Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Konten Kekerasan Seksual Bikin Overthinking, Apa yang Harus Dilakukan?

KOMPAS.com - Paparan konten kekerasan seksual yang memenuhi media sosial membuat banyak orang tidak nyaman dan overthinking. 

Akibatnya, berbagai emosi negatif bermunculan seperti ketakutan, cemas, stres dan guncangan mental lainnya.

Isu ini memang sedang hangat jadi topik pembahasan, termasuk lewat film, berita hingga podcast.

Derasnya pemberitaan, informasi maupun konten terkait kekerasan seksual membuat kita sulit melewatkannya.

Namun jika hal itu terbukti memicu emosi negatif, termasuk overthinking, dari diri kita, apa yang seharusnya dilakukan?

Psikolog klinis, Arindah Arimoerti Dano mengatakan, kita perlu menyadari respon diri ketika mendapatkan paparan isu tersebut, baik gejala yang muncul dari pikiran, perasaan maupun fisik.

"Apa yang terpikir pertama kali, apa yang terasa, emosi yang muncul seperti takut, geram, marah, kecewa, sedih, itu perlu kita sadari," jelasnya ketika berbincang dengan Kompas.com, Senin (17/01/2021).

Demikian pula jika tubuh menunjukkan tanda-tanda fisik yang mengkhawatirkan seperti sesak napas, deg-degan, sakit punggung, sakit kepala dan sulit tidur.

Arindah mengatakan, respon tersebut perlu disadari untuk menjaga kesehatan mental kita.

Ketika menyimak konten kekerasan seksual dan langsung memunculkan reaksi negatif, artinya, ia menilai, kita perlu mendapatkan bantuan.

Misalnya dari teman dekat, pasangan, keluarga atau bahkan tenaga profesional jika memungkinkan.

Penanganannya reaksi tersebut bisa berbeda-beda untuk setiap orang, apalagi jika memiliki latar belakang trauma serupa, kata Arinda.

Tidak ada metode atau treatment yang bisa diberlakukan untuk semua orang sehingga perlu pemahaman lebih jauh terkait pribadi tersebut.

Pilih media terbaik ketika harus menyimak isu kekerasan seksual

Ada kalanya, kita harus menyimak konten kekerasan seksual demi kebutuhan pekerjaan, pendidikan atau sekedar ingin menambah wawasan.

Jika kondisi mengharuskan demikian, Arindah menekankan pentingnya menyadari respon pribadi dan memberikan waktu untuk diri sendiri.

"Sadari betul respon fisik kita, nyaman atau enggak nyaman, jangan dipaksa, kita punya waktu kok," terangnya pakar yang aktif di layanan Pijar Psikologi ini.

Jika respo tubuh dianggap masih netral dan terkendali maka kita masih memungkinkan untuk mengeksplor isu tersebut.

Selain itu, penting juga untuk memilih media atau platform terbaik yang nyaman bagi kita.

Amati perbedaan reaksi yang diberikan tubuh saat menyimak konten kekerasan seksual dari platform yang berbeda-beda.

"Mungkin lebih nyaman lewat podcast karena tanpa gambar atau lewat radio karena beritanya pendek-pendek," tambahnya.

Carilah platform yang kontennya paling menyenangkan dan nyaman untuk kita simak.

Di sisi lain, sisihkan dan hindari platform lain yang menggangu atau jenisnya tidak nyaman untuk kita.

Termasuk pula penggunaan media sosial yang biasanya kontennya lebih tidak terkontrol dengan diskusi yang lebih liar.

Arindah mengatakan semua informasi, termasuk terkait kekerasan seksual, sebenarnya bersifat netral.

Namun memang ada sejumlah topik yang bisa menimbulkan rasa tidak nyaman bagi diri kita.

Jika mengalaminya, ia mengajurkan untuk berhenti sejenak dan memilih mana yang layak disimak serta mana yang sebaiknya ditinggalkan.

Misalnya tidak menggunakan Twitter sementara waktu atau mengatur kata kunci pencarian agar terhindar dari topik tersebut.

"Sangat bijak jika kita bisa memilah informasi apa saja, kurang bijak jika kita memaksakan diri nanti bisa kelelahan sendiri, overwhelming," pesannya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/01/17/163000220/konten-kekerasan-seksual-bikin-overthinking-apa-yang-harus-dilakukan-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke