Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

14 Alasan Hewan Langka Sebaiknya Tak Dipelihara

Meskipun hewan langka didapatkan dengan perizinan legal, tetap ada sederet alasan yang membuat seseorang seharusnya tidak memelihara hewan tersebut.

Berikut alasan-alasannya.

1. Tidak dapat memenuhi kebutuhan hewan

Walaupun memiliki niat baik untuk merawat hewan langka, pemilik tidak akan mampu menyediakan 'rumah' yang tepat.

Bagaimana pun, hewan langka seharusnya hidup di alam liar. Tinggal di suatu rumah membuat hewan tidak bisa menjalani kehidupan terbaiknya karena kebutuhannya tidak terpenuhi.

"Hewan langka telah berevolusi untuk hidup di alam, habitat liar."

"Memilikinya sebagai hewan peliharaan, menempatkan hewan liar di lingkungan yang asing dan berpotensi menimbulkan stres."

Demikian yang diungkap Caroline Pollock dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List kepada Reader's Digest.

IUCN merupakan organisasi internasional untuk konservasi sumber daya alam. Organisasi ini memiliki informasi lengkap tentang status hewan yang terancam punah.

"Memelihara hewan langka yang terancam punah berpotensi merusak hewan-hewan itu," tambah Pollock.

2. Mengurangi populasinya

Memelihara hewan langka berpotensi menyebabkan kepunahan. Populasi hewan bisa berkurang karena adanya permintaan untuk memilikinya mendorong perdagangan hewan liar.

"Kecuali jika pemilik hewan nantinya yakin 100 persen  bahwa pembelian hewan diperoleh melalui cara yang berkelanjutan," kata Pollock.

"Membeli hewan liar yang terancam punah untuk dijadikan hewan peliharaan dapat lebih membahayakan spesiesnya."

"Sebab itu mengurangi jumlah hewan yang bertahan hidup di alam liar,” tambah Pollock.

Sebagai contoh, berdasarkan studi pada tahun 2016, permintaan memelihara untuk merawat lemur membuat lebih dari 28.000 hewan primata ini dipindahkan dari alam liar sejak 2010.

Hal ini membuat lemur terancam punah karena perdagangan hewan peliharaan. Selain itu, lemur kehilangan habitat dan menjadi korban perburuan daging hewan liar.

Populasi lemur saat ini diperkirakan turun hingga 95 persen dibanding tahun 2000. Mungkin hanya 2.000 ekor yang tersisa di alam liat saat ini.

3. Tidak mengetahui asal-usulnya

Walaupun pemilik mendapatkan hewan langka yang hendak dijadikan peliharaan dari penangkaran, tidak ada jaminan dalam perdagangan satwa liar hewan tidak dicuri dari alam.

"Burung penyanyi yang hampir punah sering dijual sebagai hasil penangkaran dengan alasan mengurangi tekanan eksploitasi populasi liar," kata David Jeggo.

Jeggo adalah salah satu Ketua IUCN Species Survival Commission (SSC) Asian Songbird Trade Specialist Group.

"Tapi alasan itu terlalu sering. Kenyataannya hal itu malah menciptakan mekanisme yang membuat burung ditangkap secara ilegal dari alam liar,” tambahnya.

Meskipun ada perlindungan internasional, spesies burung yang dijual itu tetap terancam punah.

4. Membuat lebih banyak spesies terancam punah

Seperti yang dikatakan sebelumnya, perdagangan satwa liar berpotensi menyebabkan kepunahan. Bahkan untuk hewan yang belum terancam punah.

Sebab mengambil hewan dari alam liar dapat dengan cepat menghabiskan populasinya.

“Permintaan yang tinggi untuk spesies tertentu mendorong hewan menuju kepunahan."

"Sedangkan bagi spesies yang sudah terancam punah, perdagangan satwa liar semakin memperburuknya," kata Jeggo.

Contohnya ikan Banggai cardinalfish. Kira-kira 30 tahun lalu, hewan ini ditemukan di Indonesia.

Bentuknya yang unik membuat hewan ini dengan cepat menjadi permintaan tinggi untuk dirawat di seluruh dunia.

Akibatnya, pada 2016, populasi ikan di alam liar menurun hingga 93 persen.

Saat ini Banggai cardinalfish terancam punah dengan jumlah populasi yang tersisa kurang dari 1,5 juta spesies.

Situasi serupa juga terjadi pada kadal Savannah monitor tanpa telinga. Hewan langka ini dilindungi di Kalimantan.

Tapi sejak hewan ini ditemukan oleh para ilmuwan untuk pertama kalinya setelah hampir 40 tahun pada 2008, banyak pengumpul reptil tertarik memilikinya.

5. Bisa menyakiti pemilik

Jangan berpikir jika pemilik hewan bisa menjinakkan hewan yang terancam punah.

Menempatkan hewan di lingkungan yang asing dan tidak pantas dapat membahayakan pemilik.

"Ini berisiko bagi pemilik karena dapat disakiti. Hewan langka bertindak secara naluriah untuk melindungi dirinya sendiri dengan menggigit atau menyengat,” kata Pollock.

6. Tidak memahami emosi manusia

Mereka yang hendak memiliki hewan langka mungkin berpikir memberikan kasih sayang dan perhatian dapat meluluhkan hewan tersebut.

Tapi sebenarnya, hewan langka tidak memahami emosi manusia. Hewan tetap bisa menyerang jika mengira hewan ada yang mengancamnya.

Bahkan meskipun telah dipelihara selama bertahun-tahun dan tidak ada insiden, hewan liar mungkin saja menyerang secara brutal.

“Tidak seperti hewan peliharaan pada umumnya, hewan liar tidak dibiakkan untuk persahabatan dengan manusia,” kata Pollock.

7. Walau imut seperti bayi, tapi hewan tetap tumbuh besar

Pada awalnya orang yang memelihara hewan langka mungkin tertarik dengan rupa hewan ketika masih kecil.

Tapi ingat, hewan langka yang terancam punah seperti ular, kadal, harimau, simpanse, dan primata lainnya akan tumbuh menjadi besar.

"Ketika masih bayi, hewan liar ini sangat menyenangkan, lucu, dan menarik untuk didekati."

"Tetapi ketika tumbuh menjadi dewasa, hewan mungkin berukuran sangat besar dan sulit dikendalikan," kata Pollock.

Situasi ini dapat berbahaya bagi lingkungan sekitarnya. Hewan bisa saja merusak benda benda yang ada di sekitarnya dan mengancam nyawa pemilik.

8. Memiliki pola makan khusus

Hewan yang terancam punah memiliki pola makan khusus. Bila tidak mendapatkannya, hewan dapat jatuh sakit atau kekurangan gizi.

“Banyak hewan liar memiliki makanan yang sangat terspesialisasi yang mungkin mahal untuk dibeli atau sulit ditemukan,” kata Pollock.

Bahkan hewan kecil seperti lemur membutuhkan makanan khusus.

Suatu program penelitian tentang lemur sebagai hewan peliharaan mencatat hewan ini mengonsumsi makanan yang sedikit berbeda.

Lemur tidak boleh diberi makanan manusia seperti nasi atau mengonsumsi terlalu banyak buah manis seperti pisang atau mangga.

9. Membawa penyakit

Hewan langka yang biasanya tidak bersentuhan dengan manusia juga bisa berbahaya bagi kesehatan. Sebab hewan liar itu mungkin saja menyebarkan kuman dan penyakit.

"Hewan liar membawa penyakit yang mungkin dapat diatasi dengan baik oleh dirinya. Tapi penyakit itu  dapat ditularkan ke manusia dan hewan lain,” kata Pollock.

Hal ini bisa menimbulkan masalah bila tubuh manusia dan hewan lain tidak cukup baik melawan virus dan bakteri baru tersebut.

10. Bisa membahayakan keselamatan masyarakat

Hewan langka yang terancam punah tidak dimaksudkan untuk dijadikan hewan peliharaan. Hewan tersebut dapat berbahaya bagi keselamatan publik.

“Ada risiko hewan dapat melarikan diri. Dengan demikian meningkatkan risiko kepada manusia dan hewan lain.”

Demikian kata Patricia Cremona, Pejabat Program Penggunaan dan Perdagangan di IUCN.

The Humane Society  mencatat ratusan insiden yang terjadi karena hewan liar yang dipelihara kabur dari rumah pemiliknya.

11. Hewan yang kabur bisa menjadi invasif

Hewan yang kabur dapat meningkatkan risiko bagi manusia dan hewan peliharaan lain. Sebab hewan tersebut bisa membentuk populasi permanen di alam liar yang tidak terkendali.

12. Pemilik ingin menyingkirkannya

Memelihara hewan langka tidaklah mudah. Pemilik mungkin akan menyadari dia tidak bisa merawat dengan baik.

Hal ini memicu pemilik untuk tidak lagi memelihara. Ada hewan yang terpaksa dibuang dan tidak mendapat kehidupan yang layak.

Tentunya hal itu malah membuat hewan langka mati dan kemungkinan punah semakin besar.

13. Tindakan ilegal

Beberapa pemilik hewan langka tidak menyadari jika sebenarnya hewan yang mereka miliki dilindungi oleh hukum nasional dan internasional.

Pemilik mungkin saja merasa mendapatkan hewan itu dengan perizinan yang benar. Namun di balik itu, pemilik bisa saja didenda karena kepemilikan hewan yang dilindungi.

14. Bisa menjadi bagian dari jaringan kriminal internasional

Masalah lain yang mungkin timbul adalah meskipun merasa hewan itu didapatkan dengan cara legal, pemilik tidak benar-benar tahu asal usul hewan.

Malah bisa jadi pemilik terlibat dalam jaringan kriminal internasional. Risikonya tentu sangat tinggi.

Pemilik bisa dipenjara dan diancam dengan denda yang sangat besar, tergantung dari aturan hukum yang berlaku.

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/12/16/102254520/14-alasan-hewan-langka-sebaiknya-tak-dipelihara

Terkini Lainnya

Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com