Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Merasa Tak Tampan Jadi Alasan Utama Pria Tetap Melajang

KOMPAS.com - Orang bilang, jodoh di tangan Tuhan. Tapi, tidak ada salahnya kita berusaha mendapatkan yang terbaik.

Masalahnya, banyak pria menyerah begitu saja tanpa berusaha. Menurut riset, penampilan yang buruk, rendahnya percaya diri, dan kurangnya usaha adalah penyebab utsms pria hidup tanpa pasangan.

Padahal hidup dengan pasangan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan seseorang. Hadirnya pasangan bisa meningkatkan kehidupan sosial dan tingkat kebugaran.

Namun, memperoleh pasangan memang tak mudah. Beberapa orang butuh waktu lama untuk jatuh cinta, mendapatkan pasangan, dan menjaga hubungan yang harmonis.

Menelaos Apostolou, asisten profesor untuk Sekolah Humaniora, Ilmu Sosial dan Hukum, di the University of Nicosia, Siprus, menganalisis alasan pria tetap melajang.

Ia mengajukan kuesioner di platform media sosial Reddit dengan menayakan alasan mengapa para pria tetap melajang.

Alhasil, pertanyaan tersebut mendapat 20.207 tanggapan, dengan beberapa ribu komentar dicatat sebagai tanggapan atas jawaban orang lain.

Periset menganalisis 13.429 tanggapan utama, dan mengelompokan mereka dalam 43 kategori dalam sebuah riset yang diterbitkan dalam journal Evolutionary Psychological Science.

Ternyata alasan paling umum para pria melajang adalah 'merasa memiliki penampilan yang buruk', alias kurang ganteng! Sebanyak 662 pria memilih alasan tersebut sebagai penyebab mereka tak memiliki pasangan.

Rendahnya kepercayaan diri menjadi alasan kedua mengapa pria hidup tanpa pasangan. Sementara itu, kurangnya usaha dan minat dalam hubungan asmara berada di urutan ketiga dan keempat para pria tetap melajang.

Alasan kelima para pria melajang adalah kemampuan merayu yang buruk.

"Keterampilan sosial apapun yang saya miliki akan hilang jika saya naksir seseorang," komentar salah satu pengguna Reddit.

Apostolou menjelaskan pria modern mungkin mengalami kesulitan melakukan langkah pertama karena cara memulai hubungan telah berubah.

"Pria modern yang hidup tanpa pasangan seringkali kurang dalam keterampilan merayu," katanya.

Padahal keterampilan merayu sangat diperlukan di zaman ini, karena di masyarakat modern, orang-orang harus mencari pasangan sendiri.

Dengan kata lain, zaman dahulu tradisi perjodohan masih kental. Namun, kini perjodohan telah menjadi konsep kuno. Orang-orang dituntut untuk menentukan pasangan hidupnya sendiri.

Berikut adalah 10 alasan utama mengapa pria tetap melajang, menurut penelitian:

  1. Merasa kurang ganteng
  2. Harga diri / kepercayaan diri rendah
  3. Usaha mendapat pasangan rendah
  4. Tidak tertarik dengan hubungan
  5. Keahlian merayu yang buruk
  6. Introvert
  7. Baru-baru ini putus
  8. Pengalaman buruk dari hubungan sebelumnya
  9. Tidak ada wanita yang tersedia
  10. Kegemukan

Di luar itu, alasan lain yang muncul adalah keinginan menikmati hidup sendiri, merasa tidak aman soal keuangan, dan ketakutan akan komitmen.

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/08/11/123051720/merasa-tak-tampan-jadi-alasan-utama-pria-tetap-melajang

Terkini Lainnya

Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com