Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tertular Varian Delta dan Omicron di Saat Bersamaan, Mungkinkah?

Omicron dikenal dapat menyebar dengan sangat cepat. Bahkan, kini Omicron menjadi varian dominan di berbagai negara, seperti di Inggris, Australia, Mexico, dan Amerika Serikat.

Sementara itu, varian Delta masih dominan di Indonesia dengan total 7.571 kasus.

Demikian data peta sebaran sekuens Covid-19 per 16 Januari 2022 milik Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes Kemenkes).

Nah, dengan masih menyebarnya kedua varian virus, mungkin akan timbul pertanyaan: Bisakah seseorang mengalami varian Omicron and Delta di saat yang sama?

Jawabannya, mungkin saja.

Meski sangat tidak umum, hingga kini ada tiga kasus di mana seseorang menderita dua varian Covid-19 di saat yang sama.

Kasus pertama diketahui dari sebuah paper ilmiah yang dipresentasikan di European Congress of Clinical Microbiology & Infectious Diseases beberapa waktu lalu.

Seorang wanita berusia 90 tahun di Belgia dikabarkan menderita varian alpha dan beta sekaligus setelah megikuti tes Covid-19.

Setelah dirawat di rumah sakit selama lima hari, dia meninggal. Penyebab dua infeksi sekaligus itu pun tak diketahui.

Kasus kedua terjadi pada dua pasien berusia 30 tahunan di Brazil.

Keduanya sama-sama menderita varian P.2, namun pasien pertama mengalami varian Gamma, sementara pasien kedua mengalami varian B.1.91 di saat yang sama.

Kedua pasien menderita gejala ringan, seperti batuk kering, sakit kepala, dan tenggorokan sakit.

Meski belum ada kasus seseorang menderita varian Delta dan Omicron bersamaan, para dokter mengatakan bahwa itu bisa saja terjadi.

“Dari sisi molekuler, itu bisa saja terjadi,” kata Thomas Russo, professor dan kepala penyakit menular di University at Buffalo.

Ahli penyakit menular Amesh A. Adalja, juga mengatakan hal senada.

“Secara biologis, seseorang bisa terinfeksi Omicron dan Delta di saat bersamaan,” kata dia.

Mengapa bisa terjadi?

Perlu diketahui, tiga kasus di atas tak memiliki bukti terkait penyebab infeksi bersamaan itu.

Namun, Dr Russo berpendapat, cara termudah memahaminya adalah melalui contoh.

“Bayangkan datang ke sebuah bar dengan banyak orang terinfeksi,” kata dia.

“Jika seseorang memiliki Omicron dan yang lain memiliki Delta, mereka menyebarkan virus itu melalui udara, yang membuat kita terpapar keduanya."

"Jadi, bisa tertular dua virus dalam saat yang sama,” lanjut dia.

Jadi bagaimana hal ini bisa terjadi sebenarnya cukup sederhana.

Varian Omicron menginfeksi beberapa sel, dan varian Delta menginfeksi sel lainnya.

Menurut Russo, setiap kali virus memasuki tubuh, partikelnya tidak akan mengikat setiap sel.

Jadi dalam koinfeksi, jenis virus yang berbeda dapat mengikat sel yang berbeda pada waktu yang sama.

Lalu, pembagian sel yang dijangkiti pun tidak 50:50. Bisa saja seseorang memiliki lebih banyak Delta dibanding Omicron atau sebaliknya.

Sementara itu, Adalja mengatakan, seseorang juga bisa tertular kedua strain secara "berturut-turut.”

Untungnya, skenario ini mungkin lebih sulit terjadi karena kekebalan tubuh mulai berkembang setelah infeksi Covid-19.

Bagaimana mengetahui koinfeksi Omicron dan Delta?

Akan sulit mengetahui bahwa kita mengalami koinfeksi.

Sebab, baik rapid test maupun tes PCR, tidak dilakukan pengurutan genom yang dapat mengidentifikasi varian virus yang dimiliki seseorang.

Umumnya, dokter pun tidak dapat meminta pengurutan genom untuk tes Covid-19. Pasalnya, saat ini pengurutan genom masih diawasi ketat dan diteliti.

Di AS saja, pengurutan genom hanya dilakukan dalam situasi spesifik. Misalnya, saat sekelompok besar orang terjangkit Covid-19 pada saat yang bersamaan.

Jika kasus di atas terjadi, perlu pengurutan genom untuk mengetahui bagaimana dan mengapa penyakit itu menyebar dari sudut pandang kesehatan masyarakat.

Selebihnya, tidak perlu.

Sebab menurut Bobbi Pritt, Direktur Divisi Mikrobiologi Klinik Mayo Clinic, seseorang tidak perlu benar-benar mengetahui varian Covid-19 yang dimilikinya karena tidak memengaruhi pengobatan.

Lalu, gejala yang ditimbulkan pun tak akan membantu.

Jadi, meski mungkin kita berpikir bahwa koinfeksi dari dua jenis Covid-19 yang berbeda dapat menyebabkan semacam peningkatan gejala, itu tidak mungkin terjadi.

Lagi pula, seiring dengan Omicron yang mulai mengungguli Delta di beberapa negara seperti AS, kemungkinan koinfeksi akan semakin kecil.

Menurut Dr Russo, koinfeksi Omicron dan Delta akan lebih mungkin terjadi ketika Omicron baru memasuki AS, saat Delta masih dominan.

Selain itu, Dr. Russo berpendapat mendapatkan vaksinasi penuh juga dapat menurunkan risiko infeksi apa pun, termasuk koinfeksi.

Adalja juga kengatakan, koinfeksi bukanlah masalah besar, terutama bagi dokter.

"Ini tidak mungkin memiliki dampak patofisiologis (studi tentang bagaimana suatu penyakit mempengaruhi sistem tubuh). yang besar," cetus dia.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/01/21/081924920/tertular-varian-delta-dan-omicron-di-saat-bersamaan-mungkinkah

Terkini Lainnya

Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com