Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Dampaknya jika Bayi dan Anak Kekurangan Vitamin D?

KOMPAS.com - Vitamin D adalah salah satu nutrisi penting yang bisa didapatkan dari paparan sinar matahari. Dengan berjemur di bawah sinar matahari pagi sekitar lima hingga sepuluh menit, kebutuhan akan vitamin D bisa tercukupi.

Sayangnya, banyak ditemui orang yang kekurangan vitamin D, termasuk anak-anak.

Vitamin D berperan penting untuk membantu proses metabolisme tulang, sistem imun, dan anti-peradangan.

Pada anak, vitamin D membantu penyerapan kalsium dan fosfat dari makanan di dalam usus, serta memadatkan tulang.

Pertanyaannya, apakah bayi yang masih mendapatkan nutrisi dari ASI memerlukan asupan vitamin D?

Dokter anak Kylie Liermann, DO, menjelaskan vitamin D berperan penting bagi kesehatan tulang dan gigi bayi.

"Kekurangan vitamin D yang parah dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh yang disebut rakhitis," kata Liermann.

Vitamin D membantu tubuh menyerap kalsium dan memanfaatkannya untuk membentuk dan memperkuat tulang.

Tanpa vitamin D, anak lebih rentan terhadap patah tulang dan gangguan tumbuh kembang.

Tubuh juga membutuhkan vitamin D untuk perkembangan otak dan kesehatan sistem kekebalan.

Sementara itu, menurut Dr Natharina Yolanda, dokter spesialis anak dalam laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kekurangan vitamin D pada anak dapat menimbulkan penyakit riketsia nutrisional.

"Riketsia umumnya terjadi pada anak berusia enam bulan hingga dua setengah tahun."

Gejalanya antara lain kelemahan otot, keterlambatan perkembangan gerak motorik, pembesaran area pergelangan tangan dan mulut, tungkai berbentuk O.

"Gejala lain gangguan bentuk kepala, keterlambatan pertumbuhan gigi, penurunan kepadatan tulang, dan infeksi," katanya.

Kekurangan vitamin D pada bayi

Bayi tidak dapat mengatakan dengan jelas apa yang dirasakannya, sehingga tidak mudah menemukan apakah bayi tersebut kekurangan vitamin D atau tidak.

Namun, dokter dapat memeriksa kadar vitamin D di dalam tubuh bayi jika bayi mengalami:

- Sering terkena penyakit atau infeksi
- Pertumbuhan yang buruk
- Sering patah tulang

Bayi yang masih menyusui membutuhkan vitamin D

Dalam laman IDAI, Natharina menyebutkan hasil survei di Indonesia yang membuktikan sebanyak 43 persen anak di perkotaan dan 44 persen anak pedesaan mengalami defisiensi (kekurangan) vitamin D.

Salah satu faktor yang berperan terhadap kekurangan vitamin D pada anak, yaitu pemberian ASI berkepanjangan tanpa suplementasi vitamin D.

Natharina mencatat, ASI ternyata mengandung vitamin D dalam kadar yang rendah.

"Pemberian ASI saja belum dapat mencukupi kebutuhan vitamin D harian pada anak," tulis Natharina.

Solusinya, ibu yang menyusui harus mengonsumsi makanan sumber vitamin D, bahkan bila perlu diberi tambahan suplemen vitamin D.

Jumlah vitamin D yang dibutuhkan bayi

American Academy of Pediatrics merekomendasikan asupan vitamin D harian sekitar 400 IU atau 0,16 miligram untuk bayi.

Kebanyakan suplemen vitamin D bayi mengandung jumlah yang dianjurkan dalam satu dosis, namun dosisnya bisa berbeda-beda. Selalu konsultasikan dengan dokter anak.

Lalu, bagaimana rekomendasi di Indonesia? Menurut laman IDAI, sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang mencukupi untuk merekomendasikan suplementasi vitamin D secara rutin bagi anak.

Namun, Natharina menganjurkan para orangtua untuk mengajak bayi berjemur di luar guna mengurangi angka defisiensi vitamin D. 

Perhatikan waktu yang tepat, yaitu pada pagi hari ketika paparan sinar ultraviolet tidak terlalu tinggi, dengan durasi 15-30 menit.

Walau begitu, anak dengan riwayat defisiensi vitamin D yang disertai gejala harus diberikan suplementasi dalam pengawasan dokter.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/03/05/075543820/apa-dampaknya-jika-bayi-dan-anak-kekurangan-vitamin-d

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke