Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tak Lagi Pakai Brompton, Nugie "Ngaku" Bela Produk Indonesia

Dalam perbincangan dengan Kompas.com, Kamis (9/7/2020), pemilik nama lengkap Agustinus Gusti Nugroho ini mengaku sudah menyimpan Brompton-nya, bersama dengan sepeda-sepeda lain koleksinya. 

"Sepedanya masih ada sampai sekarang. Kalo untuk sepeda, saya pelit. Sepeda-sepeda dari zaman saya pake BMX, mountain bike, fixie, Brompton, sepeda zaman 80-an masih ada saya simpan. Karena itu kenangan buat saya."

Lalu, jika demikian apakah Nugie sudah berhenti bersepeda? Tentu tidak.

Kegiatan yang sudah dia lakoni sejak tahun 2009, ketika pertama kali memutuskan mengganti mobil dengan sepeda, hingga kini masih dia lakoni.

Bahkan di masa karantina pandemi virus corona seperti saat ini, Nugie masih tergolong aktif bersepeda.

"Saya masih tetap sepedahan tapi tidak berhenti-berhenti di warung, makan pinggir jalan, yang dulu biasa saya lakukan," kata dia.

"Sekarang cuma dari satu tempat ke tempat lain, abis itu pulang. Paling 24 kilometer, kalo ada keperluan aja keluar rumah, seminggu 2-3 kali," sambung dia.

Nugie selalu menegaskan bahwa sepeda baginya adalah alat transportasi yang ideal untuk mengatasi hambatan kemacetan di Jakarta. "Bukan olahraga doang," tegas dia.

Lantas, sepeda apa yang kini dipakai Nugie?

Meski sudah meninggalkan Brompton dan sepeda lainnya, namun minat Nugie belum beranjak dari sepada lipat.

"Saya lebih pilih sepeda lipat karena perpakiran di Jakarta belum mumpuni untuk sepeda."

"Jadi kalo sepeda lipat, bisa lipat sepeda dibawa ke lokasi kita beraktivitas. Asal unggah- ungguh-nya saat saya masuk, lipatlah sepedanya," sebut Nugie.

Adalah pabrikan lokal Element yang menggaet Nugie untuk ikut menyokong produk sepeda lipat buatan Indonesia lewat versi Ecosmo Trilogy series.

Nugie mengaku menerima pinangan Element bukan tanpa pertimbangan. Selain karena buatan indonesia, sepeda yang dipakainya memang sesuai dengan kebutuhannya.

"Transportasi jarak jauh, bawa beban yang banyak, punya keawetan produk sudah terbukti, enggak ada keluhan berarti kecuali ban bocor misalnya," akunya.

"Sama dengan sepeda yang dulu saya pakai. Buat saya Element yang saya pakai sudah cukup memuaskan dibanding dengan sepeda impor."

"Pastinya jadi sebuah pilihan, bagi masyarakat yang ingin beli sepeda dengan harga terjangkau," sebut dia lagi.

"Sekarang, setelah Brompton booming, saya diperkenalkan dengan produk lokal Element, ternyata keren, dan jadi sambutan masyarakat, jadi seimbang."

"Dengan saya pake Element saya bertemu orang baru," cetus dia.

"Saya mendapat teman baru. Mungkin dulu ada gap karena Brompton mahal," kata Nugie.

Meski kini memakai Ecosmo, Nugie mengaku komunikasi dengan komunitas Brompton masih terjalin baik.

"Enggak ada masalah. jujur, sepeda kebutuhan transportasi buat saya. Beberapa teman komunitas sudah pake untuk transportasi (juga)," sebut dia.

Nugie memandang harusnya kegiatan tersebut memang menjadi sebuah jalan membangun ikatan persaudaraan, bukan gengsi.

Para penemu sepeda, kata Nugie, membuat sepeda untuk dipakai dan memberikan kebahagiaan kepada banyak orang. "Entah itu untuk pemakai, keluarganya," sebut dia.

"Kalo ada gap menyedihkan juga. Karena saya rasa filosofi bersepeda itu menemukan jati diri, alam, dan lingkungan. Itu filosofi yang signifikan," tandasnya.

Sementara, soal keberpihakannya kepada produk Indonesia, Nugie menyebut hal itu didasari pada kebanggaan pada negeri ini.

"Saya sangat mendukung sepeda Indonesia. Kalau bisa, sepeda yang ada di Indonesia buatan Indonesia," jawab dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/07/10/160000020/tak-lagi-pakai-brompton-nugie-ngaku-bela-produk-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke