Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Radikal atau Rasional: Ekstrim atau Lazim?

Sebagai bagian dari masyarakat, pasien adalah kelompok manusia yang juga punya dinamika sesuai dengan apa yang terjadi di masyarakatnya. Jika diperhatikan secara seksama, biasanya ketika terjadi kegaduhan sosial atau perubahan kemapanan, maka terjadi kericuhan dan pergeseran yang mirip di arena kesehatan.

Filsafat politik pernah mengutip suatu konsep siklus “Kyklos” yang di jaman Yunani Kuno menggambarkan lingkaran perubahan sistem tatanan pemerintahan (tepatnya kekuasaan) dalam suatu komunitas.

Aristoteles meyakini bentuk monarki atau kerajaan sebagai awal bentuk kekuasaan – lalu mengalami perubahan akibat rezim tirani  – yang memunculkan bentuk kekuasaan baru para aristokrat, pemimpin cendekia dengan buntut oligarki, dan akhirnya berubah wujud menjadi demokrasi.

Saat demokrasi menjadi kebablasan dan semua unsur merasa punya hak bicara, mobokrasi alias okhlokrasi tak terelakkan. Sejumlah massa akan mempengaruhi kebijakan dan keputusan pemerintah, saat hukum yang adil dan hak rakyat tanpa keberpihakan tidak lagi dirasakan.

Teriakan mobokrasi di kancah masyarakat yang hingar bingar dan galau berujung munculnya desakan kebutuhan hadirnya “seorang penyelamat” atau bisa jadi bentuk baru kekuasaan yang mirip seperti monarki – walaupun pemimpinnya bukan raja dan ratu, melainkan tokoh dominan berkharisma.

Dan... putaran lingkaran bentuk kekuasaan ini berulang lagi dan lagi akibat sifat kemanusiaan yang begitu lekat saat sudah duduk di kursi tertinggi.

Memang saya tidak sedang membahas esai filsafat politik. Tapi sekali lagi, jika diamati dengan cermat, siklus serupa juga terasa dalam jungkir baliknya perjuangan dunia kesehatan.

Seorang tokoh filsafat moderen ternama, Ivan Illich yang meninggal pada tahun 2002 sempat menulis tentang “Medical Nemesis” pada tahun 1976 – dimana secara kritis ia mengolok-olok dunia kedokteran yang dinilainya kebablasan dalam merawat kehidupan.

Investasi industri kesehatan dan farmasi seakan membangun suatu monarki, bahkan para dokter mempunyai kewenangan khusus untuk menentukan nasib seseorang – mulai dari pernyataan layak absen karena sakit hingga lolos uji mengikuti seleksi calon karyawan.

Aristokrat dunia kedokteran berpusat pada gengsi para spesialis, yang membuat mereka mendekati kedudukan nabi, bahkan dokter umum tidak pernah mampu bersuara jika para super spesialis senior telah bersabda.

Pergeseran fungsi perhimpunan dan asosiasi kesehatan di milenium yang baru akhirnya sedikit memberi nuansa demokrasi walaupun aroma aristokrasi masih tercium menyengat.

Hingga beberapa dekade belakangan ini dengan tumbuhnya teknologi informasi, dunia kesehatan tidak lagi dapat didikte oleh para dokter atau aparat ‘medik konvensional’.

Mereka yang merasa punya kepentingan ikut bicara dan bersuara di arena kesehatan. Mulai dari lahan komplementer, alternatif, hingga oknum yang sekadar meramaikan suasana tapi diam-diam menuai keuntungan – menjual metode abal-abal penuh janji kesembuhan hingga jamu ajaib yang katanya diturunkan leluhur.

Mobokrasi, okhlokrasi di depan mata.

Sementara itu Michel Foucault – filsuf Perancis yang hidup sejaman dengan Illich – tapi terlanjur mati muda di usia 50an dalam bukunya yang fenomenal “The Birth of The Clinic” menyoroti bagaimana hubungan dokter dan pasien yang mulai berjarak sehingga pasien hanya sekadar tubuh melalui mana teks (penyakit) bisa dibaca.

Kericuhan berebut lahan menimbulkan mahzab radikal dan ekstrim, melupakan hal yang rasional.

Saat medik konvensional memutuskan pasien hipertensi dan diabetes seumur hidup harus minum obat, maka publik mempertanyakan : Lalu dimana nilai  kesembuhannya?

Di waktu yang sama, organisasi kesehatan dunia menganjurkan perbaikan gaya hidup dan pola makan yang tidak dipandang sebelah mata oleh kelompok radikal konvensional.

Ketika hoax kesehatan banjir meracuni ponsel dan media sosial, ribuan ramuan mendadak muncul yang seakan-akan obat bisa dioplos oleh dapur sendiri, melawan anjuran kemoterapi dan operasi by-pass.

Mobokrasi semakin menuju titik kulminasi. Institusi kesehatan dan otoritas yang berwenang kian kewalahan menanggulangi simpang siur berita, bahkan sabotasenya pun dilakukan oleh kelompok profesional kesehatan konvensional.

Reduksionisme sains kedokteran memancing debat seru di antara pemakai jas putih yang membela aksiomanya sendiri-sendiri. Sementara wabah penyakit kian merenggut nyawa dan kelaziman merawat tubuh untuk hidup sehat semakin tergilas.

Pada zaman yang sama, generasi Z menertawakan orang-orang yang menurut mereka sok sehat dan sok repot masak demi mengisi perut – sementara urusan makan cukup sebatas layar sentuh yang secara ajaib tanpa harus bersusah payah membeli isi perut, layanan siap antar dan siap makan sudah di depan pintu.

Mereka adalah pencipta normalitas baru di luar kelaziman tradisi.

Di tengah mobokrasi yang acakadul ini, lambat laun ada kencenderungan munculnya tokoh-tokoh kharismatik kesehatan yang nampaknya mulai menentukan arus tren menyelamatkan manusia dari kematian dini.

Di negri maju, upaya preventif dan promotif menempati porsi besar teknologi dan industri kesehatan. Penemuan metode diagnostik dan cara-cara pencegahan kanker maupun penyakit katastropik memenuhi laman-laman media informasi. Monarki baru mulai menampakkan tiaranya.

Sementara negara-negara berkembang masih kacau dengan mobokrasi dunia kesehatan dan hedonisme nafsu makan, ogah mendengar ocehan soal preventif promotif. Aroma lepas kendali menikmati gerai-gerai makanan dan apabila sakit ‘toh ada jaminan sosial’ membutakan akal sehat.

Tebak apa yang terjadi? Lingkaran kekuasaan berulang lagi. Komunitas dunia yang masih kacau itu suatu hari akan terima nasib hanya sebagai konsumen metode para pendiri monarki.

Memikirkan ini semua saja membuat bulu kuduk saya berdiri. Kengerian tak terperi terbayang di depan mata. Apakah ‘Kyklos’ akan terus berputar tak terelakan? Apakah sejarah kelam masih akan menghantui anak-cucu kita?

Tidak semua generasi Z masa kini paham sejarah, apalagi filsafat manusia dan semua tingkah polah naluri yang pada prinsipnya sama dari segala zaman.

Semoga akan ada pengingat, yang memutus rantai kebodohan yang tersilap di tengah riuhnya pesta syahwat kekuasaan. Mari kita kembalikan martabat manusia untuk hidup eling lan waspada sebagai makhluk – yang katanya ciptaan tertinggi Sang Gusti.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/01/15/074055420/radikal-atau-rasional-ekstrim-atau-lazim

Terkini Lainnya

Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com