Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trauma Dapat Sebabkan Penderitanya Berhalusinasi, Kok Bisa?

Kompas.com, 7 Desember 2024, 17:03 WIB
Silmi Nurul Utami,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Halusinasi adalah gangguan yang menyebabkan seseorang merasakan, mendengar, atau melihat sesuatu yang sebennarnya tidak ada.

Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan halusinasi, salah satunya PTSD atau post-traumatic stress disorder

Menurut Psikiater Forensik Natalia Widiasih Raharjanti, halusinasi juga dapat dialami oleh penderita post-traumatic stress disorder (PTSD).

"Di mana halusinasi terjadi sebagai bagian dari respons terhadap trauma yang dialami melalui kilas balik (flashback)," ujarnya pada Kompas.com, Rabu (4/12/2024). 

Artinya, halusinasi dapat muncul sebagai kilas balik (flashback) atau kenangan pengalaman yang sangat emosional, sehingga memengaruhi kondisi dan perilaku penderitanya.  

Baca juga: Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan Cara Mengatasinya

Bentuk-Bentuk Halusinasi pada PTSD

Menurut Natalia, penderita PTSD dapat mengalami berbagai jenis halusinasi yang terkait dengan trauma masa lalunya, di antaranya:  

  1. Halusinasi Auditori: Mendengar suara-suara yang berhubungan dengan peristiwa traumatik, seperti tembakan, teriakan, atau suara pelaku yang menyebabkannya mengalami trauma.  
  2. Halusinasi Visual: Melihat sosok atau adegan yang berhubungan dengan kejadian traumatik.  
  3. Halusinasi Somatik: Merasakan kembali sensasi fisik yang terjadi selama trauma, seperti rasa sakit akibat luka atau tekanan pada tubuh. 

"Uniknya, tidak sedikit pasien dengan PTSD mengalami halusinasi somatik," ungkap Natalia. 

Hal ini sering dipicu oleh stimulus tertentu, yang mengingatkan mereka pada kejadian masa lalu.  

Baca juga: Mengenal Skizofrenia, Penyakit Mental yang Sebabkan Halusinasi dan Delusi

Pemicu Halusinasi pada PTSD

Trauma masa kecil (adverse childhood experiences) menjadi salah satu faktor risiko utama yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya halusinasi pada PTSD. 

Misalnya, pengalaman buruk di masa kecil, seperti pengabaian, kekerasan, perundungan, atau disfungsi keluarga, yang menciptakan dampak jangka panjang. 

Dalam kasus ini, sistem sensorik penderita menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan tertentu yang dipersepsikan sebagai ancaman (sensory-perceived threat). 

"Terjadi sensory-perceived threat (stimulus sensori yang dipersepsikan sebagai ancaman) yang menyebabkan terjadinya gangguan persepsi akibat peningkatan sensitivitas sistem sensorik," tutur Natalia. 

Baca juga: Kata Pakar Kejiwaan soal Bisikan Gaib yang Berakibat Remaja Bunuh Ayah dan Neneknya

Sensitivitas ini dapat memicu gangguan persepsi, termasuk halusinasi, terutama ketika penderita menghadapi situasi yang mengingatkan pada trauma mereka.  

"Hal tersebut memengaruhi cara mereka memproses dan memahami informasi dari lingkungan sekitar," tutup Natalia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Sering Disepelekan, Mengapa Kesehatan Tulang Perlu Dijaga?
Sering Disepelekan, Mengapa Kesehatan Tulang Perlu Dijaga?
Wellness
4 Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Tulang Menurut Dokter Ortopedi
4 Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Tulang Menurut Dokter Ortopedi
Wellness
Ketahui, Dampak Karang Gigi Jika Diabaikan
Ketahui, Dampak Karang Gigi Jika Diabaikan
Wellness
Tak Ambisi Kurus, Rosa Sukses Turun Berat Badan dengan Gaya Hidup Sehat
Tak Ambisi Kurus, Rosa Sukses Turun Berat Badan dengan Gaya Hidup Sehat
Wellness
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Responsif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Responsif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau