Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Efek Membagikan Rasa Syukur kepada Orang Lain

Beberapa manfaat bersyukur termasuk membantu kita merasakan emosi yang lebih positif, dan menikmati pengalaman yang baik.

Selain itu, hal ini juga bisa meningkatkan kesehatan fisik dan mental, serta membangun relasi yang kuat dengan orang lain.

Hanya saja, satu studi dari Walsh, Regan, dan Lyubomirsky yang diterbitkan dalam the Journal of Positive Psychology (2022) mengungkap fakta lain terkait bersyukur.

Menurut studi tersebut, sosialisasi rasa syukur (efek ketika rasa syukur dibagi antara pemberi dan penerima) dan ketika rasa syukur disaksikan oleh orang lain belum banyak diteliti.

Bersyukur adalah fenomena yang terkait dengan kebutuhan dasar manusia untuk memberi dan menerima sebagai dasar dari kelangsungan hidup dan kerja sama komunal.

Peneliti mengamati, kata "gratitude" berasal dari bahasa Latin "gratia", yang berarti kebaikan.

Bersyukur adalah bentuk terima kasih yang secara inheren bersifat interpersonal (terjadi antara dua orang atau lebih).

Kegagalan untuk mengungkapkan rasa syukur dapat mengarah pada perpecahan.

Rasa syukur adalah keadaan pikiran (state of mind) yang kuat, yang memberikan dampak penting bagi kesejahteraan individu serta kepuasan hubungan.

Berbagai studi menemukan, rasa syukur --beserta konsep terkait seperti optimisme, fleksibilitas mental, welas asih, efikasi diri, ketabahan, dan bentuk lain dari psikologi positif dan aktualisasi diri-- memiliki banyak manfaat.

Peserta dalam sebuah studi yang diminta menulis surat terima kasih kepada dermawan yang baik hati melaporkan peningkatan kesejahteraan.

Dalam studi lain, rasa syukur terbukti meningkatkan hubungan sosial, kesehatan fisik, dan kesejahteraan emosional.

Terdapat tiga komponen dalam rasa syukur, yakni kognitif, emosi, dan perilaku.

Ketiga komponen tersebut perlu dipertimbangkan ketika kita memutuskan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada diri sendiri dan orang lain.

Apa jadinya jika rasa syukur dibagikan kepada orang lain?

Walsh beserta tim peneliti melakukan dua studi. Studi pertama menggali dampak rasa syukur antara pemberi dan penerima.

Kemudian, studi kedua menganalisis efek rasa syukur ketika disaksikan orang lain.

Studi pertama

Dalam studi pertama, lebih dari 350 mahasiswa dan satu orangtua berpartisipasi dalam kegiatan menulis dan menerima surat di tiga titik waktu (time point) berbeda yang berjarak sekitar satu minggu.

Pada time point pertama, siswa menulis surat yang mengungkapkan rasa syukur (terima kasih) atau menggambarkan kegiatan sehari-hari mereka dan membagikannya dengan orangtua atau tidak.

Empat kelompok yang berbeda dibentuk. Kelompok pertama membagikan rasa syukur, disusul kelompok yang tidak membagikan rasa syukur.

Dua kelompok lainnya terdiri dari kelompok yang membagikan kegiatan, dan kelompok yang tidak membagikan kegiatan.

Kemudian, di time point kedua, mahasiswa dalam kelompok yang membagikan rasa syukur diminta menulis catatan yang mengungkapkan rasa terima kasih saat orangtua sudah menolong mereka.

Peserta yang berada di grup berbagi melakukan percakapan langsung dengan orangtua mereka, menggunakan surat sebagai titik awal.

Pada time point terakhir, peneliti memeriksa setiap peserta untuk memastikan mereka sudah menyelesaikan tugas sesuai petunjuk.

Peserta juga diminta untuk menuliskan bagaimana pengalaman mereka.

Pada tiap time point, peneliti mengukur berbagai aspek dari peserta studi, termasuk pengalaman rasa syukur, suasana hati dan kepuasan harian, emosi positif dan negatif, dan kepuasan hidup secara keseluruhan.

Aspek lain yang juga diukur adalah seberapa banyak utang atau kewajiban yang mereka miliki, seberapa terangkat dan terhubung perasaan mereka, dan seberapa dekat perasaan mereka dengan orang lain.

Mahasiswa yang menulis surat tetapi tidak membagikan rasa syukur atau rasa terima kasih melaporkan rasa syukur yang meningkat, suasana hati yang membaik, serta kepuasan yang lebih besar.

Sementara itu, mahasiswa dalam kelompok berbagi mengalami rasa syukur yang lebih besar, meningkatkan kedekatan, koneksi, dan rasa terangkat (sense of being elevated).

Orangtua yang menerima surat ucapan terima kasih melaporkan rasa terima kasih yang lebih besar, rasa berhutang budi, dan rasa pengangkatan (elevation).

Menariknya, tidak ada perbedaan apakah anak dan orangtua berdiskusi langsung atau tidak.

Studi kedua

Dalam studi kedua, lebih dari 250 siswa sekolah menengah diminta membaca surat yang ditulis oleh teman mereka.

Ada tiga jenis surat, yakni surat yang mengungkapkan rasa terima kasih atas tindakan kebaikan, berbagi berita positif, atau berbicara tentang peristiwa yang netral.

Para peserta menyelesaikan langkah-langkah yang serupa dengan studi pertama.

Peserta yang membaca surat ucapan terima kasih atas tindakan kebaikan melaporkan peningkatan emosi positif dan merasa terangkat, kendati mereka tidak menunjukkan peningkatan perasaan syukur yang lebih besar.

Surat ucapan terima kasih memiliki dampak paling kuat dibandingkan surat yang membicarakan peristiwa netral atau surat yang membagikan berita positif.

Kedua studi tersebut menghasilkan temuan baru: Berbagi rasa syukur memperkuat dampak positif, dan bermanfaat bagi pemberi dan penerima rasa syukur.

Penulis studi menyebut hal ini sebagai efek rasa syukur atas rasa syukur (gratitude for gratitude).

Mereka yang menjadi saksi rasa syukur merasakan dorongan emosi positif dan merasa terangkat, tidak serta merta meningkatkan rasa syukur.

Studi tersebut kemungkinan merupakan studi pertama yang meneliti dampak rasa syukur terhadap hubungan antar manusia, dalam hal ini anak dan orangtua.

Diperkirakan studi ini bisa bermanfaat untuk studi lain di masa depan yang melihat bagaimana efek dari membagikan rasa syukur pada hubungan lain.

Kendati para penerima atau saksi dalam studi kedua tidak secara langsung melaporkan peningkatan rasa syukur, mungkin mereka mengalami efek yang mengarah pada perubahan perilaku di kemudian hari.

Ada baiknya memahami cara yang tepat untuk menerapkan praktik bersyukur dalam hubungan dan tim, karena waktu, ketulusan, dan cara mengungkapkan apresiasi cenderung menjadi faktor krusial.

Mengekspresikan rasa syukur secara langsung dengan orang lain tampaknya bermanfaat bagi kedua belah pihak dan seiring waktu dapat mengubah seperti apa hubungan keduanya berjalan.

Memiliki rasa syukur dapat meningkatkan emosi positif dan membangkitkan semangat bagi orang lain.

Menumbuhkan budaya syukur akan membangun komunitas, kebersamaan, dan mengarah pada kepuasan pribadi dan hubungan secara keseluruhan.

Bersyukur memiliki peranan penting dalam memperbaiki hubungan yang tegang dan membantu memperkuat pertumbuhan dan perkembangan bersama.

Menjadikan rasa syukur sebagai norma sosial membantu kita merangkul kerentanan yang mengarah pada ketergantungan yang lebih sehat.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/01/20/185627120/efek-membagikan-rasa-syukur-kepada-orang-lain

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke