Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ahli Jelaskan 4 Perbedaan Gejala Demam pada DBD dan Covid-19

Meskipun keduanya sama-sama menunjukkan gejala demam, sebetulnya polanya berbeda.

Lalu, bagaimana cara membedakannya?

Mengutip rilis Kementerian Kesehatan RI, berikut perbedaan demam pada DBD dan Covid-19:

1. Demam Covid-19 disertai gejala respirasi

Perwakilan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Dr dr Erni Juwita Nelwan, SpPD, KPTI menjelaskan, pada demam dengue, fase demam terjadi akibat diremia. Artinya, ada virus yang beredar di dalam darah.

Demam seperti ini sulit diturunkan oleh obat karena penyebab demamnya terus ada di dalam darah, biasanya hingga lebih kurang 3 hari.

Pasien biasanya mengonsunsi obat penurun panas. Demam memang akan turun, namun biasanya tak lama setelah itu demam akan kembali naik.

''Jadi demam pada demam berdarah itu sulit diturunkan dengan obat turun panas. Pasien akan banyak berkeringat karena efek samping dari obat turun panas tersebut, dia berusaha menurunkan panas tapi di satu sisi penyebab demamnya ada terus di dalam darah."

Demikian diungkapkan Erni pada Konferensi Pers Asen Dengue Day 2021, seperti dikutip laman resmi Kemenkes RI.

Ia menambahkan, pada demam berdarah pola demamnya kerap kali mendadak dan langsung tinggi.

Sementara demam Covid-19 dapat disertai dengan gejala respirasi yang lebih dominan, seperti sesak napas, batuk, susah menelan, hingga anosmia atau tidak bisa mencium bau.

2. Demam dengue melalui masa inkubasi

Sebelum mengalami demam, pasien DBD akan melalui masa inkubasi terlebih dahulu selama 5-10 hari.

Jadi, penularannya tidak terjadi seketika.

Adapun masa inkubasi adalah fase saat virus masuk ke dalam darah namun belum menimbulkan gejala sampai jumlah virus cukup banyak dan beredar di dalam darah, kemudian menimbulkan penyakit atau demam.

Sementara pada Covid-19, demam terjadi di minggu pertama. Kemudian, di hari ke-5 hingga ke-7 pasien biasanya mulai menunjukkan gejala respiratori seperti sesak, batuk, dan pilek.

Menurut Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Mulya Rahma Karyanti SpA(K), pada demam dengue yang dominan adalah demam, sedangkan sakit kepala dan batuk pileknya cenderung lebih ringan daripada Covid-19.

3. Demam dengue disertai sakit kepala khas

Pasien DBD biasanya juga mengalami sakit kepala yang khas, yaitu sakit kepala di bagian depan kepala atau di belakang bola mata.

Bagi anak-anak, demam dengue biasanya terjadi akut dan muka mengalami merah khas. Sementara pada Covid-19 gejala tidak membuat muka merah.

Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Mulya Rahma Karyanti Sp.A(K) mengatakan, pada demam dengue yang dominan adalah demam kemudian sakit kepala dan batuk pilek yang lebih ringan daripada Covid-19.

''Demam dengue di hari ketiga setelah gigitan nyamuk harus menjadi perhatian penting, karena secara umum demam dengue itu infeksi terjadi di hari ke-3 sampai ke-6, itu masuk fase kritis yang bisa rawan di mana bisa meninggal kalau tidak diberikan cairan obat yang cukup,'' ujarnya.

4. Fase demam berbeda

Pada Covid-19, penyakit yang biasa dikeluhkan adalah demam yang terjadi selama 5-7 hari disertai batuk pilek yang lebih dominan dan makin tambah sesak, serta saturasi oksigen yang menurun.

Gejala ini dianggap berat untuk kasus Covid-19 pada anak.

Sementara DBD memiliki fase demam dan fase kritis.

Fase demam terjadi dari hari pertama sampai hari ke-3, kemudian diikuti fase kritis antara hari ke-3 sampai ke-6, serta fase penyembuhan dari setelah hari ke-6.

Pada fase kritis di antara hari ke-3 sampai hari ke-6 terjadi kebocoran pembuluh darah yang dapat menyebabkan syok hipovolemik.

Penting untuk memastikan pasien mendapatkan cukup cairan demi menghindari keparahan, bahkan kematian.

''Pada saat memasuki fase kritis yang harus diperhatikan adalah jangan sampai anak kekurangan cairan obat karena di fase inilah terjadi kebocoran pembuluh darah yang bisa menyebabkan kematian," kata Mulya.

Sedangkan pada Covid-19, demam bisa tinggi namun disertai gejala respirasi seperti batuk, pilek dan pasien merasa bertambah sesak.

"Terutama masa kritisnya adalah pada akhir minggu pertama, di sinilah saturasi oksigen bisa menurun,'' kata dr. Mulya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/06/17/144400620/ahli-jelaskan-4-perbedaan-gejala-demam-pada-dbd-dan-covid-19

Terkini Lainnya

Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com