KOMPAS.com - Sudah semestinya, sekolah menjadi tempat yang aman bagi anak untuk berlindung dan belajar.
Sayangnya, sebagian anak menganggap sekolah merupakan salah satu tempat paling menakutkan dalam hidup mereka.
Anak menjadi korban perundungan atau bullying dari teman sekolahnya. Tidak jarang, korban perundungan berakhir meninggal dunia, seperti yang dialami siswa MTs di Kotamobagu, Sulawesi Utara baru-baru ini.
Biasanya korban bullying hampir tidak pernah mengadu atau menceritakan penganiayaan yang dialaminya.
Mereka cenderung menyimpan rasa sakit dan kesedihan rapat-rapat tanpa diketahui orang lain.
Oleh karenanya, sebagai orangtua kita perlu mengenali tanda-tanda anak menjadi korban perundungan.
Tanda anak menjadi korban bullying
Waspadai jika kita menemukan tanda-tanda ini pada anak:
Peran orangtua membantu korban bulllying
Apabila kita mencurigai anak mengalami perundungan di sekolah, terapkan langkah berikut.
1. Bicarakan dengan anak
Tidak semua anak korban perundungan akan menunjukkan gejala.
Terkadang, kita perlu bertanya secara langsung bagaimana keseharian anak di sekolah.
Awali percakapan dengan cara yang halus agar anak mau mengutarakan isi hatinya.
Kita bisa bertanya "apa ada masalah di sekolah?" atau "kamu pernah diganggu teman di sekolah?"
Sebelum mengajukan pertanyaan ini, pastikan kita sudah siap merespons jika pertanyaan-pertanyaan itu nantinya dijawab anak dengan kata "ya".
Yakinkan kepada anak, kita sebagai orangtua berusaha yang terbaik untuk melindungi anak dari perundungan. Buatlah anak merasa tidak sendirian atas perundungan yang dialami.
Kemudian, jangan lupa memuji kejujuran anak karena sudah menceritakan pengalamannya kepada kita.
Jika diperlukan, jangan ragu membicarakan kondisi anak kepada dokter anak atau psikolog terkait masalah ini.
2. Hindari mengajari anak untuk membalas dendam
Satu hal yang perlu dicatat, jangan mengajari anak untuk membalas dendam pada pelaku perundungan dengan menggunakan kekerasan.
Kita bisa menyarankan anak untuk segera meninggalkan tempat kejadian, atau melaporkan perundungan kepada guru yang dipercaya.
Saat berada di lingkungan sekolah, ingatkan anak agar tidak bepergian sendirian.
3. Melaporkan kepada pihak sekolah
Cara lainnya yaitu terjun langsung bertemu pihak sekolah, seperti wali kelas atau kepala sekolah tersebut.
Mintalah bantuan mereka untuk menjaga anak selama berada di sekolah. Kita dapat menemui pihak sekolah secara rutin demi memastikan apakah pengawasan itu berjalan efektif atau tidak.
4. Membantu anak supaya memiliki teman
Korban perundungan seringkali dijauhi oleh para pelaku perundungan, dan membuat anak tidak memiliki teman.
Solusinya, bantulah anak untuk mencari teman baru. Hubungan pertemanan bisa mencegah kasus perundungan serta memberikan dukungan sosial bagi korban.
5. Terapi untuk korban bullying
Pengalaman dirundung oleh teman-temannya di sekolah berisiko memicu gangguan mental pada anak.
Melalui bantuan psikolog anak atau psikiater, anak akan ditawarkan terapi mental seperti terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT).
Terapi ini terbilang efektif dalam membantu mengatasi gejolak emosional anak yang menjadi korban bullying.
Selain mengendalikan perasaan dan pikiran, CBT juga bisa membantu mengembalikan kepercayaan diri anak. Anak pun dapat memelajari cara mencegah perundungan.
https://lifestyle.kompas.com/read/2022/06/16/072700520/apa-tindakan-orangtua-ketika-mengetahui-anak-dirundung-di-sekolah