Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi: Wanita Terpikat pada Pria yang Ingin Menjadi Ayah

KOMPAS.com - Bagi para pria yang berkeinginan menjadi seorang ayah, atau pernah memiliki pengalaman dari hubungan di masa lalu, ada kabar baik.

Pria yang ingin menjadi ayah lebih dilirik oleh wanita sebagai pasangan jangka panjang.

Fakta ini terlihat dari studi terbaru yang dipublikasikan dalam Evolutionary Psychological Science.

Studi itu menjelaskan, ketertarikan wanita pada pria yang berniat menjadi ayah adalah akibat dari keterbatasan metabolisme wanita untuk memproduksi ovum atau sel telur.

Sebaliknya, sistem reproduksi pria tidak memiliki batas waktu. Tingkat keberhasilan reproduksi pria dibatasi oleh kemampuan mereka menarik perhatian pasangan dan membuahi sel telur.

Dalam hal berinvestasi saat menjadi orangtua, pria dan wanita juga berbeda.

Investasi pada wanita yang menjadi orangtua lebih besar ketimbang pria, karena wanita melewati proses kehamilan dan menyusui.

Ketika memilih pasangan, pria lebih memerhatikan kualitas yang bisa diamati dari pasangannya, seperti wajah yang cantik.

Sedangkan, wanita lebih tertarik pada status sosial ekonomi pria, kemampuan mereka menjadi orangtua, dan potensi perolehan sumber daya.

Ketertarikan wanita pada poin-poin yang baru saja disebutkan itu mewakili kemampuan seorang pria untuk melindungi serta menafkahi pasangan dan anak-anaknya.

Mengingat keputusan wanita dalam memilih pasangan bisa berdampak besar, mereka cenderung menggali informasi dengan melihat seperti apa pilihan pasangan wanita lainnya di luar sana.

"Salah satu kemungkinan mendapatkan sumber informasi berbiaya rendah adalah mengetahui dan meniru pilihan pasangan wanita lain," tulis penulis studi Ryan C. Anderson dan Michele K. Surbey.

Proses ini dinamakan mate copying, yakni melihat informasi terkait riwayat pria yang sudah berpasangan dengan wanita lain sebelum memutuskan untuk memilih pasangan.

Adapun istilah mate poaching, merujuk pada upaya menarik perhatian lawan jenis --dalam hal ini pria-- yang sudah menjalin hubungan asmara dengan wanita lain.

Kendati kedua proses itu terdengar sama, mate copying jelas-jelas berbeda dari mate poaching.

Dalam studi yang dikerjakan Anderson dan Surbey, peserta yang dilibatkan adalah 267 wanita yang diambil dari James Cook University dan publik.

Seluruh peserta berusia di bawah 40 tahun, dengan pertimbangan wanita yang berusia lebih dari 40 tahun sudah melewati puncak masa subur mereka.

Selain itu, mate copying merupakan fenomena yang tidak begitu diketahui oleh kalangan wanita berusia paruh baya.

Peserta diminta memberikan informasi demografis (usia, jenis kelamin, dan etnis) lalu melihat 12 skenario berbeda, delapan skenario eksperimental dan empat skenario jebakan.

Ada skenario yang menggambarkan siluet seorang pria dengan pertanyaan "seberapa diinginkan dia sebagai pasangan jangka panjang menurut bayanganmu?"

Kemudian, pria dalam skenario eksperimental dibedakan berdasarkan pengalaman hubungan asmara mereka, seperti sedang menjalin hubungan, mantan pasangan yang positif, pernah berhubungan, atau tidak memiliki mantan.

Tingkat keinginan untuk memiliki anak juga dilihat, apakah pria yang dimasukkan dalam skenario tersebut ingin menjadi ayah di masa depan atau tidak ingin mempunyai anak.

Skenario ditunjukkan secara acak, dan peserta harus memposisikan diri mereka sebagai lajang saat menjawab pertanyaan tersebut.

Tujuannya untuk membatasi rasa tidak nyaman pada peserta yang sedang menjalin hubungan asmara ketika mereka terlibat dalam studi ini.

"Kecenderungan untuk mate copying tampak jika peserta memberikan nilai tinggi pada pria lajang dengan pengalaman hubungan daripada pria yang belum pernah menjalin hubungan," demikian bunyi keterangan peneliti.

"Sementara kecenderungan untuk mate poaching dilihat apabila peserta memberi nilai tinggi pada pria yang saat ini sudah mempunyai pasangan."

Anderson dan Surbey menemukan, pria yang berniat untuk menjadi ayah dianggap lebih diidamkan secara romantis daripada pria yang tidak ingin menjadi ayah.

Lebih lanjut, pria tanpa pengalaman hubungan asmara kurang diinginkan wanita dibandingkan pria yang memiliki pengalaman hubungan.

Di samping itu, wanita menganggap seorang pria akan lebih diinginkan ketika pria itu mendapatkan nilai positif dari mantan kekasihnya (misalnya, mantan kekasih memuji pria tersebut sebagai pasangan yang romantis).

"Kendati pria yang mengaku ingin memiliki anak dianggap lebih diinginkan, pria yang tidak mau mempunyai anak masih bisa dipertimbangkan sebagai pria yang diinginkan jika pasangan sebelumnya memuji dia," tulis peneliti.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/06/15/085441120/studi-wanita-terpikat-pada-pria-yang-ingin-menjadi-ayah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke