Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Cara Mengatasi Anak yang Sering Mengompol

KOMPAS.com - Mengompol di malam hari atau enuresis adalah kondisi yang wajar terjadi bagi anak. Walau begitu orangtua bisa membantu anak untuk menghentikan kebiasaannya ini.

Menurut psikolog klinis berlisensi Dr. Matthew Ruderman, Ph.D., ada dua jenis enuresis. Pertama, adalah enuresis primer, yakni ketika sejak bayi anak selalu mengompol di tempat tidur.

"Ini sering dikaitkan dengan riwayat masalah keluarga, keterlambatan perkembangan, atau masalah fisiologis, meskipun faktor psikologis mungkin berperan," katanya kepada SheKnows.

Misalnya, kandung kemih anak terlalu kecil untuk menampung jumlah urine yang diproduksi, otot yang berkontraksi untuk kandung kemih mungkin juga lebih kuat daripada otot yang menahan urine, ketidakseimbangan hormon, atau mungkin ada infeksi.

Sedangkan enuresis sekunder adalah anak kembeli mengompol setelah satu atau dua tahun spresinya selalu kering dan tidak ada kejadian di malam hari sebelumnya.

"Ini lebih mungkin dikaitkan dengan tekanan emosional, seperti depresi, kecemasan, gangguan hiperaktif defisit perhatian, trauma, dan/atau pelecehan," ungkap Ruderman.

Psikoterapis keluarga dan hubungan sekaligus penulis The Self-Aware Parent, Dr.Fran Walfish, mengatakan bahwa dia sering merawat anak-anak yang mengalami kecemasan.

Beberapa di antaranya juga menunjukkan gejala seperti mengompol.

“Banyak anak yang memiliki tingkat kecemasan yang tinggi di siang hari sering kali melepaskan kecemasan tersebut dan bersantai saat tidur sehingga mereka mengompol," katanya.

Dalam beberapa kasus, ia juga pernah merawat sejumlah anak laki-laki hingga usia 8 tahun yang masih mengalami kondisi tersebut.

"Ada kepercayaan di antara beberapa profesional bahwa ini mungkin terjadi pada anak-anak tertentu yang menderita ADHD. Anak-anak ini tidak ingin berhenti dan mengganggu aktivitas yang mereka lakukan sehingga mereka menahan kencing terlalu lama," ucap Walfish.

Jika anak Anda mengalami kondisi yang sama, baik Ruderman maupun Walfish menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Namun, selain itu, beberapa strategi bisa dilakukan orangtua untuk mengatasi masalah anak mengompol di tempat tidur.

1. Jangan membuatnya malu

Apapun penyebabnya, jangan sampai orangtua mengkritik terlalu keras atau menghukum anak karena mengompol di tempat tidur. Jangan buat anak merasa malu dengan apa yang dilakukannya

"Tetaplah bersikap suportif. Pastikan anak tahu bahwa mengompol bukan salah mereka dan hindari menyalahkan atau menghukum," kata Ruderman.

2. Pastikan anak minum cukup

Memastikan kebutuhan cairan anak terpenuhi dapat meningkatkan kapasitas kandung kemih dan memungkinkan anak mengenali perasaan ketika kandung kemihnya penuh dan perlu ke kamar kecil.

"Anak-anak yang tidak minum sepanjang hari mungkin kelebihan cairan setelah sekolah dan di malam hari. Kondisi itu akan meningkatkan risiko mengompol di malam hari," ucap Ruderman.

Selain itu, hindari konsumsi kafein sebelum tidur karena bersifat diuretik.

3. Menggunakan alarm khusus

Walfish merekomendasikan pasiennya menggunakan alarm khusus yang dipakai anak di piyama pada area bokong. Alat tersebut menurutnya sudah cukup efektif untuk beberapa pasiennya.

"Alarm ini bertindak seperti pager dan akan berdengung pada tetes pertama kelembapan, sehingga anak terbiasa untuk bangun dan buang air kecil di toilet daripada di piyamanya," kata dia.

4. Memberi hadiah

Cobalah memberlakukan sistem hadiah, di mana anak akan mendapatkan hadiah jika mereka tidak mengompol. Orangtua bisa menerapkannya dengan cara-cara kreatif, seperti memberikan stiker untuk menyelesaikan aktivitas tertentu. Beberapa di antaranya ketika mereka pipis sebelum tidur atau rajin minum sepanjang hari. Jadikanlah aturan tersebut sebagai rutinitas.

5. Membantu membersihkan

Buatlah anak terlibat dalam aktivitas membersihkan tempat tidurnya setelah mengompol. Hal ini dilakukan agar anak lebih mandiri dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

"Ajari anak untuk melepaskan seprai yang basah dan membantu meletakkan seprai baru yang bersih di tempat tidur."

"Bisa juga anak menggunakan tisu untuk membersihkan dirinya sendiri dan memakai piyama baru. Ini akan memotivasi dia untuk menggunakan toilet demi memiliki lebih sedikit pekerjaan," kata Walfish.

6. Obat sebagai opsi terakhir

Terkadang, dokter mengobati enuresis dengan obat-obatan, meskipun ini biasanya bukan opsi tindakan pertama karena tidak ada obat yang terbukti menyembuhkannya secara permanen.

Sekalipun anak berhenti mengompol ketika mengonsumsi obat, sering kali mereka kembali mengompol saat pengobatan dihentikan.

Ruderman menyarankan psikoterapi, khususnya jika mengompol tersebut berkaitan dengan faktor psikologis seperti kecemasan, trauma, pelecehan, dan gangguan perhatian atau hiperaktivitas.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/09/03/142706120/6-cara-mengatasi-anak-yang-sering-mengompol

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke