Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Liburan Bikin Stres dan Depresi? Begini Pandangan Ahli

KOMPAS.com - Musim liburan adalah momen yang ditunggu-tunggu karena kita bisa melupakan segala kesibukan dengan bersenang-senang.

Entah itu traveling, atau sekadar bersantai di rumah.

Tetapi tidak semua orang memandang liburan sebagai momen yang menyenangkan. Beberapa justru mengalami stres, kesepian, hingga depresi.

Psikolog Cleveland Clinic, Dawn Potter, PsyD, menjelaskan penyebab dan gejala stres saat liburan, dan bagaimana melewati masa-masa sulit itu.

Penyebab depresi selama liburan

Potter mengatakan, musim liburan bisa membuat seseorang merasa tertekan dan sedih karena beragam alasan, yaitu:

1. Jadwal yang padat

"Jika keluarga kita adalah keluarga besar, akan sangat stres mencoba menyeimbangkan kewajiban liburan yang berbeda dan mengoordinasikan jadwal, terutama jika kita memiliki anak," kata Potter.

2. Terlalu memaksakan diri

Jika kita bertugas mengatur atau mengadakan gathering saat liburan, kita cenderung memaksakan diri untuk memenuhi ekspektasi yang sudah kita buat.

3. Berpisah dari sosok yang dicintai

"Jika sebuah keluarga mengalami kehilangan atau terpisah dari orang yang dicintai, hal itu bisa menyebabkan liburan menjadi momen yang menyedihkan," catat Potter.

4. Kesepian

Ketika kita kehilangan orang yang dicintai atau tidak memiliki keluarga untuk merayakan liburan, isolasi dapat memicu kesepian, kesedihan, dan depresi.

5. Masalah keluarga

Banyak orang menyadari liburan membuat mereka stres karena adanya konflik dan permusuhan dalam keluarga mereka.

6. Depresi musiman

Depresi musiman dan gangguan afektif musiman (seasonal affective disorder) dapat memengaruhi pengalaman liburan.

"Orang-orang yang berada dalam situasi seperti ini terkadang berasumsi bahwa orang lain sedang menikmati liburan yang bahagia dan bebas stres," ungkap Potter.

"Dan hal itu bisa membuat apa yang mereka rasakan menjadi jauh lebih menantang."

"Beberapa tekanan adalah hal yang wajar selama liburan," kata Potter.

Tetapi ada perbedaan antara gejala stres normal dengan yang menunjukkan gangguan kecemasan atau depresi secara signifikan.

Empat gejala utama yang dapat menandakan kita mengalami stres karena liburan yaitu:

  • Merasa tertekan dan putus asa selama berhari-hari
  • Kehilangan minat pada hal-hal yang kita sukai
  • Lebih sering merasa cemas, gugup atau gelisah
  • Susah tidur dalam waktu yang lama

Tips mengendalikan stres dan depresi selama liburan

Kita bisa mengatasi stres dan depresi yang dirasakan saat liburan dengan cara berikut:

1. Mengenang orang yang dicintai

"Liburan bisa lebih menantang ketika rasa kehilangan tidak dibicarakan karena itu bisa membuat ketidakhadiran seseorang menjadi lebih kuat," sebut Potter.

Membagikan kenangan atau memeringati seseorang yang telah tiada merupakan momen yang pahit, tetapi pada akhirnya cara ini dapat membuat liburan kita menjadi lebih bermakna.

2. Menetapkan batasan

Sebuah hubungan akan diuji selama masa liburan, apalagi hubungan dengan keluarga.

Namun, kita dapat membuat batasan misalnya dengan menolak undangan acara atau meninggalkannya lebih awal, menurut Potter.

"Menetapkan batasan itu penting, cobalah berterus terang bahwa kita akan hadir namun pergi sebelum acara selesai."

Lebih lanjut Potter memaparkan, jika kita tidak nyaman dengan acara tertentu, maka tidak usah menghadiri acara tersebut.

Bagaimana dengan pertemuan yang dihadiri oleh seluruh keluarga besar kita?

Menurut Potter, kita dapat meluangkan waktu bersama orang-orang yang berhubungan baik dengan kita.

"Fokuskan perhatian pada orang-orang yang membuat kita merasa nyaman," ujarnya.

Bila memungkinkan, habiskan masa liburan dengan orang yang bisa berbagi kecemasan kita.

Mereka dapat membantu mengarahkan topik percakapan yang sulit atau interaksi yang canggung.

3. Tetap terhubung dengan keluarga

Meskipun kita harus terpisah dari keluarga atau tidak dikeliling mereka selama liburan, kita tidak harus merasa kesepian.

"Keluarga bukan hanya mereka yang melahirkan kita, melainkan juga orang-orang yang terhubung dengan kita," catat Potter.

Tidak dapat bertemu langsung?

Potter menganjurkan menghubungi keluarga melalui panggilan video agar tetap terhubung dengan orang terkasih.

"Ingatlah, kita tidak dituntut untuk memiliki liburan yang sempurna dan itu tidak membuat kita menjadi kurang berharga bagi orang-orang dalam hidup kita."

4. Berpartisipasi dalam kegiatan amal

Liburan bisa kita manfaatkan untuk menjadi relawan, menurut Potter.

Melakukan beberapa jenis kegiatan amal atau menolong dapat membantu kita terhubung dengan orang lain dan dapat mengurangi kesepian.

5. Mengurangi aktivitas di medsos

Media sosial dapat memberi sudut pandang yang keliru tentang kehidupan orang lain dan membuat kita merasa kesepian.

Padahal konten media sosial hanya sorotan utama dari liburan mereka tanpa menampilkan stres dan tekanan yang dialami.

Mengurangi penggunaan medsos, lanjut Potter, bisa membantu menurunkan stres.

"Cara ini bisa membebaskan kita dari perasaan untuk memamerkan sesuatu."

Liburan berkaitan soal bagaimana kita menjalin koneksi, memiliki waktu berkualitas dan berbagi kegembiraan dengan orang lain.

6. Mencari bantuan dari orang lain

Jika semua langkah di atas belum berhasil meredakan stres dan depresi, carilah bantuan dari orang lain.

"Jika kita memiliki akses ke terapis, pastikan untuk mendiskusikan perasaan kita dengan mereka, terutama pada saat-saat seperti ini," cetus Potter.

Selain itu, kita masih bisa meminta bantuan dari orang terdekat seperti teman atau anggota keluarga.

"Membicarakan masalah ini dan berbagi perasaan yang sama dapat membantu kita untuk mengelola perasaan kita."

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/12/29/083005920/liburan-bikin-stres-dan-depresi-begini-pandangan-ahli

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke