Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
KOMPAS.com - Pola asuh strawberry parents membuat orangtua terlalu melindungi dan memenuhi semua kebutuhan anak.
Hal ini seringkali meninggalkan dampak jangka panjang yang kurang baik, bahkan hingga anak tumbuh dewasa.
Menurut Psikolog Klinis RS Dr Oen Solo Baru sekaligus pengajar di Setiabudi University Yustinus Joko Dwi Nugroho, M.Psi., salah satu efek buruknya adalah anak-anak yang tumbuh dengan pola asuh ini dapat mengalami kesulitan dalam hubungan pernikahannya.
"Ternyata impact-nya itu bisa sampai ke pernikahan," ujar Joko ketika diwawancarai Kompas.com, Sabtu (28/12/2024).
Misalnya, seorang suami memiliki strawberry parents dan dimanjakan secara berlebihan. Sejak kecil, semua keinginannya dipenuhi tanpa banyak usaha dari dirinya sendiri.
Baca juga:
Orangtua juga mengambil alih setiap masalah yang dihadapinya, sehingga ia tidak terbiasa menghadapi tantangan secara mandiri.
Namun, hidup tidak selalu berjalan mulus. Ketika keluarganya mengalami kebangkrutan, pola pikir “semua tersedia” tidak lagi relevan.
"Orangtuanya bangkrut, kehidupannya sudah berbeda 180 derajat. Dia harus memulai dari awal," jelas Joko.
Namun, ketika menghadapi hambatan kecil, ia mudah menyerah karena di masa lalunya orangtuanya tidak pernah membiarkan dia menyelesaikan masalahnya sendiri.
Orangtua selalu berusaha memenuhi semua keinginannya dan menyelesaikan semua masalahnya.
"Jadi anak-anak ini jarang mengalami penolakan atau kekecewaan. Semua masalah anak itu yang handle adalah orangtua," tutur Joko.
Akhirnya, hal tersebut membuatnya mudah menyerah dan tidak mau berjuang.
Misalnya, suami yang seharusnya bisa mencari nafkah malah menjadi kurang bertanggung jawab, meski sang istri sudah memberikan dukungan.
"Ada hambatan sedikit, sudah menyerah. Selalu berpikir 'Sepertinya enggak akan bisa'. Kalau dia dimintain beras gitu aja, malah ikut nangis," kata Joko.
Baca juga: 7 Ciri-ciri Strawberry Generation, Kamu Salah Satunya?
Situasi ini menyebabkan pasangan merasa tidak didukung dan harus memikul beban sendiri.
Rasa stres yang dipendam kemudian muncul sebagai gejala psikosomatis, atau gangguan fisik yang diakibatkan oleh gangguan psikologis.
Sehingga, perlu diingat bahwa pola asuh yang terlalu melindungi dan memanjakan tidak hanya memengaruhi anak saat kecil, tetapi juga membawa dampak besar pada hubungan mereka di masa dewasa.
Baca juga: Gangguan Psikosomatis, Saat Stres Melampaui Batas
Orangtua perlu menanamkan kemandirian dan tanggung jawab sejak dini, agar anak mampu menghadapi tekanan hidup dan menjalani hubungan yang sehat di masa depan.
"Ini contoh real bahwa ternyata impact-nya itu bisa sampai ke pernikahan dan sebenarnya masih banyak klien-klien saya yang mengalami dampak buruk lainnya," tutup Joko.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang