Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

"Highly Sensitive Person" atau Empath, Apa Bedanya?

HSP atau orang yang sangat sensitif semacam ini, terkadang disalahartikan sebagai empath yakni orang dengan rasa empati di atas rata-rata.

Sebab biasanya, orang-orang yang memiliki perilaku semacam ini kerap berbagi rasa empati kepada orang lain.

Padahal, sebenarnya keduanya sedikit berbeda.

Menurut pakar sensitivitas dan psikoterapis Julie Bjelland, mereka yang HSP adalah orang yang sangat baik, peduli, penuh kasih, empati, dan tulus, sehingga ingin terus membantu orang lain.

“Sensitivitas tinggi adalah sifat bawaan yang tidak dapat kita kembangkan atau ubah."

"Baik pria maupun wanita cocok dengan profil tersebut, dan 70 persen HSP adalah introvert dan 30 persen ekstrovert,” ujar Bjelland pada Health.

Dalam catatan di jurnal Brain and Behavior, disebutkan bahwa sekitar seperlima orang adalah HSP.

Lalu, pemindaian pencitraan otak menunjukkan, mereka yang mendapat skor lebih tinggi pada skala HSP memiliki aktivasi area otak yang lebih kuat dalam kesadaran, empati, dan daya tanggap.

Nah, seorang HSP, biasanya lebih sensitif terhadap lingkungan dan interaksi sosial, serta cenderung mencerna situasi dan keadaan diri terlebih dahulu sebelum terjun mencoba pengalaman baru.

Seorang HSP juga mungkin mampu membaca orang dengan baik, berwawasan luas, dan memahami kebutuhan orang yang ia cintai, serta mungkin tidak menyukai acara TV atau film dengan unsur kekerasan.

Sayangnya, HSP dapat merasa sangat kewalahan karena lingkungan yang terus merangsangnya.

Karena itu, HSP perlu istirahat dan perawatan diri secara teratur agar merasa lebih baik.

Selain itu, Bjelland juga mengatakan, banyak yang sering salah paham pada HSP.

“Sebagian besar dari kita selalu merasa ada yang salah karena terlalu sensitif. Pasalnya, kita menerima lebih banyak informasi dibanding kebanyakan orang di sekitar."

"Hal ini mengakibatkan -mungkin, dibutuhkan waktu lebih lama untuk memproses semua detail itu, yang terkadang dapat disalahartikan sebagai rasa malu,” ujar Bjelland.

Apa itu empath?

Selanjutnya, jika kita sudah mengetahui seperti HSP, bagaimana dengan empath?

“Empath seperti spons emosional; mereka merasakan segalanya,” ujar psikiater dan penulis The Empath's Survival Guide yang berbasis di Los Angeles, AS, Judith Orloff.

Seorang empath juga secara intuitif merasakan apa yang terjadi pada orang lain sekaligus menyerap emosi itu

Untuk mengetahui apakah kita merupakan seorang empath atau tidak, kenali ciri-cirinya, berikut ini.

  • Sering disebut terlalu sensitif
  • Mencoba menyerap emosi orang lain ke tubuh sendiri
  • Merasakan mood orang lain
  • Mengisi ulang diri dengan alam
  • Memiliki intuisi yang sangat berkembang
  • Dapat merasakan perasaan di dalam ruangan atau merasakan energi negatif atau positif hanya dengan berjalan ke dalamnya
  • Lebih suka interaksi satu lawan satu dibandingkan kelompok besar

Tanpa tanda-tanda di atas pun, seseorang sebenarnya punya kemampuan untuk merasakan empati, tepatnya saat hati terenyuh saat melihat seseorang yang kesakitan.

Kendati demikian, seorang empath biasanya akan sangat ingin membantu sesorang, sehingga perasaannya sendiri ikut tersakiti.

“Mereka merasakan tanggung jawab moral untuk menjadi martir dan menanggung penderitaan dunia,” ujar Orloff.

Menurut Dr Orloff, seorang empath nampak memiliki “tanda tak terlihat” yang menunjukkan bahwa ia selalu ingin membantu semua orang.

Orang empath  pun membuat dirinya menjadi tempat bercerita bagi banyak orang.

Seorang empath juga sebenarnya tahu kalau ia perlu menetapkan batasan, namun sulit karena ia khawatir mengecewakan seseorang yang membutuhkan.

Empath dan HSP sebenarnya terkait

Menurut Bjelland, empath dan HSP sebenarnya terkait. Sebab, semua empath adalah seorag HSP, meski tak semua HSP adalah empath.

Sementara itu, Dr Orloff mengatakan, empath memang membawa semua atribut HSP dengan intuisi yang lebih berkembang dan kemampuan untuk menyerap emosi.

Tantangan bagi HSP dan empath

  • Kecemasan

Seorang HSP akan menyerap banyak informasi dari lingkungan sekitarnya. Seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan perasaan cemas.

Dr Orloff juga mengatakan, seorang empath sering menderita kecemasan, depresi, bahkan kondisi nyeri.

Untuk itu, baik HSP maupun empath bisa berbicara dengan terapis guna mempraktikkan strategi tertentu yang membantu mengelola pikiran, emosi, dan perasaan kewalahan.

  • Butuh menyendiri

Baik HSP maupun empath sangat terhubung dengan orang-orang di sekitar mereka.

Karena itu, Bjelland menyarankan HSP harus memiliki setidaknya dua jam waktu sendirian setiap hari.

“Kita membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyendiri dan waktu senggang untuk memproses, beristirahat, dan memulihkan diri dari semua yang kita lakukan,” kata dia.

Seorang HSP mungkin menemukan waktu pemulihan itu saat melakukan yoga, berlatih meditasi atau mindfulness.

Tidur nyenyak pun dapat mengisi kembali energi yang telah terhisap orang-orang di sekitarnya.

Sementara bagi empath yang cepat terstimulasi, dekompresi dengan menyendiri adalah suatu keharusan.

“Kita tidak dapat bepergian setiap jam sepanjang hari. Kita akan menderita dan menyakiti diri sendiri,” ujar Dr Orloff.

Trik agar kebutuhan HSP dan empath tetap terpenuhi

Memberi batas dan mengutamakan diri sendiri adalah suatu keharusan bagi kedua HSP dan emphat.

Jika berurusan dengan orang asing yang tidak dikenal-misalnya, Dr Orloff menyarankan agar kita menggunakan nada suara dan kontak mata yang penuh kasih.

Lalu, dengan ramah menjelaskan bahwa kita sedang memiliki waktu tenang dan tidak bisa bicara dengannya.

Kemudian, jika orang yang kita cintai membutuhkan bimbingan dan dukungan tetapi kita merasa lelah, tetapkan batas waktu untuk panggilan telepon dan patuhi itu.

Seorang HSP juga membutuhkan lebih banyak self-compassion atau berbelas kasih pada diri sendiri.

“Sementara HSP cenderung memiliki begitu banyak belas kasih untuk orang lain, banyak HSP cenderung sangat keras pada dirinya sendiri serta berjuang untuk menjadi kritis terhadap diri sendiri, dan merupakan orang yang perfeksionis,” kata Bjelland.

Menetapkan batasan-batasan itu, dan memanjakan diri dalam perawatan diri yang restoratif akan mencegah HSP terlalu memaksakan diri, sehingga dia bisa benar-benar hadir bagi mereka yang membutuhkannya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/11/19/131719220/highly-sensitive-person-atau-empath-apa-bedanya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke