Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

8 Tanda Kamu Korban Kekerasan Emosional dalam Hubungan

KOMPAS.com - Tidak seperti kekerasan fisik, kekerasan emosional seringkali tidak disadari dan sulit dikenali, baik oleh teman, keluarga, maupun korban sendiri.

Pada awalnya, seseorang yang suka melecehkan pasangannya secara emosional mungkin tampak penuh kasih sayang dan begitu perhatian. Itu semua adalah bagian dari proses untuk memenangkan hati korbannya.

Namun, periode ini biasanya tidak berlangsung lama. Seiring berjalannya waktu, pelalu mulai menggunakan taktik pelecehannya, seperti menghina, mengkritik, gaslighting, menutup mulut, hingga menahan kasih sayang, untuk mendapatkan kekuasaan dan membangun kendali dalam hubungan.

Perilaku ini sering kali terjadi di belakang layar, secara bertahap melemahkan kepercayaan diri dan harga diri korban, sehingga korban lebih rentan terhadap kekerasan di masa depan.

“Seiring berjalnnya waktu, korban menjadi mudah dikendalikan pikirannya, mereka seolah hanya menunjukkan cangkang dari diri asli mereka dan menghabiskan seluruh waktu mereka untuk mencoba mencari cara bagaimana mencintai pasangannya (pelaku) dengan lebih baik, yang sayangnya tidak pernah berhasil."

Hal itu diungkapkan oleh terapis yang mengkhususkan diri dalam pemulihan pelecehan, Sharie Stines, seperti dilansir HuffPost. 

Beberapa tanda kamu mungkin adalah korban kekerasan emosional pasanganmu, antara lain:

1. Sering disakiti atau dipermalukan di depan publik
Suatu hari pasanganmu mungkin mencoba memberikan komentar kasar atau kritis sebagai lelucon, lalu menuduhmu terlalu sensitif ketika kamu mengatakan komentar itu mengganggumu.

Di lain waktu, kamu mungkin tertawa bersama pasanganmu dan bertingkah seolah itu bukan masalah besar, meskipun itu menyakiti hatinya.

"Sekalipun komentar ini seharusnya dikatakan dengan cara yang lucu, merendahkan seseorang, terutama jika dilakukan di depan orang lain, adalah tidak sopan dan merupakan ekspresi permusuhan," kata psikoterapis sekaligus penulis "The Emotionally Abusive Relationship," Beverly Engel.

2. Kamu menjadi "insecure"
Mungkin dulunya kamu adalah seseorang yang cukup percaya diri, tetapi belakangan ini baik disadari maupun tidak, kamu banyak melontarkan komentar yang meremehkan diri sendiri, seperti "aku sangat bodoh", "aku tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar", "aku tidak tahu apa yang salah akhir-akhir ini tapi aku sangat pelupa", dan sebagainya.

"Itu bisa jadi menunjukkan bahwa dirimu sedang dilecehkan secara emosional oleh pasangan yang sangat kritis terhadapmu, yang terus-menerus menyalahkanmu, atau memiliki ekspektasi yang tidak masuk akal terhadap dirimu sebagai pasangan," ungkap Engel.

Dampaknya, kamu mungkin mulai meragukan kemampuanmu dan penilaian atas dirimu sendiri. Kini kamu juga mungkin kesulitan membuat keputusan sederhana sendiri.

"Semakin intens kekerasan emosionalnya, semakin besar tantangan bagi korban untuk membuat keputusan, bahkan keputusan mendasar sekali pun," kata terapis trauma dan penulis "Healing From Hidden Abuse", Shannon Thomas.

3. Menyalahkan diri sendiri jika ada yang salah dan minta maaf sedalam-dalamnya
Kamu menjadi sering sekali meminta maaf kepada siapapun untuk hal-hal yang sebetulnya tidak memerlukan permintaan maaf, seperti kesalahan kecil atau hal-hal yang bukan kesalahanmu.

"Kamu seolah telah dikondisikan untuk disalahkan dan disalahkan untuk setiap hal kecil," kata Stines.

4. Tidak ingin membicarakan soal hubungan
Jika kamu cenderung jarang menyebut pasanganmu atau bahkan mengubah topik pembicaraan ketika seseorang menanyakan kabar dalam hubunganmu, itu adalah sinyal bahwa kamu sebetulnya menghindari masalah karena suatu alasan.

"Bisa jadi itu karena kamu merasa malu dan meyakini bahwa jika kamu tidak membicarakannya, tidak akan ada yang mengetahuinya,” tambah Stines.

5. Pasanganmu terus-terusan menanyakan kabar
Normal bagi pasangan untuk menanyakan jadwal atau rencana mereka untuk hari itu. Tetapi, pasangan yang sepanjang waktu menelepon atau mengirim pesan ingin tahu di mana kekasihnya dan dengan siapa mereka, itu sama dengan mengendalikan dan posesif. Sama sekali bukan bentuk kepedulian.

Pada akhirnya, kamu mungkin jadi sering terburu-buru pulang, misalnya, ketika kamu sedang bersama sahabatmu. Selain itu, baik disadari maupun tidak, kamu pun kerap membuat alasan hanya untuk segera pulang.

Dalam kasus yang ekstrem, bisa saja pasanganmu menanyakan temanmu atau restoran yang kamu datangi hanya untuk memastikan apakah kamu sudah benar-benar pulang.

Ketahuilah bahwa pelaku pelecehan emosional sering kali berusaha mengisolasi korbannya dari teman-teman dan keluarganya. Dengan cara itu, tidak ada yang bisa menjadi saksi atas perilaku kasar atau memberikan dukungan yang dibutuhkan mereka untuk mengakhiri hubungan.

6. Suasana hatimu berubah ketika menerima telepon atau pesannya
Sikapmu mungkin menjadi lebih tegang atau terlalu terutup. Suasana hatimu menjadi berubah ketika pasanganmu menelepon atau mengirimimu pesan.

"Bahasa tubuh, ekspresi wajah atau nada suaramu biasanya akan berubah setelah pelaku menghubungi," kata Thomas.

7. Pasanganmu punya akses bebas ke akun-akun pribadimu
Seseorang yang melakukan kekerasan emosional tidak hanya mengetahui sandi email, perbankan online atau media sosial pasangannya, tetapi juga menggunakan sandi yang diketahuinya untuk masuk ke situs atau aplikasi tertentu sebagai cara untuk mengawasimu.

Menurut psikolog klinis B. Nilaja Green, pelaku mungkin membenarkan tindakan-tindakan itu dengan mengklaim bahwa inilah cara mereka membangun kepercayaan dalam hubungan

"Ini bisa menjadi masalah karena pasangannya tidak diizinkan memiliki privasi dalam hubungan dan itu mengaburkan batasan emosional," kata Green.

8. Kamu mengabaikan saran kepedulian orang-orang sekitar
Bahkan sekalipun kamu ditunjukkan bukti yang jelas bahwa ada sesuatu yang salah dalam hubunganmu, kamu sebagai korban pada awalnya akan mencoba untuk mengalihkan perhatian dari kebenaran yang terungkap.

"Bagi anggota keluarga atau teman, sangat penting agar kalian tidak percaya begitu saja dengan kebohongan yang diceritakan oleh korban atau pelaku," kata Thomas.

Memulihkan diri
Jika yang menjadi korban kekerasan emosional pasangan adalah temanmu atau orang di sekitarmu, yang dapat kamu lakukan adalah:

  • Tulis

Strategi klasik para pelaku kekerasan emosional adalah membuat korbannya ragu. Jadi, cobalah menuliskan semuanya, apa yang kamu lakukan, yang kamu katakan, dan yang kamu rasakan.

Dengan begitu, kamu bisa membacanya kembali ketika suatu hari meragukan dirimu. Menyamakan ingatan dan catatan akan secara perlahan menumbuhkan kepercayaan dirimu.

  • Berhenti menyalahkan diri sendiri

Para pelaku mencoba mengontrol dirimu. Jadi, terus ingatkan dirimu sendiri bahwa semua ini bukanlah salahmu.

  • Jangan terbawa permainannya

Jika kamu berada pada situasi di mana haeus berinteraksi dengan pelaku, cobalah untuk mundur selangkah dan tidak mengikuti permainannya.

Ini bukanlah hal mudah, tapi ingatlah bahwa pelaku selalu ingin melihat reaksimu. Tapi, kamu tidak harus selalu memberinya kepuasan.

Kamu tak perlu selalu merespons. Jangan berargumen dan jangan meminta maaf. Ini adalah langkah yang begitu penting.

  • Pertanyakan apa yang "normal"

Jika kamu terus berada pada kondisi emosional yang tidak stabil, kamu mungkin berpikir bahwa perilaku intimidatif dan mempermalukan adalah hal yang normal. Namun, ingatlah sesuatu yang biasa kamu alami tidak selalu sesuatu yang normal.

Cobalah berefleksi dan tanyakan pada dirimu sendiri seperti apa hal-hal normal yang seharusnya terjadi dalam hubungan.

  • Mencoba percaya

Seseorang yang mengalami kekerasan emosional bisa jatuh ke dalam pola perilaku yang sama dan tidak memercayai orang lain.

Ingatlah bahwa di luar sana banyak orang baik yang bisa kamu percaya. Kamu hanya perlu mencoba untuk membiarkan orang masuk ke duniamu.

  • Penuhi kebutuhanmu

Korban kekerasan emosional sering kali hanya menjadi pemuas keinginan orang lain. Ingatlah, bahwa kamu juga memiliki kebutuhan dan kamu boleh membahagiakan dirimu sendiri.

  • Minta bantuan

Banyak orang berpikir jika tidak terlalu sakit, maka mereka bisa mengatasi kondisinya.

Namun, jika kamu ingin keluar dari pola kekerasan emosional yang kamu alami, cobalah meminta bantuan profesional. Ketika kamu sudah menyadari betul bahwa apa yang selama ini dialami adalah kekerasan emosional, kamu bisa mendapatkan bantuan untuk keluar dari lingkaran itu.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/10/13/161855420/8-tanda-kamu-korban-kekerasan-emosional-dalam-hubungan

Terkini Lainnya

Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com