga Samanta Elsener, orangtua sebaiknya tidak overprotektif terhadap anaknya yang sudah remaja. 

"Sebaiknya orangtua mulai percaya pada kemampuan anak melindungi dirinya sendiri sesuai dengan kapasitas usianya," ujarnya ketika diwawancarai Kompas.com, Kamis (12/9/2024). 

Sebab, jika orangtua sudah mengajarkan cara menjaga diri dan menanamkan nilai-nilai moral sejak anak masih kecil, anak biasanya sudah bisa menjaga dirinya sendiri. 

Oleh sebab itu, orangtua tidak perlu merasa terlalu cemas dan melindungi secara berlebihan karena justru akan membuat anak merasa tidak dipercaya. 

"Ketidakpercayaan orangtua membuat anak merasa tidak dihargai, sehingga berusaha menutup diri dari orangtua," jelas Samanta. 

Tidak hanya membuat anak merasa tidak dihargai, overprotektif pada anak remaja juga memberikan banyak dampak buruk. 

"Anak dapat merasa risih dan tidak nyaman terhadap orangtuanya, merasa dikekang dan tidak bebas, kurang percaya diri, dan jadi meragukan kemampuannnya sendiri," jelas Samanta. 

Apalagi jika orangtua berusaha terus mengawasi anak dan memberikan larangan-larangan pada anak maka anak dapat merasa stres dan tertekan. Bahkan, tidak jarang hal tersebut menyebabkan depresi dan gangguan kesehatan mental lainnya.  

Baca juga: Ketahui Ciri-ciri Orangtua Overprotektif terhadap Anak

Orangtua hanya perlu mengarahkan anak tanpa bersikap berlebihan untuk melindungi anak. 

"Hal tersebut bisa terjadi dengan membangun komunikasi dua arah yang terbuka dengan anak," ungkap Samanta. 

Caranya dengan menjadi teman bicara anak yang tidak menghakimi. Sebaliknya, orangtua bisa mengarahkan anak dengan mengajaknya berdiskusi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau