Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Tanda Riwayat Kekerasan Emosional dari Orangtua di Masa Kecil

Jenis kekerasan ini terjadi berupa pola perilaku yang merusak harga diri dan rasa aman emosional kita.

Biasanya dilakukan ketika orangtua cenderung memberikan kritik terus-menerus, ancaman, penolakan, penyebutan nama yang menghina atau melecehkan.

Membatasi kasih sayang maupun dukungan yang sebenarnya dibutuhkan anak juga bisa menjadi tindakan abusif.

"Ketika orang tua secara emosional tidak valid - dengan mempermalukan, mengkritik, menghina, atau mengejek anak mereka - anak merasa terus-menerus dihakimi dan tidak memadai," kata kata Lauren Kerwin, PhD, seorang psikolog klinis berlisensi di Los Angeles.

"Dan akhirnya mengembangkan sejumlah besar keyakinan negatif tentang diri mereka sendiri," tambah Kerwin.

Perasaan tersebut bisa dengan mudah berubah menjadi Borderline Personality Disorder (BPD), penyalahgunaan narkotika, ide bunuh diri, dan masalah kesehatan mental yang mengkhawatirkan lainnya.

Pengalaman buruk itu bisa terus bertahan hingga anak menjadi dewasa dan bermanifestasi dalam sikap tertentu, seperti cenderung mengintimidasi atau membandingkan diri dengan orang lain.

Tanda-tanda pernah mengalami kekerasan emosional dari orangtua

Adakalanya kita tidak menyadari jika telah menjadi korban dari kekerasan emosional yang dilakukan orangtua di masa kecil.

Pengalaman terdahulu dianggap sebagai hal yang wajar padahal memberikan dampak buruk pada kondisi mental kita.

Untuk memahaminya lebih jauh, berikut adalah tanda-tandanya yang bisa kita kenali, menurut pendapat ahli:

Namun jika terus-menerus memprioritaskan kebutuhan mereka di atas anak, itu dapat bermanifestasi menjadi kekerasan emosional.

"Terutama ketika anak terlalu muda untuk memiliki sumber daya untuk mengurus diri mereka sendiri," kata Tara Krueger, PsyD, direktur nasional Layanan Terapi Keluarga , Kesehatan Newport.

Misalnya orangtua sering meninggalkan anak di rumah tanpa pengasuh untuk hal yang tidak penting.

Hal ini terjadi juga ketika orangtua membangun perasaan bersalah pada anak jika mereka asyik bersama temannya.

Orangtua yang mengisolasi anak

Isolasi adalah bentuk kekerasan emosional yang sering digunakan untuk mendapatkan kendali dengan memutuskan hubungan dengan teman lain, anggota keluarga, dan orang yang dicintai, menurut Krueger.

"Dengan memisahkan anak-anak dari orang lain, itu bisa mencegah mereka mengembangkan keterampilan sosial dan mencari bantuan," katanya.

Mengintimidasi

"Intimidasi bisa menjadi bentuk kekerasan emosional yang ekstrem, karena menyebabkan korban merasa tidak berdaya, putus asa, dan takut," kata Krueger.

Bentuknya beragam seperti kemarahan orangtua yang tak terduga ketika terjadi konfrontasi sehingga anak merasa tidak aman mengungkapkan pendapat dan perasaannya.

Ayah atau ibu yang melakukan kekerasan ini cenderung berteriak, mengamuk, memaki, menghina atau bahkan melempar barang ketika tidak setuju dengan kita.

"Regulasi emosi yang buruk, kurangnya empati, dan kebutuhan kontrol yang tinggi dapat menyebabkan orang tua melakukan intimidasi," kata Krueger.

Amat disayangkan, kekerasan emosional seperti ini dapat memiliki efek abadi pada anak.

Misalnya, sebuah studi tahun 2021 menemukan bahwa dari semua kemungkinan jenis perlakuan buruk, pelecehan emosional dikaitkan dengan tingkat insiden tertinggi gejala gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

Membatasi kasih sayang

Kekerasan emosional cenderung sulit dikenali dibandingkan kekerasan fisik karena tidak meninggalkan jejak kasat mata.

Membatasi kasih sayang dengan enggan bersikap hangat pada anak, memberikan apresiasi, afirmasi dan bentuk cinta lainnya, dengan sengaja, juga bisa menjadi jenis kekerasan yang dilakukan orangtua.

Demikian pula jika orangtua hanya bersikap hangat jika kita sudah melakukan sesuatu sesuai kehendak mereka.

Mengabaikan kita

Pengabaian adalah salah satu bentuk kekerasan emosional anak yang paling umum.

Dampaknya bisa sangat merusak kesehatan fisik, mental, dan emosional anak usia dini.

Sebuah tinjauan tahun 2015 menemukan, kekerasan emosional selama masa kanak-kanak terkait dengan respons sistem kekebalan yang buruk dan kesehatan secara keseluruhan di masa dewasa.

Hal ini juga dapat menghambat perkembangan otak anak, sehingga menimbulkan masalah psikologis dan berpotensi memicu perilaku berisiko tinggi.

Sering membandingkan kita dengan orang lain

Orangtua yang terus-terusan membandingkan kita dengan orang lain adalah bentuk perbuatan yang kasar.

Mereka mengadu semua yang kita lakukan, sebaik apa pun capaian yang sudah diraih, dengan anak tetangga, saudara kandung atau sepupu.

Kadangkala, tindakan ini tidak selalu diniatkan sebagai hal buruk namun dijadikan upaya untuk memotivasi anak.

Terlepas dari niatnya, itu menciptakan dampak jangka pendek seperti kemarahan dan rasa malu.

"Bahkan dampak jangka panjang termasuk berkurangnya harga diri dan kurangnya kepercayaan pada orang lain," kata Krueger.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/05/13/151925320/6-tanda-riwayat-kekerasan-emosional-dari-orangtua-di-masa-kecil

Terkini Lainnya

Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com