Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berkaca dari Perseteruan Kanye dan Kim, Amankah Anak-anak Bermain TikTok?

KOMPAS.com - Belum lama ini rapper sekaligus penyanyi Kanye West alias Ye berseteru dengan sang mantan istri, Kim Kardashian.

Hal ini dipicu karena pelantun "Praise God" itu tidak terima dengan model pengasuhan Kim yang memperbolehkan anak perempuannya, North West bermain aplikasi TikTok.

Pada hari Jumat, pria berusia 44 tahun itu mengklaim bahwa putrinya yang berusia 8 tahun telah diberikan izin bermain aplikasi media sosial TikTok yang sangat bertentangan dengan kehendaknya.

"Karena Ini adalah perceraian pertama saya, maka saya perlu tahu apa yang harus saya lakukan mengenai keberadaan putri saya di TikTok yang bertentangan dengan kehendak saya," tulisnya di Instagram seperti yang dikutip dari People.

Beberapa jam kemudian, Kim menanggapi hal itu dan mengecam Kanye telah melakukan serangan secara konstan padanya, serta mengawasi media sosial putri mereka secara berlebihan.

Dia juga menuding bahwa Kanye tidak memberikan ruang kebebasan bagi North untuk menyalurkan kreativitasnya di aplikasi tersebut.

"Sebagai orangtua yang merupakan penyedia dan pengasuh utama bagi anak-anak kami, saya melakukan yang terbaik untuk melindungi putri kami," tulis Kim dalam Instagram Story di akun miliknya.

"Saya membiarkannya mengekspresikan kreativitasnya dalam media yang dia inginkan, dengan pengawasan orang dewasa karena itu membawa kebahagiaannya," sambung dia.

Seberapa aman TikTok bagi anak-anak?

Terlepas dari perseteruan antara Kanye dan Kim, saat ini TikTok menjadi aplikasi banyak diunduh dengan total 3 miliar oleh banyak orang dari berbagai kalangan, terutama para remaja.

Namun, karena banyak juga anak-anak yang mengunduhnya, para orangtua akhirnya mulai khawatir apakah aplikasi ini aman atau tidak bagi anak-anak mereka.

Sebagai chief parenting officer of parental-control app di Bark, Titania Jordan pun mengungkapkan bahwa media sosial apa pun sebenarnya dapat memiliki kerentanan bahaya jika digunakan oleh anak-anak tanpa pengawasan ketat.

Hal ini juga berlaku pada platform seperti YouTube Kids yang kemungkinan berpotensi menimbulkan masalah keamanan. Itulah mengapa TikTok mulai menerapkan kontrol orangtua pada aplikasi (meskipun kontrol ini belum tersedia di AS).

Hal-hal yang perlu diketahui orangtua

Jadi, sebelum mengizinkan anak-anak kita menggunakan aplikasi TikTok yang rentan dengan masalah keamanan, maka sebagai orangtua kita perlu mengetahui hal-hal berikut ini.

• Anak bisa jadi sasaran predator

TikTok memungkinkan pengguna untuk menghubungi siapa pun di dunia ini, sehingga memiliki sejumlah risiko berbahaya.

"Seperti platform media sosial lainnya yang memiliki fitur pesan langsung atau komentar, selalu ada kemungkinan anak kita bisa mengobrol dengan siapa saja, termasuk orang asing," kata Jordan.

Menurut dia, aplikasi ini juga mendorong kinerja dan banyak penggunanya bersemangat untuk menunjukkan bakat mereka.

Sehingga memudahkan predator untuk menggunakan sanjungan dan pujian sebagai cara memasuki kehidupan anak-anak, yang membuat mereka merasa istimewa sekaligus membuat mereka terlena.

Jordan pun menunjukkan bahwa fitur "Duets"  yang memungkinkan kita untuk me-remix video dan lip-sync dengan pengguna lain atau menari bersama mereka dalam klip, telah dieksploitasi oleh predator seksual.

BuzzFeed News melaporkan masalah ini pada bulan Juni dengan mencatat bahwa predator yang mengintai di aplikasi sering menggunakan "Duet" untuk mengirim pesan eksplisit kepada pembuat konten muda.

• Sangat mudah menemukan konten yang tidak pantas

Aplikasi ini dipecah menjadi dua bagian feed utama. Defaultnya disebut sebagai "For You," yang merupakan aliran video yang dihasilkan secara algoritmik yang mirip dengan halaman "Eksplore" di Instagram.

Jika kita menggesernya ke kiri, kita akan melihat umpan yang dikuratori secara lebih pribadi yang disebut "Following", yang menampilkan unggahan dari orang-orang yang kita pilih untuk diikuti.

"Ini adalah umpan publik sebelumnya yang sangat bermasalah," catat Jordan.

"Bahkan jika kita menyetel akun kita sendiri ke pribadi, kita mungkin masih terpapar konten seksual atau kekerasa yang diposting ke  publik," jelas dia.

Oleh karena itu, anak-anak mungkin akan terpapar dengan sejumlah konten yang tidak pantas. Mulai dari video seksual yang terang-terangan, aksi berbahaya secara fisik, hingga komentar rasis dan diskriminatif.

• Video yang membahayakan kesehatan mental

TikTok juga akan menampilkan konten yang sangat pribadi atau sensitif.

Video-video di aplikasi ini tidak hanya berpotensi mengganggu orang yang menontonnya secara sepintas, tetapi dapat mendorong tindakan melukai diri sendiri.

"Anak-anak yang mengaku depresi sering mendapat reaksi meremehkan dan sarkastis. Beberapa bahkan secara terbuka didorong untuk melakukan bunuh diri," terang Jordan.

Dan tentu saja, kecanduan TikTok memiliki efek yang negatif.

Sebuah penelitian di China menemukan bahwa depresi, kecemasan, dan stres yang berasal dari kecanduan TikTok terkait dengan memori kerja yang lebih buruk bagi remaja.

Sementara itu, menurut The Wall Street Journal, dokter di beberapa negara melaporkan peningkatan gadis remaja yang mengembangkan kecemasan dan depresi yang parah akibat bermain TikTok.

• Jadi korban perundungan online

Tidak seperti Twitter atau Facebook, TikTok dapat menyebabkan perundungan secara online (cyberbullying) dan trolling.

"Ketika video tidak lucu atau tidak sukses, mereka akan dibully atau diejek," ungkap Jordan.

"Ini memberikan umpan bagi pengganggu untuk mengolok-olok anak. Beberapa orang juga akan membuat akun palsi untuk menargetkan orang lain yang tidak mereka sukai," lanjut dia.

Berdasarkan temuan Security.org tahun 2022, dari semua jejaring sosial, anak-anak di YouTube adalah yang paling mungkin menjadi korban cyberbullying sebesar 79 persen, diikuti oleh Snapchat sebesar 69 persen, TikTok sebanyak 64 persen, dan Facebook sebesar 49 persen.

• Masalah privasi data

Pada tahun 2020, pemerintah AS membuka tinjauan keamanan nasional atas akuisisi TikTok oleh perusahaan China.

Komisi Perdagangan Federal mendenda TikTok sebesar 5,7 juta dollar AS atau Rp 82,1 miliar karena melanggar Children's Online Privacy Protection Act (COPPA).

"Ini adalah hukuman perdata terbesar dalam kasus privasi anak-anak dalam sejarah," kata Jordan.

Dia menuturkan bahwa undang-undang mengharuskan perusahaan untuk mendapatkan persetujuan orangtua ketika mengumpulkan data anak-anak di bawah 13 tahun dan TikTok tidak melakukannya.

"Mereka juga gagal memberi tahu orangtua tentang bagaimana mereka mengumpulkan data anak-anak atau mengizinkan mereka meminta agar data itu dihapus," tambahnya.

Mengingat pelanggaran tersebut, ribuan orangtua mengeluh dan TikTok meluncurkan upaya untuk meningkatkan privasi dan keamanan di platformnya.

Meski demikian, kasus ini adalah alasan mengapa orangtua harus tetap waspada terhadap penyalahgunaan data.

Fitur keamanan baru

Mulai 12 Agustus 2021, aplikasi TikTok diketahui meluncurkan fitur keamanan baru bagi para pengguna, khususnya remaja, sebagai berikut.

• Akun untuk remaja berusia antara 13-15 tahun tidak akan menerima pemberitahuan setelah jam 9 malam.

• Untuk remaja antara usia 16-17, notifikasi akan dinonaktifkan setelah pukul 10 malam.

• Pengguna antara usia 16 dan 17 tahun harus secara aktif mengubah pengaturan mereka untuk mengaktifkan pesan langsung. Mereka yang berusia di bawah 16 tahun tidak memiliki akses ke pesan langsung.

• Pengguna di bawah usia 16 tahun yang mencoba mempublikasikan video pertama mereka akan mendapatkan pesan pop-up untuk membantu mereka lebih memahami opsi privasi.

Jadi, mereka tidak dapat mempublikasikan video tanpa memilih siapa yang diizinkan untuk melihatnya.

Pada Februari 2020, TikTok juga mengumumkan pengaturan kontrol baru bagi para orangtua yang dirilis di Inggris Raya (dan segera hadir di lebih banyak negara).

"Mode keamanan keluarga ini memungkinkan orangtua untuk menautkan ke akun TikTok anak remaja mereka dan mengontrol fiturnya," dikutip dari sebuah artikel yang diterbitkan oleh TikTok.

Hal ini memungkinkan para orangtua dapat mengatur waktu layar, membatasi konten, dan membatasi pesan langsung atau mematikan fitur sepenuhnya.

"Sebagai bagian dari komitmen kami terhadap keselamatan, kesejahteraan pengguna kami sangat penting bagi kami," kata pihak TikTok.

"Kami ingin orang-orang bersenang-senang di TikTok, tetapi penting juga bagi komunitas kami untuk menjaga keamanan mereka, yang berarti memiliki hubungan yang sehat dengan aplikasi ini," jelasnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/02/08/080800920/berkaca-dari-perseteruan-kanye-dan-kim-amankah-anak-anak-bermain-tiktok-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke