Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Turunkan Bobot 85 Kg, Sheryl Kini Jadi Instruktur Kebugaran

Berat badannya pernah mencapai 165 kg, dengan berbagai masalah kesehatan seperti diabetes tipe 2, apnea tidur, dan tekanan darah tinggi.

Dia juga menderita radang sendi psoriatis dan beban ekstra yang menambah rasa sakit maupun nyeri pada persendiannya.

Semua masalah kesehatan itu akhirnya memberikan Sheryl banyak motivasi untuk menurunkan berat badan.

Namun, tidak peduli seberapa keras dia berusaha, dia tidak bisa menurunkan berat badan yang cukup dan mempertahankannya.

Saat itulah dokternya mulai menyarankan Sheryl untuk melakukan operasi bariatrik.

"Dokter perawatan primer saya telah menyebutkannya beberapa kali," kata dia kepada Today.

"Saya seperti tidak tidak ingin menempuh jalan itu. Tapi itulah jalan keluar yang mudah," sambung dia.

Gaya hidup yang tidak sehat

Sheryl diketahui telah memiliki kelebihan berat badan sejak dia masih kecil dan selalu menjadi orang yang lebih besar di antara teman-teman sekolahnya.

Bahkan saat masih duduk di bangku SMP, dia memiliki berat badan 77 kilogram.

Hal itu disebabkan karena campuran genetika, kurang olahraga, dan makan secara emosional.

"Makanan saya adalah apa saja dan segalanya. Saya suka manisan, saya suka asin. Saya suka memasak, jadi sulit untuk tidak mencoba resep baru," ungkap dia.

Wanita berusia 51 tahun itu pun mencoba hampir semua diet populer selama bertahun-tahun, tetapi tidak ada yang berhasil dalam jangka panjang.

Kemudian, dia mulai mempertimbangkan operasi bariatrik setelah dia harus menjalani dua operasi pada lututnya.

Dokternya juga memberi tahu bahwa dia akhirnya membutuhkan penggantian lutut, tetapi harus kehilangan setidaknya 45 kg terlebih dahulu.

Melakukan operasi

Pada Oktober 2019, Sheryl akhirnya menjalani bypass lambung Roux-en-Y di University of Missouri Health Care, di mana dia juga bekerja sebagai perwakilan akun pasien.

Menurut American Society for Metabolic and Bariatric Surgery, operasi itu dilakukan dengan membagi perutnya menjadi bagian atas yang lebih kecil – kantong seukuran telur – sambil melewati bagian yang lebih besar sehingga tidak lagi menyimpan atau mencerna makanan.

Kantongnya menampung lebih sedikit makanan, sehingga lebih sedikit kalori yang dicerna.

Perubahan ini dipicu oleh operasi yang memiliki efek mendalam pada pengurangan rasa lapar dan menghasilkan penurunan berat badan yang andal, serta tahan lama.

Sheryl pun menghabiskan dua malam di rumah sakit dan kembali bekerja dalam waktu seminggu.

Mengubah pola makan

Awalnya, Sheryl hanya bisa menelan cairan dan makanan lunak.

Selama delapan minggu, dia perlahan-lahan menerapkan makanan lain kembali ke dalam dietnya dan perkembangan diet yang lambat itu adalah bagian tersulit dari semuanya.

Lebih dari dua tahun kemudian, rutinitasnya ditetapkan. Dia hanya bisa makan porsi kecil — hingga satu cangkir sekaligus — jadi dia memprioritaskan makan protein terlebih dahulu karena itu kunci untuk menjaga massa otot sambil menghilangkan lemak.

"Dengan kantong perut yang kecil, saya ingin memastikan bahwa saya mendapatkan protein sebelum mengisi yang lainnya. Jadi, asupan karbohidrat dibatasi," jelasnya.

Dia juga mencoba untuk menghindari gula karena tidak, dia berisiko mengalami sindrom dumping atau merasa mual setelah makan permen.

Minuman soft drink harus dihindari karena itu dapat meledakkan perut kecil dan menyebabkan sakit perut.

Kemudian, Sheryl harus menghindari makanan dengan biji atau cangkang keras seperti yang ditemukan dalam buah-buahan atau popcorn tertentu karena dapat menyumbat lubang buatan antara perut dan ususnya.

Operasi tersebut juga memengaruhi bagaimana seseorang mencerna dan memetabolisme alkohol. Jadi, beberapa teguk anggur sekarang bisa sangat memengaruhi perutnya.

Lalu, Sheryl hanya bisa mengonsumsi kafein secara terbatas dalam sehari karena keasaman itu bisa memengaruhi perutnya yang jauh lebih kecil.

"Ketika kita makan hal-hal yang tidak seharusnya atau melakukan hal-hal yang tidak seharusnya, saat itulah kita mulai mengalami masalah," ujar dia.

Penurunan berat badan

Sheryl kehilangan 11 kg di bulan pertama setelah operasi dan terus menurunkan berat badan. Secara keseluruhan, dia telah kehilangan 85 kg dan sekarang beratnya adalah 79 kg.

Dia tidak lagi berjuang dengan diabetes tipe 2, tekanan darahnya normal, dan apnea tidurnya hilang.

Dia juga sekarang lebih sering berolahraga hampir setiap hari dalam seminggu. Kelas favoritnya adalah dance fitness dan kekuatan kardio.

"Persendian saya jarang sakit sekarang. Saya merasa hebat, saya memiliki lebih banyak energi, saya lebih terbuka. Depresi dan kecemasan selama bertahun-tahun juga telah mereda," kata Sheryl.

Menurut dia, bagian terbaik dari berolahraga adalah endorfin yang dilepaskannya, yang membantu kesehatan mental kita menjadi lebih baik.

Kini, berolahraga menjadi gairah Sheryl . Bahkan dia telah menjadi instruktur kebugaran kelompok bersertifikat dan bekerja sebagai guru pengganti di gym tempat dia berlatih.

Dia pun yakin bahwa operasi adalah pilihan yang menyelamatkan jiwa dan membantunya mendapatkan kesehatannya kembali ke jalurnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/03/19/201434820/turunkan-bobot-85-kg-sheryl-kini-jadi-instruktur-kebugaran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke