Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Langkah Praktis agar Isi Lemari Pakaian Lebih Berkelanjutan

KOMPAS.com - Menerapkan fesyen yang lebih berkelanjutan (sustainable) tentu membutuhkan penyesuaian pada isi lemari kita.

Meski, hal tersebut mungkin akan sulit dilakukan bagi sebagian orang karena mereka harus menekan kebiasaan berbelanja atau mungkin tidak lagi menggunakan merek tertentu.

Fesyen berkelanjutan memang bukan sekadar menahan diri agar tidak terus membeli tren mode terbaru, tetapi juga memastikan produk yang kita beli juga ramah lingkungan. 

Tenang saja, tidak sesulit kelihatannya kok. Untuk mempraktikannya, kita bisa mencoba tujuh langkah sederhana dalam membuat isi lemari pakaian menjadi lebih berkelanjutan, seperti yang dilansir dari laman Harpers Baazar berikut ini.

1. Memakainya minimal 30 kali

Pendiri perusahaan sertifikasi keberlanjutan Eco Age, Livia Firth, memulai kampanye #30Wears untuk mendorong kita agar hanya membeli suatu barang jika kita benar-benar tahu bahwa items tersebut pasti kita pakai.

"Pesan terbesar adalah setiap kali kita membeli sesuatu, selalu berpikir apakah kita akan memakainya minimal 30 kali atau tidak," terangnya.

"Jika jawabannya ya, maka belilah. Tapi jangan membelinya kalau kita ragu atau mungkin menjawab tidak," sambung dia.

Selain itu, hindari membeli pakaian yang hanya kita gunakan untuk satu kali kesempatan saja.

Kemudian, pilihlah potongan yang lebih serbaguna, yang dapat dipadukan dengan banyak cara alias mix and match sehingga tetap terlihat trendi di masa mendatang.

2. Mendapatkan lebih banyak informasi

Salah satu hal tersulit dalam mencoba lebih berkelanjutan adalah mengetahui dari mana harus memulai dan di mana harus berbelanja.

Untungnya, sekarang semua hal jauh lebih mudahdengan adanya begitu banyak merek yang berfokus pada berkelanjutan.

"Media sosial adalah cara mudah untuk berkomunikasi secara langsung kepada merek saat melakukan pembelian untuk memastikan kita membeli dari merek yang sesuai dengan nilai-nilai kita," kata Amy Powney, direktur kreatif di label berkelanjutan Mother of Pearl.

Lakukan beberapa riset untuk mendapatkan lebih banyak informasi, sehingga kita punya  pilihan label mana yang sesuai dengan kita dan pastinya mengedepankan prinsip keberlanjutan.

3. Ubah sikap kita dalam berbelanja

"Setiap item pakaian baru yang dibuat memiliki jejak karbon yang melekat pada pembuatannya, tetapi jumlah energi baru yang dibutuhkan untuk memproduksi pakaian vintage adalah nol," kata aktris Emma Watson dalam sebuah kesempatan.

Menurut dia, pakaian vintage memiliki peran besar dalam membuat dunia fesyen lebih berkelanjutan.

Selain itu memakai ulang pakaian lawas juga dapat mengurangi jejak karbon yang mencakup 132 juta metrik ton batu bara, yang digunakan setiap tahun saat melalui produksi serat baru, pewarnaan dan pemutihan pakaian, serta 6-9 triliun liter air.

Cara lain yang ramah lingkungan untuk memperbarui lemari pakaian kita adalah dengan memilih pakaian sewa.

Mengingat bahwa 300.000 ton pakaian yang tidak diinginkan dibuang, tidak didaur ulang, setiap tahun, jelas bahwa berbagi pakaian menjadi langkah menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Dengan menggunakan platform sewa pakaian, itu berarti akan lebih sedikit yang dibeli dan lebih sedikit yang tersisa untuk menghancurkan planet kita.

4. Sumbangkan pakaian tidak digunakan

Menyumbangkan pakaian yang tidak digunakan akan membantu orang lain yang membutuhkan dan membuat lingkungan kita menjadi lebih berkelanjutan.

Maka dari itu, hiduplah dengan berpegang  bahwa setiap kali kita membeli sesuatu, kita pasti akan menyumbangkan sesuatu.

5. Rawat pakaian agar tahan lebih lama

Membeli pakaian yang berkualitas tinggi pastinya juga akan lebih tahan lama. Meski begitu, kita tetap perlu merawat pakaian dengan benar dan memastikannya dalam kondisi terbaik.

CEO dan salah satu pendiri Steamery Stockholm, Frej Lewenhaupt bahkan merekomendasikan kita untuk berinvestasi pada alat-alat perawatan pakaian seperti setrika uap yang efisien dan membuat pakaian kita lembut. 

Tak hanya itu, setrika uap juga mampu mengurangi bau tak sedap, membunuh bakteri, dan menghilangkan kerutan di pakaian kita.

6. Memperbaiki pakaian

Pelajari cara memperbaiki pakaian atau lebih mudah lagi bawa ke tempat yang lebih profesional untuk melakukannya, sehingga kita dapat menghindari membeli pakaian baru.

Menjadi berkelanjutan bisa sesederhana menemukan penjahit hebat yang dapat kita andalkan, daripada membuang pakaian saat sudah usang.

Apalagi, tidak semua pakaian yang kita sumbangkan atau berikan pada unit daur ulang dipergunakan sesuai dengan tujuannya. Ada pula yang berakhir di tempat pembuangan sampah.

7. Pilih kualitas daripada kuantitas

Ini semua tentang perencanaan. Membeli barang berkualitas lebih baik dan lebih berkelanjutan karena akan menghabiskan lebih banyak uang daripada membeli produk murah yang cepat rusak.

Namun, ini semua tentang mengubah pola pikir kita. Ya, harganya lebih mahal, tetapi kita cenderung memilikinya lebih lama dan akan membeli lebih sedikit per musim secara keseluruhan.

Membeli hanya beberapa pakaian berkualitas tinggi dalam setahun daripada banyak pakaian yang lebih murah dan kurang ramah lingkungan akan mengurangi jejak karbon kita.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/10/26/190322820/7-langkah-praktis-agar-isi-lemari-pakaian-lebih-berkelanjutan

Terkini Lainnya

Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com