Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini Beda Kerja Produktif dengan "Toxic Productivity"

KOMPAS.com - Bekerja dari rumah membuat kebanyakan orang merasa memiliki lebih banyak waktu dan ingin mengisinya dengan kegiatan produktif. Misalnya saja ikut kursus bahasa asing, rapat secara marathon, hingga mengerjakan beberapa proyek.

Kita mengira, apa yang kita lakukan itu produktif. Padahal, ada batas yang jelas antara menjadi produktif dan produktivitas toksik (toxic productivity).

Namun, sayangnya, kita sering kali terjebak pada jenis produktivitas yang kedua. Lantas, bagaimana kita mengetahui tanda-tanda bahwa kita sedang mengalami toxic productivity?

Tanda-tanda toxic productivity

Pada umumnya, produktivitas toksik adalah istilah lain dari bekerja berlebihan, "workaholic", dan kata-kata lain yang menggambarkan kita terlalu banyak bekerja hingga mengesampingkan istirahat.

"Toxic productivity itu memunculkan rasa bersalah kalau tidak mengerjakan sesuatu. Ujung-ujungnya, kita mengalami burnout yang membahayakan kesehatan dan itu harus dihindari," kata psikolog dari aplikasi konsultasi psikologi online Riliv, Graheta Rara Purwasono, MPsi, dalam siaran pers, Jumat (8/10/2021).

Pada akhirnya, toxic productivity membuat kita tidak bisa menikmati waktu berkualitas bersama teman dan keluarga atau bahkan diri sendiri karena kita terlalu sibuk.

Agar kita terhindar dari produktivitas toksik, Graheta memberikan beberapa tips supaya kita bisa memiliki kehidupan yang lebih sehat dan seimbang seperti berikut ini.

1. Buat batasan yang jelas

Ketika pekerjaan adalah satu-satunya hal yang berputar dalam pikiran kita, maka sulit untuk memikirkan hal lain yang sama pentingnya. Misalnya, beristirahat atau menghabiskan waktu bersama keluarga terkasih.

Nah, untuk itu, kita bisa menentukan batasan yang mengubah sudut pandang kita, dari yang hanya memikirkan pekerjaan ke hal-hal lain yang berarti dalam hidup, yakni:

• Tidak boleh bekerja selama tiga jam tanpa diselingi istirahat.

• Harus memiliki waktu yang berkualitas dengan keluarga di minggu ini.

• Harus tidur cukup selama delapan jam setiap hari.

2. Terapkan professional detachment

Ini khusus buat kita yang meeting lima kali dalam sehari atau lebih. Ingat, ada yang lebih penting daripada pekerjaan dan itu adalah kesehatan fisik, serta mental kita sendiri.

Pahami bahwa menjadi pekerja bukanlah identitas kita satu-satunya. Predikat kita bukan hanya seorang pekerja, tetapi juga mungkin orangtua, pacar, teman, dan lain sebagainya.

Saat kita menerapkan "professional detachment", kita akan memperlakukan pekerjaan sebagai sesuatu yang akan kita tangani setelah menjalankan tanggung jawab lain di luar itu.

3. Praktikkan mindfulness

Mindfulness dapat membantu kita berhubungan dengan dunia dengan cara yang lebih sehat.

Melalui mindfulness, kita juga akan lebih mudah untuk menyadari apa yang dibutuhkan oleh tubuh dan pikiran. Hal itu bukan produktivitas toksik.

Kita dapat menerapkan mindfulness dengan melakukan meditasi. Caranya pun mudah dan praktis. Kita hanya perlu duduk diam, pejamkan mata, dan pikiran kita akan dijernihkan.

Pada intinya kita harus memahami bahwa produktivitas yang baik adalah produktivitas yang memberi kita waktu untuk beristirahat dan pada saat yang bersamaan mendorong kita untuk mencapai tujuan dengan cara yang lebih sehat.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/10/08/132519120/ini-beda-kerja-produktif-dengan-toxic-productivity

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke