Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Juta Bayi Berpotensi Stunting di Tahun 2024, Apa Itu Stunting

KOMPAS.com— Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN) memprediksi bahwa 4 tahun ke depan dari 20 juta kelahiran bayi, tujuh juta diantaranya berpotensi mengalami stunting.

Dengan perkiraan ini, maka presentase bayi yang mengalami stunting di Indonesia akan meningkat menjadi 27 persen.

Data ini diungkapkan oleh Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, seusai rapat kabinet terbatas dengan Presiden, Senin (25/1/2021).

Presiden Joko Widodo kemudian mengambil tindakan dengan menunjuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN) untuk memimpin Pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting.

Sebenarnya, apa itu stunting dan apa penyebabnya? Berikut penjelasannya.

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi.

Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.

Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Tak hanya pertumbuhan bayi saja yang terhambat, perumbuhan otak juga disebut tidak maksimal.

Hal ini menyebabkan berkurangnya kemampuan otak untuk bejar yang kemudian akan berpengaruh pada prestasi mereka saat menempuh pendidikan.

Stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi, saat usia dewasa.

Penyebab stunting

Situs Adoption Nutrition menyebutkan, stunting berkembang dalam jangka panjang karena kombinasi dari beberapa atau semua faktor-faktor berikut:

1. Kurang gizi kronis dalam waktu lama

2. Retardasi pertumbuhan intrauterine

3. Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori

4. Perubahan hormon yang dipicu oleh stres

5. Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak.

Perkembangan stunting sendiri sangat lambat dan merupakan proses yang akumulatif. Untuk itu, jika memang anak menderita stunting, ini terjadi karena kurangnya asupan makanan bergizi saat masih dalam kandungan hingga balita.

Gejala stunting

1. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya

2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda atau kecil untuk usianya

3. Berat badan rendah untuk anak seusianya

4. Pertumbuhan tulang tertunda

Pencegahan

Stunting bisa dicegah, namun penegahan ini harus dilakukan sejak ibu mengandung hingga dua tahun pertama kehidupan si keci;.

Untuk itulah, program Pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting dilaksanakan pemerintahan Jokowi agar presentasi stunting pada anak Indonesia bisa menurun.

Program yang akan dilaksanakan oleh BKKBN ini akan mendapatkan dukungan dari kementrian atau lembaga terkait, hingga di daerah, untuk menurunkan angka stunting hingga 14 persen.

Selain upaya dari pemerintah, berikut adalah lima cara mencegah stunting yang bisa dilakukan sendiri.

1. Pemenuhan gizi calon ibu dan ibu hamil

Pemenuhan gizi calon ibu dan ibu hamil merupakan langkah awal untuk mencegah terjadinya stunting. 

2. Pemberian ASI eksklusif

Dua tahun pertama merupakan masa emas tumbuh kembang anak. Oleh karenanya, asupan nutrisi anak perlu dijaga agar tidak mengalami kekurangan gizi.

Para Ibu juga disarankan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) saat bayi lahir yang dilanjutkan dengan memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif hingga usia 6 bulan pertama. Agar ASI berkualitas, pola makan ibu juga harus diperhatikan agar mencukupi kebutuhan gizi seimbang.

3. Berikan MPASI saat bayi 6 bulan

Sesudah bayi berusia 6 bulan, bayi harus mendapat Makanan Pendamping ASI (MPASI). Hal ini dikarenakan bayi memerlukan asupan tambahan untuk memenuhi kebutuhan gizi agar dapat tumbuh dengan sehat.

WHO dan UNICEF juga sudah mengeluarkan 7 panduan MPASI yang diperlukan untuk bayi berusia 6-23 bulan.

Tujuh panduan tersebut adalah, serealia atau umbi-umbian, kacang-kacangan, produk olahan susu, telur, sumber protein hewani lainnya, sayur dan buah terutama yang kaya akan vitamin A.

4. Perilaku Hidup Sehat dan Bersih

Menyediakan lingkungan yang bersih dan sehat merupakan salah satu langkah penting dalam mencegah stunting. Contohnya seperti, membiasakan sikat gigi sehabis makan, mencuci tangan dengan sabun selama 30 detik, dan mandi sehabis bepergian keluar rumah.

5. Pantau tumbuh kembang anak

Untuk memastikan tumbuh kembang anak sesuai dengan standar, orangtua harus memantau dengan melakukan penimbangan berat badan dan pengurungan tinggi badan dan lingkar kepala. Hal ini bisa dilakukan di Puskesmas, Posyandu, atau pun rumah sakit.

Kontrol rutin dapat membantu memantau tumbuh kembang anak secara detil. Selain itu, jika terdapat beberapa kelainan pada tumbuh kembangnya, bisa diketahui sejak dini sehingga dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan lebih cepat.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/01/25/192513920/7-juta-bayi-berpotensi-stunting-di-tahun-2024-apa-itu-stunting

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke