Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Seberapa Jauh Orangtua Boleh Beri Bantuan untuk Anak?

Namun, tak sedikit orangtua yang terlalu memanjakan anak-anaknya, dan terlalu banyak memberikan bantuan.

Ini bukanlah isu yang hitam-putih, melainkan masuk ke area abu-abu yang tidak memiliki aturan tersendiri.

Berikut ini adalah beberapa hal yang orangtua boleh dan tidak perlu bantu anak-anak mereka:

1. Membiarkan mereka berjuang

Direktur Center for Family Wealth di Merill Private Wealth Management, Matthew Wesley sudah membantu banyak keluarga dengan kekayaan yang mereka miliki.

Dia menyebut orangtua harus mengatur keseimbangan dukungan dan fungsi yang berlebihan.

Ia berharap semua orangtua memahami ada area mana saja mereka bisa membantu anak-anaknya.

"Tugas terpenting mereka adalah mempersiapkan anak-anak untuk berkembang sendiri sebagai orang dewasa," kata Matthew, dilansir dari Forbes.

Orangtua dengan fungsi yang terlalu berlebihan, justru cenderung membuat anak tidak belajar skill-skill kehidupan, yang dibutuhkan untuk menjadi mandiri.

Padahal hal-hal yang dibantu orangtua itu sebenarnya atau seharusnya bisa dikerjakan sendiri oleh di anak.

Dengan kata lain, mereka bisa saja kelak menjadi orang dewasa yang tidak sesuai fungsinya.

Misalnya, anak yang tidak belajar bagaimana mencari dan menghabiskan uang secara bijak akan cenderung menjadi orang dewasa yang tidak mandiri secara finansial.

Anak-anak akan tumbuh jauh lebih baik ketika diberi tanggung jawab. Mereka juga akan cenderung bisa menghadapi situasi siap gagal.

Jika kita terlalu banyak membantu anak, "sayap" mereka tidak akan kuat untuk terbang. Sebab perjuangan akan membangun kemampuan dan kepercayaan diri pada setiap individu.

2. Jangan nyaman jika anak merasa cukup dengan dirinya


Sebagai manusia, kita cenderung ingin memiliki kontrol atas domain kita. Namun, ketika domain tersebut sudah melibatkan orang lain hal itu menjadi cukup rumit.

Apa dampaknya jika orangtua selalu ingin memastikan anaknya terlindungi atau mereka menganggapmu pahlawan mereka karena selalu menyelamatkan mereka?

Dalam jangka pendek kita mungkin tidak akan melihat anak kecewa. Namun dalam jangka panjang justru akan memberi lebih banyak bahaya ketimbang kebaikan.

Kebutuhan untuk memastikan kebahagiaan anak adalah hal yang egois.

Keinginan untuk mengontrol pada level yang ekstrem tersebut cenderung membuat dirimu sendiri nyaman, bukan membuat anak berkembang.

Memberikan yang terbaik bagi anak terkadang bisa dengan membiarkan mereka terjatuh, menangis dan merasa putus asa ketika ditolak atau menghadapi kenyataan pahit.

3. Jangan tunggu waktu untuk mengajari anak tentang uang

Sistem pendidikan semakin maju, namun tidak ada yang mengajari finansial pribadi secara lebih khusus. Padahal, hal ini penting bagi semua orang.

Kontributor Forbes, H.V. MacArthur, yang menulis artikel ini, merasa cukup beruntung karena meskipun tidak lahir dari keluarga kaya, orangtuanya tidak lupa mengajarinya bagaimana membayar tagihan, mengatur kartu kredit, dan mengatur hal finansial lainnya.

Sejak usia lima tahun, ia sudah diajari untuk mengatur uang keluar dan masuk. Sejak belajar menulis, ia sudah mulai belajar mengisi daftar pembelian peralatan rumah tangga.

MacArthur kini tak punya kesulitan soal mendiskusikan keuangan, namun banyak orang mengalaminya.

Memahami bahasa-bahasa finansial dan bagaimana mengaturnya sangat penting terhadp kesuksesan seseorang.

Jadi, orangtua tak perlu menunggu sekolah mengajarinya pada anak.

Mulailah dari rumah. Ajari anak sehingga ketika mereka dewasa kelak sudah terbiasa dengan pengaturan keuangan yang baik.

4. Meminjamkan uang seperti bank


Sebuah studi yang dilakukan oleh Millenial Branding menemukan bahwa 64 persen mahasiswa ingin membangun bisnis mereka sendiri suatu hari.

Lebih jauh, 43 persennya memilih menjadi enterpreneur ketimbang karyawan setelah lulus kuliah.

Hal itu menarik, sebab orangtua harus memastikan anak-anaknya siap untuk kondisi keuangan yang stabil.

Bagaimana orangtua mampu mempersiapkan anak-anaknya untuk memulai bisnis?

Matthew Wesley merekomendasikan dengan memperlakukan anak sama seperti bagaimana bank memperlakukan nasabahnya.

Salah satunya dengan menyediakan "pinjaman" uang. Untuk skala besar, dokumen peminjaman tersebut bisa saja ditinjau ulang oleh akuntan dan/atau pengacara.

Orangtua juga bisa mengajari anak tentang konsekuensi jika tidak mematuhi batas waktu pembayaran dan lain sebagainya.

5. Mengatur dukungan terhadap kemampuan anak

Hal lain yang dibagikan Matthew adalah bagaimana mengatur dukungan apa pun yang diberikan terhadap anak untuk menyelaraskan dengan apa yang mampu diberikan kembali oleh individu tersebut.

Orangtua jangan hanya sekadar menyerah dengan apa yang mereka minta karena orangtua memiliki sarana.

Matthew menyarankan agar orangtua melatih anak menyusun rencana bisnis, mencari investor lain, dan mempekerjakan diri mereka sendiri untuk posisi yang bisa membantu mencapai tujuan mereka.

Ini memastikan agar fokus anak-anak tetap fokus untuk menjalani dunia bisnis nyata dan mencapai mimpi mereka.

Warren Buffet, salah satu orang terkaya di dunia, pernah angkat bicara mengenai bagaimana dirinya mengatur anak-anaknya agar sukses di masa depan.

Baginya, memberi kesempatan anak untuk mengalami perjalanan belajar jauh lebih bermanfaat daripada menyerahkannya langsung kepada anak.

Tapi, ini bukan berarti kita melepas anak ke "hutan".

Dukungan dan bimbingan tentunya datang dalam berbagai bentuk, namun bukan berarti merupakan sesuatu yang instan dan menghalangi mereka untuk berkembang.

https://lifestyle.kompas.com/read/2019/06/15/120000420/seberapa-jauh-orangtua-boleh-beri-bantuan-untuk-anak-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke