Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Spinal Cord Injury Bisa Memicu Kematian?

KOMPAS.com - Kematian Laura Anna, selebgram yang mengidap spinal cord injury (SCI) mengejutkan publik.

Pasalnya, gadis berusia 21 tahun ini masih tampak sehat dan ceria ketika tampil dalam sejumlah podcast dan wawanacara yang tayang di internet belum lama sebelumnya.

Ia mengalami kelumpuhan akibat SCI sejak kecelakaan pada 2019 lalu. Namun kesehatannya terlihat sudah menunjukkan perkembangan yang membaik, dan mulai kembali beraktivitas.

Banyak yang tidak mengetahui jika SCI bisa memicu risiko kematian, seperti yang dialami Laura Anna.

Masyarakat awam mengira kondisi ini membuat penderitanya memiliki keterbatasan, namun tanpa risiko kematian yang serius.

Dokter Spesialis Orthopedi, dr. Asa Ibrahim, Sp.OT mengatakan, cedera sumsum tulang belakang di leher alias spinal cord injury memang bisa menyebabkan kematian.

"Bisa. Secara umum dibagi dua, kematian akibat SCI yang 'early onset', dan 'late onset' atau kematian yang cepat terjadi, dan yang lambat terjadi."

Demikian tulis Asa Ibrahim lewat akun media sosial Twitter miliknya, @asaibrahim.

Kematian cepat disebabkan oleh cedera SCI yang letaknya tinggi seperti pangkal atas leher.

Jadi selain kelumpuhan tangan dan kaki, pasien juga mengalami lumpuh otot napas.

Akibatnya, pasien tidak bisa bernapas, sehingga meninggal dengan cepat pada waktu kejadian.

Kematian cepat dalam beberapa jam setelah kejadian traumatis juga bisa terjadi jika dipicu spinal shock.

Kondisi ini terjadi ketika fungsi saraf hilang secara menyeluruh, yang tidak hanya menyebabkan kelumpuhan, namun juga penurunan kekuatan dan denyut jantung.

Selain itu, kondisi ini juga memicu penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan kematian.

Penderita SCI juga berisiko mengalami kematian lambat yang terjadi setelah kejadian pemicu cedera.

"Untuk kematian yang 'late onset', beberapa yang paling sering adalah komplikasi akibat kondisi korban yang mengalami kelumpuhan," tulis Asa.

Pasien SCI mengalami kelumpuhan sehingga tidak bisa berjalan dan harus banyak berbaring.

Kondisi ini memicu peningkatan risiko infeksi paru-paru atau pneumonia yang bisa menyebabkan sesak napas hingga kematian.

Infeksi karena terlalu lama berbaring yang memicu risiko kematian juga bisa terjadi pada kulit yang mengalami penekanan berlebihan.

Kondisi ini disebut pula pressure ulcer atau dekubitus, sehingga lukanya terinfeksi dan menyebabkan sepsis maupun bakteri masuk ke aliran darah.

Asa menambahkan, pasien SCI juga bisa mengalami infeksi pada saluran kencing.

Pasien tidak bisa buang air kecil (BAK) secara normal sehingga urine tertampung di dalam kandung kemih.

Mereka harus menggunakan kateter untuk mengalirkan urin, yang jika digunakan terlalu lama dapat menjadi penyebab infeksi saluran kencing.

Ahli kesehatan yang praktik di RS Awal Bros Panam, Riau ini mengatakan, penderita SCI perlu melakukan mobilisasi secara rutin.

"Tidak berbaring terus, kadang miring kanan, miring kiri, duduk, kemudian dilatih fisioterapi gerakan-gerakan kaki dan tangan, selain itu juga menjaga kebersihan kateter dengan baik/ganti berkala," tulis dia.

Kelumpuhan yang membuat mereka harus terus berbaring juga dapat memicu adanya stasis dan penjendalan pada pembuluh darah atau trombosis.

Akibatnya, muncul sumbatan pada pembuluh darah di banyak tempat seperti jantung, paru-paru, dan otak.

Kondisi tersebut tentunya tidak ideal dan dapat memicu komplikasi seperti serangan jantung, stroke, dan lainnya.

Asa mengatakan, penting agar pasien SCI dibantu untuk menggerakkan tangan, kaki, bahu dan panggul secara rutin.

Tujuannya untuk membuat aliran darah lebih lancar, dan mengurangi risiko penyumbatan yang dapat memicu risiko kematian.

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/12/16/155849620/mengapa-spinal-cord-injury-bisa-memicu-kematian

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke