Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

11 Gangguan Sistem Pencernaan dan Cara Mengatasinya

Ketika mengalaminya sering kali kita berpikir apakah ada yang salah dengan tubuh kita.

Kebanyakan gangguan sistem pencernaan berkaitan dengan gaya hidup, sehingga bisa diatasi dengan perubahan gaya hidup dan dapat dicegah.

Untuk gangguan sistem pencernaan serius, terutama jika menemukan darah pada tinja atau merasa nyeri parah, segeralah berkonsultasi dengan profesional kesehatan.

Gangguan sistem pencernaan yang umum terjadi

Jika tidak yakin dengan gangguan sistem pencernaan yang Anda alami dan bagaimana cara mengatasinya, berikut sejumlah gangguan sistem pencernaan yang umum terjadi:

Instruktur klinis kedokteran dari Ichan School of Medicine di Mount Sinai dan ahli gastroenterologi dari New York Gasteroenterology Associates, Neville Bamji, MD menjelaskan kepada Everyday Health, Gerd sering terjadi setelah makan atau di malam hari.

Mengalami refluks asam dan heartburn sesekali adalah hal yang umum. Namun, mengalaminya setidaknya dua kali setiap minggu bisa menjadi gejala Gerd.

Temui dokter jika mengalami heartburn terus-menerus, bau mulut, erosi gigi, mual, nyeri di dada atau bagian atas perut, atau mengalami kesulitan menelan atau bernapas.

Kebanyakan penderita gangguan sistem pencernaan ini merasa lega dengan menghindari makanan dan minuman yang memicu gejala Gerd dan/atau mengonsumsi antasida yang dijual bebas atau obat lain yang mengurangi produksi asam lambung dan radang kerongkongan.

Selain itu, perubahan gaya hidup seperti meninggikan kepala tempat tidur, tidak berbaring setelah makan, menghindari pakaian ketat, dan berhenti merokok juga dapat membantu meredakan gejala Gerd.

Namun, beberapa kasus Gerd mungkin memerlukan perawatan yang lebih serius, seperti pengobatan atau pembedahan.

Menurut Healthgrades, penyebab umum sembelit adalah tidak makan cukup serat dan gejala utama sembelit adalah sulit buang air besar.

Ketika mengalami sembelit, kita perlu mengejan keras untuk mengeluarkan kotoran. Menurut Cleveland Clinic, kondisi ini menyebabkan tinja kecil dan keras, dan terkadang terjadi masalah dubur seperti wasir.

Dalam kebanyakan kasus, gangguan sistem pencernaan ini dapat diatasi dengan meningkatkan asupan serat, cairan, dan berolahraga.

Beberapa orang mengatasi sembelit dengan obat pencahar. Namun, ini hanya sebagai solusi sementara.

Menurut Mayo Clinic, diare mungkin muncul sendiri atau berkaitan dengan gejala lain, seperti mual, muntah, sakit perut, dan penurunan berat badan.

Untungnya, diare sering kali berlangsung tidak lebih dari beberapa hari.

Jika diare berlangsung lebih dari beberapa hari hingga berminggu-minggu, itu biasanya menunjukkan ada masalah lain, seperti Sindrom Iritasi Usus (IBS) atau gangguan yang lebih serius, termasuk infeksi persisten, penyakit celiac atau Penyakit Radang Usus (IBD).

Selain konsumsi obat, diare dapat diobati dengan beberapa cara seperti menambah asupan cairan dan makan makan pemulihan.

Mengutip pemberitaan Kompas.com (31/10/2020), diet dengan porsi kecil dan sering bisa lebih baik daripada makan tiga kali lebih besar sehari ketika ingin memulihkan diri dari diare.

Pola makan yang baik untuk penderita diare dapat meliputi:
Makanan kaya pektin, seperti buah-buahan

Batu empedu terbentuk ketika terlalu banyak kolesterol atau limbah dalam empedu kita, atau jika kantong empedu tidak mengosongkan dengan benar.

Batu empedu yang menghalangi saluran yang mengarah ke usus dapat menyebabkan rasa sakit yang tajam di perut kanan atas.

Penggunaan obat terkadang dapat melarutkan batu empedu. Namun, jika itu tidak berhasil untuk mengatasi gangguan sistem pencernaan ini, langkah selanjutnya adalah melakukan operasi untuk mengangkat kantong empedu.

Penyakit celiac adalah gangguan sistem pencernaan yang harus didiagnosis oleh penyedia layanan kesehatan, dan sering disalahartikan sebagai gangguan lainnya sebelum benar-benar dikenali.

Pada anak-anak, gejala penyakit celiac bisa termasuk sakit perut dan kembung, diare, sembelit, muntah, dan penurunan berat badan.

Sementara pada orang dewasa, gejala penyakit celiac juga bisa mencakup anemia, kelelahan, keropos tulang, depresi, dan kejang. Namun, beberapa orang mungkin tidak memiliki gejala apapun.

Satu-satunya pengobatan untuk penyakit celiac adalah menghindari makan gluten. Alternatif umum untuk gluten termasuk beras merah, quinoa, lentil, tepung kedelai, dan tepung jagung.

IBD adalah penyakit autoimun, yang berarti ada reaksi sistem kekebalan tubuh yang tidak normal.

Gangguan sistem pencernaan ini dapat menyebabkan iritasi dan pembengkakan, mengakibatkan diare, sakit perut, kehilangan napsu makan, demam, dan penurunan berat badan.

Untuk penyakit Crohn, dokter belum yakin apa yang menjadi penyebabnya. Namun, diperkirakan genetika dan riwayat keluarga mungkin berperan terhadap seseorang memiliki penyakit Crohn.

Pengobatan tergantung pada gejalanya dan dapat mencakup pereda nyeri topikal, imunosupresan, hingga tindakan pembedahan.

Menghindari makanan pemicu seperti produk susu, minuman berkarbonasi, alkohol, kopi, buah dan sayuran mentah, daging merah, dan makanan yang berlemak, digoreng, pedas, atau penghasil gas juga dapat membantu mencegah flare pada gangguan sistem pencernaan ini.

Sementara kolitis ulserativa dapat diatasi dengan obat yang menekan peradangan dan menghindari makanan pemicu ketidaknyamanan.

Dalam kasus yang parah, pengobatan untuk kolitis ulserativa mungkin melibatkan pembedahan untuk mengangkat usus besar.

Penderita gangguan sistem pencernaan ini juga mungkin merasakan gejala seperti sembelit atau diare.

Namun, gejala IBS sebetulnya sangat bervariasi. Seseorang bisa saja mengalami tinja keras, namun di hari lainnya mengalami tinja yang encer dan berair.

Kembung juga bisa merupakan gejala IBS.

Penyebab IBS masih tidak diketahui, tetapi pengobatan gejala sebagian besar berpusat pada pola makan, seperti makan makanan rendah lemak, tinggi serat dan menghindari makanan pemicu umum, seperti produk susu, alkohol, kafein, pemanis buatan, dan makanan yang menghasilkan gas.

Selain itu, stres dapat memicu gejala IBS, sehingga beberapa orang menjalani terapi perilaku kognitif atau mengonsumsi antidepresan dosis rendah untuk mengobati IBS.

Penyebabnya wasir termasuk sembelit kronis, diare, mengejan saat buang air besar, dan kurang asupan serat.

Gangguaan sistem pencernaan ini bisa diobati dengan makan lebih banyak serat, minum lebih banyak air, dan berolahraga.

Krim dan supositoria yang dijual bebas dapat meredakan gejala wasir untuk sementara.

Namun, jika pengobatan di rumah tidak cukup membantu, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Terkadang, tindakan pembedahan mungkin dibutuhkan untuk menghilangkan wasir.

Jika memiliki divertikula tetapi tidak ada gejala, kondisi ini disebut divertikulosis, yang cukup umum di antara orang dewasa yang lebih tua dan jarang menyebabkan masalah.

Namun, pada sekitar 5 persen orang, kantong tersebut mengalami peradangan atau infeksi, kondisi yang disebut divertikulitis.

Gejala diverkulitis meliputi demam, menggigil, mual, dan sakit perut. Obesitas merupakan faktor risiko utama untuk gangguan sistem pencernaan yang satu ini.

Divertikulitis ringan dapat diobati dengan antibiotik dan diet cairan bening sehingga usus besar bisa sembuh.

Kurang makan serat bisa menjadi penyebab divertikulitis. Jadi, dokter mungkin akan mengarahkan kita untuk memperbanyak makan serat dengan memerhatikan makan seperti biji-bijian, kacang-kacangan, dan sayuran.

Jika mengalami serangan parah yang sering berulang, tindakan pembedahan mungkin diperlukan untuk mengangkat bagian usus yang sakit.

Mengejan dan buang air besar yang keras dapat menyebabkan gangguan sistem pencernaan ini, tetapi tinja yang lunak dan diare juga bisa menyebabkannya.

Cara terbaik untuk mengobati fisura ani sering kali adalah menerapkan pola makan tinggi serat sehingga membuat tinja terbentuk dengan dan besar.

Obat untuk mengendurkan otot sfingter anal dan anestesi topikal bisa membantu menghilangkan rasa sakitnya. Namun, fisura kronis mungkin memerlukan pembedahan otot sfingter anal.

Infeksi bakteri H. pylori adalah penyebab sering kali menyebabkan gastritis kronis.

Penyebab lainnya termasuk terlalu sering konsumsi NSAID, seperti aspirin, ibuprofen, dan naproxen.

Untuk mengobatinya, konsumsi antasida dan penghambat pompa proton sering kali cukup membantu.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/10/04/195142020/11-gangguan-sistem-pencernaan-dan-cara-mengatasinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke