Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Turunkan 90 Kg Berat Badan dengan Diet Keto dan CrossFit...

KOMPAS.com - Memiliki tubuh ideal adalah harapan setiap orang. Dan, proses untuk mendapatkannya selalu menjadi kisah menarik untuk disimak.

Matt Clemente adalah salah satu pria yang berhasil melalui proses panjang untuk mendapatkan tubuh ideal.

Di akhir usai 30 tahunan, berat badannya mencapai 189 kilogram.

Satu-satunya aktivitas fisik yang dilakoninya adalah berjalan menaiki anak tangga untuk mengambil secangkir kopi saat berada di tempat kerja.

Hingga kemudian, ia mengalami sakit di persendian dan kaki yang mulai melemas.

Dokter menemukan penyakit batu ginjal pada Clement.

Berat badan yang berlebih membuat dokter terpaksa melakukan operasi invansif untuk menyembuhkannya.

Pengalaman menyakitkan itu pun membuat Clemente sadar, dan lalu bertekad untuk menurunkan berat badan.

Selama dua tahun, ia mampu menurunkan berat badan lebih dari 90 kilogram.

Dengan melakukan latihan CrossFit dan Spartan Race, ia juga berhasil membetuk otot sehingga berat badannya tinggal 93 kilogram.

Sebelum melakukan itu, ia melakukan opsi yang lebih invasif seperti operasi bariatrik.

Diet keto

“Tetapi kemudian Michael Dell dari komputer Dell — yang adalah bos bos saya — memanggil saya dan menyuruh saya untuk mempertimbangkan diet keto,” kata Clemente.

Dell memintanya untuk mempertimbangkan gaya hidup rendah karbohidrat dan tinggi lemak.

"Saya akan berada di sana dan mendukung kamu," kata Dell.

Inilah yang menjadi titik balik perjalanan Clemente dalam menurunkan berat badan.

Berat badan Clemente selalu mengalami fluktuasi, setelah kehilangan berat badan 22 kilogram, berat badannya kembali naik 34 kilogram.

Ia mengevaluasi apa yang salah dalam diet yang dilakoninya, dan menyadari jika ia terlalu ketat, menghitung setiap kalori dan terlalu membatasi diri untuk melakukan sedikit "cheating".

“Saya fokus mempelajari keto dan mencari tahu apa yang menjadi hasrat emosional saya. Apa yang harus saya ubah," ungkap dia.

Kesalahan pola makan Clemente di masa lalu sebagian besar muncul ketika kehidupan memberinya hal tak terduga.

Misalnya, ketika ia mengalami hari buruk di tempat kerja, ia selalu menghibur diri untuk makan di restoran.

Dia menyadari, strategi diet terbaiknya adalah mengidentifikasi hasrat yang tak terhindarkan ini dan kemudian merencanakan alternatif ketika itu muncul.

"Saya sering menginginkan pizza, donat dan es krim. Saya mencari alternatif ketogenik dan kemudian saya tidak pernah membutuhkan 'cheating days'," ucapnya.

Dengan mengubah pola diet, dia berhasil menurunkan berat badan hingga 34 kilogram.

Clemente mulai berpikir untuk meningkatkan kebugaran tubuhnya, yang membuat berat badannya turun hingga 155 kilogram.

Namun, ia merasa mobilitas tubuhnya masih lambat.

Dia pun membeli peloton -semacam sepeda statis, dan melakukan olahraga dengan alat tersebut selama 15-20 menit per sesi sebanyak tiga kali dalam seminggu.

Setelah beberapa bulan, Clemente melakukan olahraga jalan kaki dan jogging bersama putri bungsunya.

Dengan terus menambah aktivitas fisiknya, dalam sekejap berat badan Clemente turun sebesar 56 kilogram hingga berat badannya hanya tersisa 132 kilogram.

Clemente ingin mengintensifkan pelatihannya, jadi dia bergabung dengan CrossFit.

"Saya ingin mengondisikan tubuh secara keseluruhan, bukan hanya membentuk tubuh," ucap dia.

Enam bulan berikutnya, ia memulai latihan dan menerapkan olahraga lari trail.

"Dalam bulan-bulan itu, lima kilogram berubah menjadi sembilan kilogram, dan berat badan saya terus turun," ucap Clemente.

Ketika mengalami perkembangan hebat lewat aktivitas fisiknya, ia juga mulai menyesuaikan nutrisi.

Clemente mulai mengonsumsi protein kolagen dan makanan ketogenik yang memberikan lebih banyak energi.

Setelah 2,5 tahun, berat badannya tersisa 93 kilogram. Ia berhasil kehilangan berat badan sebesar 95 kilogram.

Dia menyelesaikan Spartan Race pertamanya di North Carolina tidak lama setelah mencapai tujuannya.

"Pada usia 40, saya dalam kondisi yang lebih baik daripada yang pernah saya alami," kata dia lagi.

"Aku bisa berbuat lebih banyak. Saya bisa berlari lebih banyak. Pemulihan saya sulit dipercaya," tambah dia.

Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Clemente merasa kembali hidup.

Dia dapat berlari bersama anak-anak, berlari dengan anjing-anjingnya di taman, dan melakukan perjalanan sehari yang aktif bersama istrinya.

"Tidak pernah ada kata terlambat," kata dia lagi.

Menurut dia, jika ia berhasil melakukan perubahan, semua orang juga pasti bisa melakukannya.

"Jika saya bisa melakukan perubahan, kamu juga bisa — tidak peduli pada tahap apa kamu berada,” ungkap dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/04/18/145642820/turunkan-90-kg-berat-badan-dengan-diet-keto-dan-crossfit

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke